Sungai Sekanak, anak Sungai Musi yang berada di Kota Palembang, telah mengalami pencemaran yang terlihat pada perubahan fisik air sungai. Rencana pemkot untuk mengembalikan fungsi Sungai Sekanak sebagai lokasi wisata perairan harus didukung oleh partisipasi aktif masyarakat setempat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh perilaku masyarakat terhadap kualitas air di Sungai Sekanak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan metode deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Metode deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengidentifikasi perilaku masyarakat yang tinggal di bantaran sungai melalui penyebaran kuesioner menggunakan uji frekuensi. Selain itu, metode kuantitatif juga digunakan untuk mengukur kualitas air melalui tes laboratorium menggunakan kriteria mutu air berdasarkan kelas I yang terdapat pada Peraturan Gubernur No. 16 Tahun 2005 tentang Baku Mutu Air Sungai dan Limbah Cair. Selanjutnya, untuk menentukan status mutu air digunakan metode Indeks Pencemaran. Untuk mengetahui pengaruh perilaku masyarakat dalam kegiatan PHBS dan sanitasi digunakan metode kualitatif deskriptif melalui teknik triangulasi sumber data. Hasil analisis frekuensi diperoleh bahwa pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kegiatan PHBS dan sanitasi rata-rata sudah berjalan baik, tetapi sekitar 20 persen masyarakat belum mengimplementasikan pengetahuannya dengan cenderung membuang sampah langsung ke sungai. Berdasarkan hasil uji lab nilai COD, BOD, NH3-N dan fosfat telah melampaui baku mutu yang telah ditetapkan, hal ini mengindikasikan adanya pencemaran hasil buangan limbah domestik dan industri. Hasil analisis status mutu air Sungai Sekanak dari muara hingga ke ujung hulu mengalami kondisi cemar ringan, sehingga tidak sesuai dengan kriteria mutu air yang ditetapkan. Selain itu, tingginya nilai fosfat menunjukkan adanya kandungan deterjen dalam air yang merupakan salah satu indikator dari adanya pencemaran sungai dari kegiatan MCK warga. Perilaku masyarakat yang masih membuang sampah ke sungai, adanya TPS-TPS ilegal yang berada di pinggiran sungai, serta belum tersedianya fasilitas IPAL komunal untuk mengolah limbah domestik dari rumah-rumah warga menyebabkan Sungai Sekanak masih terus tercemar.
This study was carried out to analyze the effect of community behavior on water quality degradation in the Sekanak River. Both qualitative and quantitative research methods were used in this study. The quantitative research data was gathered by conducting a questioner survey of 100 selected households living along the riverbank to identify community behaviour. It was also used to measure the water quality status using Pollution Index (PI) Method. The descriptive qualitative component included analyzing and elaborating the actual data of community behavior toward water quality assessment using triangulation data sources. The questionnaire results of the research revealed that the household’s knowledge and attitude on disposal management, sanitation and hygiene at the river bank were in high level. They are generally knowledgeable, having positive attitude and also practiced good personal hygiene, but twenty percent was still throw the garbage to the river. Furthermore, a total of seven sampling station has been identified along the river. The result showed that water quality status from the upstream to the downstream had slightly polluted. It is also evident that COD, BOD, NH3-N and Phosphate have exceeded the allowable threshold levels. This may attributed to the anthropogenic activities such as washing and throwing garbage which can be indicated from changing in the levels of COD and phosphate. However, water pollution inevitably occurs due to the unavailability of communal wastewater treatment plant, poor waste management and lack of public stimulus such as incentive and punishment that encourage participation of communities to conserve water resource. Besides the technical aspect, Dealing with complex socio-ecological issues are considerable importance components of a long-term environmental strategy. It is recommended that education, legislation and incentivization are necessary to spur and improve people awareness and potential role as “river guards”.
Rising demand for palm oil has led to the rapid expansion of palm oil industry in Indonesia. Consequently, the environmental and social issues including water-related problems have become a major concern. Inevitably, water consumption in this sector is very important to be analyzed. Water footprint is one of the methods that can be used as a tool for the sustainable appropriation of freshwater resources. Here we investigated the water footprint in both oil palm cultivation and milling processes carried out by PTP Mitra Ogan, the largest plantation companies in South Sumatera. The goal eventually was to formulate the strategies to reduce the water footprint in the palm oil production based on the best practice criteria. This study reveals that the total water footprint of oil palm done by PTP Mitra Ogan (487 ton) is 980.9 m 3 /ton, while that of Crude Palm Oil (CPO) (5.7 ton) is 3,818.6 m 3 / ton and processing kernel (0.74 ton) is 2,174.3 m 3 / ton. This study reveals that the intensive use of inorganic fertilizers during the cultivation process caused the high value of the water footprint in the farming stage, so that the use of inorganic fertilizers must be controlled. In the industrial processes, total water use in all stages of the production of CPO and kernel was 1.36 m 3 / ton of fresh fruit bunch produced, whereas the wastewater produce was approximately 306.81 m 3 /ton. It reveals that there was an inefficient use of water in the milling processes so that the implementation of the steam accumulator and reuse of wastewater discharged can be alternatives in reducing the water footprint in the palm oil milling process for better water resource management.
