Penelitian ini akan membahas bagaimana digitalisasi dalam industri musik mempunyai dampak pada pemasaran musik. Hal tersebut berdampak besar bagi para pelaku industri dalam hal pemasaran musik maupun konsumen dalam hal menikmati musik. Layanan streaming menjadi sesuatu yang sangat berpengaruh dalam era digital yang kita kenal industri 4.0. Industri musik tidak lagi dapat bergantung pada produk fisik dan konsumen pun kini lebih selektif dalam menikmati musik. .Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan strategi penelitian fenomenologi tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, seperti; perilaku, persepsi,motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Hasil penelitian ini adalah bagi konsumen  adalah mudahnya pencarian musikdan pelaku industri sangat mendukung adanya digitalisasi dalam industri musik karena mempermudah dalam memasarkan musik mereka dan membantu melindungi kekayaan intelektual mereka karena mengurangi pembajakan.

This study aims to discover and to analyze how interfaith couples negotiate their identities with each other. In Indonesia, especially in Jakarta, individuals often meet and interact with people from different backgrounds and as a result, some fall in love. However, partners who belong to distinct cultures will encounter numerous obstacles and will specifically face resistance from their social environment. This study uses a qualitative research methodology with the constructivist paradigm. The results of this study revealed that religious identity is not an obstacle for respondents to proceed to the stage of marriage. However, identity negotiation is required for couples to obtain the blessings of their social environments, which in this case concern the family of one party.