Abstract. The massive expansion of palm oil industry in Indonesia has triggered environmental issues including water-related problems which have become an important concern. Regarding the issues, sustainable practice standard has been set up as a requirement for palm oil to enter global market. Inevitably, water consumption in this sector is very crucial to be analyzed. One of the methods that can be used as a tool for sustainable appropriation of fresh water resources is water footprint analysis. The primary aim of this study was to formulate the strategies to reduce the water footprint in the palm oil production based on the best practice criteria. Both quantitative and qualitative research was conducted to get the value blue water (volume of surface or groundwater evaporated) and grey water (dilution volume to dilute pollutants according to agreed water quality standards). The values of water footprint in palm oil production obtained were used to represent the existing water use and were utilized as the basis for formulating strategies in reducing water use in the palm oil milling processes which was compared with the best practice criteria. The result showed that the blue water of CPO was 109.6 m 3 /ton and the grey water was 537.7 m 3 /ton, while the blue water of palm kernel was 62,4 m 3 /ton and grey water was 306,2 m 3 /ton. The value indicated that there was an inefficient use of water in the production of palm oil. The use of steam accumulator has been proposed to reduce the use of blue water by optimizing the steam supply. Besides, the reuse of water from fat-pit pond for pressing purposes, or recovery of condensate water as dilution water in the press unit which will affect the amount of wastewater discharged can be done as the strategies in reducing both blue and grey water, as well as reuse of cooling water turbines.
Pendidikan lingkungan merupakan salah satu faktor penting dalam meraih keberhasilan dalam pengelolaan lingkungan hidup, juga menjadi sarana yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang dapat melaksanakan prinsip pembangunan berkelanjutan. . di Indonesia, pendidikan lingkungan hidup belum sepenuhnya di dukung oleh pihak pemerintah maupun swasta, ini terlihat dari masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian lingkungan hidup dan semakin meningkatnya degradasi lingkungan akibat dari aktifitas yang di lakukan oleh khususnya pihak swasta. Berdasarkan kajian mengenai pendidikan lingkungan hidup kurang berkembangnya Pendidikan Lingkungan Hidup selama ini disebabkan oleh berbagai kelemahan pada, antara lain: (1) Kebijakan pendidikan nasional; (2) Kebijakan pendidikan daerah; (3) Unit pendidikan (sekolah-sekolah) untuk mengadopsi dan menjalankan perubahan sistem pendidikan yang dijalankan menuju Pendidikan Lingkungan Hidup; (4) Masyarakat sipil, lembaga swadaya masyarakat, dan dewan perwakilan rakyat untuk mengerti dan ikut rnendorong terwujudnya Pendidikan Lingkungan Hidup; (5) Proses-proses komunikasi dan diskusi intensif yang memungkinkan terjadinya transfer nilai dan pengetahuan gunapembaruan kebijakan pendidikan yang ada. Oleh karena itu, kegiatan pendidikan lingkungan harus dilakukan secara berkelanjutan, holistik dan dengan perspekstif jangka panjang serta sinergi antar stakeholder. Di saat banyak perusahaan swasta yang tidak fokus terhadap pendidikan lingkungan hidup, Panasonic telah menerapkam beberapa program pendidikan lingkungan yang melibatkan 16 negara di dunia yaitu Kid Witness News (KWN), Eco Picture Diary (EPD), dan Eco Learning World Heritage (ELWH).
Pendidikan lingkungan hidup yang diberikan sejak dini di sekolah dasar merupakan upaya penting yang dapat dilakukan untuk menanamkan perilaku peduli lingkungan terhadap anak. Para siswa diharapkan menjadi agen perubahan yang dapat mempromosikan upaya konservasi lingkungan di sekolah, keluarga dan masyarakat. Akan tetapi, banyak kendala dan hambatan yang menyebabkan pendidikan lingkungan hidup ini tidak dapat diikuti oleh semua sekolah, antara lain: belum adanya komitmen dari pemerintah daerah maupun pihak sekolah untuk mewajibkan penerapan pendidikan lingkungan ke dalam perda, maupun pada kebijakan dan kurikulum sekolah. Selain itu, pengunaan metode dan media yang kurang aplikatif dan inovatif menyebabkan siswa tidak dapat memahami materi secara utuh. Melalui metode creative learning, kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku siswa dalam berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan kesadaran dalam pengelolaan lingkungan. Kegiatan yang dilakukan antara lain memberikan sosialisasi dan pelatihan PHBS dan konservasi lingkungan kepada seluruh elemen sekolah agar dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan pelestarian lingkungan. Menggunakan metode kreatif berbasis permainan diharapkan dapat memudahkan siswa memahami materi secara komprehensif dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Many research showed that river water had been polluted in most of big cities in Indonesia. The pollution had bad impacts to the environment, especially to the people living nearby the river. Lack of people awareness on sanitation had contributed to the river water contamination. River bank community used the river water as their daily basis mainly for deficating, washing, and throwing the garbage. Those domestic activities have polluted the river since the absence of waste water treatment process. However, the presence of community participation in water resource management was prerequisite to build sustainable development. The local community had the main power to alter their condition as they have the local knowledge of their environment. This study showed that the main factors of community perception on river water were a belief, interpretation of the conception of natural environment, interpretation of religion /belief, education, and needs. Community perception of the river water conservation was solely positive individual behavior but it did not create good behavior towards both physical and social environment. Public awareness of the environment must be initiated starting from family awareness. In addition, the government policy should focus on encouraging the community using persuasive way, not coercive measures. The government had to focus on educating the community about the impact of poor river water quality and also promoting the benefits of improving it, so that it can change in community perceptions of the environment.  Keywords : River Pollution; Perception; People Behaviour AbstrakPencemaran sungai di Indonesia terutama di kota-kota besar telah berdampak negatif bagi lingkungan sekitar, terutama warga yang bermukim di bantaran sungai. Penyebab tercemarnya sungai salah satunya adalah kontribusi masyarakat yang masih kurang memiliki kesadaran untuk memperhatikan sanitasi. Perilaku manusia yang menyumbangkan pencemaran sungai antara lain kebiasaan mandi, cuci, dan membuang hajat di sungai. Selain itu, tinja yang diserap oleh mobil tangki langsung dibuang ke sungai tanpa pengolahan terlebih dulu. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam sebagai salah satu prasyarat dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Masyarakat lokal dianggap sebagai pihak yang paling mengetahui keadaan lingkungan sekitarnya. Pengambilan keputusan yang melibatkan masyarakat akan merefleksikan aspirasinya sehingga akan diperoleh keputusan yang lebih baik. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap air sungai antara lain: keyakinan, interpretasi terhadap konsepsi mengenai hakikat lingkungan alam, interpretasi terhadap ajaran agama/kepercayaan, pendidikan, dan kebutuhan. Persepsi masyarakat terhadap pelestarian air sungai hanya membentuk perilaku individu yang positif tetapi tidak membentuk perilaku yang baik terhadap lingkungan baik lingkungan fisik dan sosial. Kesadaran masyarakat terhadap lingkungan harus diawali dari kesadaran keluarga serta peran pemerintah difokuskan untuk mendorong masyarakat secara persuasif, bukan paksaan. Peran pemerintah difokuskan untuk menginformasikan kerugian dari buruknya kualitas air sungai dan mempromosikan manfaat-manfaat yang diperoleh dengan kondisi air sungai yang baik, sehingga dapat mengubah persepsi masyarakat terhadap lingkungan.Kata kunci : Persepsi, Perilaku, Pencemaran Sungai
Corporate Sosial Responsibility (CSR) itu sendiri merupakan suatu bentuk tanggung jawab sosial yang harus dilaksanakan oleh sebuah perusahaan terhadap daerah dan masyarakat sekitar perusahaan yang terkena dampak dari aktivitas perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung Pihak perusahaan dituntut memiliki kepedulian terhadap masyarakat dengan mengedepankan kepentingan jangka panjang dan keberlanjutan daripada kepentingan kepentingan sesaat melalui program CSR. Corporate Social Responsibility (CSR) bukan lagi sekadar kewajiban perusahaan, tetapi menjadi sebuah strategi yang dikembangkan oleh perusahaan. Implementasi CSR yang dilakukan PT Antam Tbk terdiri dari tiga bentuk, yaitu Program Pengembangan Kemasyarakatan, Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Semua desa yang ada di sekitar PT Antam Tbk menerima ketiga program tersebut, antara lain berbentuk pembangunan infrastruktur desa, pengembangan pendidikan, perbaikan kesehatan, bantuan modal, dan pelatihan untuk pengembangan usaha.. Selain itu, ada ketiga program yang ditangani oleh PT Antam yang bermuatan pengembangan masyarakat, yaitu : pengembangan program kemitraan (PK), Bina Lingkungan (BL), dan pengembangan masyarakat, disambut positif oleh masyarakat. Masyarakat berharap bantuan ini akan diperbesar dari tahun ke tahun. Diharapkan perusahaan-perusahaan yang melakukan CSR mempertahankan dan meningkatkan kepeduliannya pada lingkungan dan masyarakat agar tercipta lingkungan yang bersih dan masyarakat yang lebih baik, Kedua, upayakan program CSR dapat membangun kemandirian masyarakat dan sustainable (berlanjut) hingga saat PT Antam Tbk tidak beroperasi kembali di wilayah tersebut dan Ketiga, bagi semua perusahaan untuk tidak menganggap CSR sebagai kegiatan menghambur-hamburkan uang, tapi dijadikan sarana investasi. Kegiatan CSR tersebut harus dirancang dengan baik dan penuh perencanaan, bukan semata-mata hanya untuk menjaga eksistensi sebuah perusahaan, sehingga program dapat tepat sasaran dan masyarakat mendapat manfaat secara penuh dari adanya program-program CSR tersebut.Kata Kunci : CSR, Pemberdayaan Masyarakat, Keberlanjutan
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.