AbstrakTeknologi informasi dan komunikasi (TIK) di bidang transportasi, diharapkan memberikan pelayanan operasional yang efektif kepada masyarakat dan dapat memberikan kelancaran pada sistem transportasi secara umum. Pemerintah Kota Surabaya telah membangun Adaptive Traffic Control System -Intelligent Transport System (ATCS-ITS) dengan tujuan untuk meningkatkan keselamatan lalulintas, serta peningkatan kelancaran lalulintas. Sistem ATCS bekerja dengan inputan kamera dan sensor. Input tersebut kemudian diolah di ruang control oleh operator, kemudian hasil dari inputan tersebut bisa berupa pengaturan traffic light dan Variable Message Sign (VMS). Selanjutnya, sistem ATCS -ITS ini dikembangkan, dengan melengkapi komponen Advanced Public Transportation System (APTS) yang meliputi manajemen armada (fleet management) dan manajemen revenue (e-ticket). Manajemen armada yang berbasis pada transportasi cerdas memberikan solusi operasional lalu-lintas yang efisien, menyegarkan kembali kapasitas ruas jalan, memperpendek mileage, mengurangi waktu tempuh, menekan konsumsi bahan bakar dan tingkat polusi dari emisi gas buang, mengurangi kelelahan pengemudi sehingga mengurangi resiko kecelakaan.Keywords-Intelligent Transport System; manajemen armada; manajemen revenue 1 PENDAHULUAN Kota Surabaya telah sukses mengembangkan Perangkat Pengatur Lalu-lintas cerdas (APILL Cerdas) ATCS berbasis teknologi Intelligent Transport System, dan saat inilah perlu mengkaji teknologi canggih lain pada transportasi di Surabaya. Di masa yang akan datang terdapat 2 (dua) teknologi yang diharapkan dengan segera dapat diterapkan lagi di Surabaya, yaitu Manajemen Armada dan Manajemen Revenue.Ketika kebutuhan semakin besar, seperti pada rancangan penerapan Angkutan Massal Cepat, Trunk dan Feeder, maka jelas diperlukan upaya-upaya pengembangan, operasional, dan optimasi jaringan yang dilakukan dengan rancangan dan pertimbangan teknis yang layak. Dan untuk itulah diperlukan adanya kajian akademis.Tujuan dari pekerjaan kajian ini adalah mengkaji ulang kondisi TI transportasi di Surabaya saat ini dan memberikan masukan atau rekomendasi terkait peta-jalan pengembangan sistem transportasi berbasis teknologi TIK di Dinas Perhubungan Pemerintah kota Surabaya hingga tahun 2025.Pendekatan kajian ini dilakukan dengan mengacu pada pengetahuan dan perkembangana teknologi Intelligent Transport System dan perkembangan menuju Smart Mobility yang mendukung pengembangan Smart City. Belajar praktis dari penerapan ITS di dunia sebagai benchmark, dan mengkaji penyiapan pengembangan ATCS mengarah ke ITS di Surabaya berada pada track yang benar.Kombinasi penerapan limaenam kelompok teknologi pendukung ITS (ATIS, ATMS, ETPS, APTS dan Integrasi VII dan V2V dalam AVCS, serta CVO dan ARTS ) yang menjadi acuan dari layanan smart mobility, akan menjadi acuan dalam mengarahkan rencana pengembangan ATCS ITS tersebut.Acuan lain adalah kajian dari program yang sudah dikerjakan saat ini dan RPJM kota Surabaya, akan dipertimbangkan untuk dapat menjadi masukan dalam menyusun road map peng...
Abstract-In this paper, an implementation of VoIP Services over WiMAX testbed based on IEEE Standard 802.16-2004 will be described. The quality of VoIP services over the proposed network is evaluated in terms of delay, jitter, packet loss, throughput, and Mean Opinion Score (MOS). The proposed network is implemented in both of the recommended network topologies that are point-to-point and point-to-multipoint. The VoIP Services is evaluated in the variation of background traffic with certain scheduling types. Background traffic is injected into the system to give the sense that the proposed system has variation traffic load. Scheduling types which are used in this paper are Best Effort (BE), Non-Real-Time Polling Service (nrtPS), Real-Time Polling Service (rtPS) and Unsolicited Grant Service (UGS). From the experimental results, it shows that VoIP services in P2P topology with UGS Scheduling has the minimum average of delay, jitter, packet loss is 12.688 ms, 7.472 ms, and 7.87%, respectively. Meanwhile, the highest MOS value of 3.39 is achieved when throughput equal to 134 kbps. Moreover, for VoIP Services in PMP topology has the minimum average of delay, jitter, packet loss of 12.872 ms, 7.222 ms, and 6.918%, respectively. The highest throughput of 133 kbps gives the MOS value of 3.52. Intisari-Pada makalah ini akan dibahas implementasi layanan VoIP pada A. Hasil Pengujian DelayDelay adalah total waktu tunda dalam proses pengiriman paket yang diakibatkan oleh adanya proses transmisi dan pengolahan paket. Dalam komunikasi data, delay merupakan suatu permasalahan yang perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas layanan agar tetap pada kondisi yang baik. Berdasarkan Rekomendasi ITU-T G.1010, disebutkan bahwa batas maksimum delay yang diizinkan dalam suatu komunikasi data adalah 150 ms. Oleh karena itu, kinerja layanan VoIP terhadap parameter delay dalam testbed WiMAX ini sangat penting untuk dievaluasi.Hasil pengujian delay pada komunikasi end-to-end antar user dalam jaringan WiMAX dengan konfigurasi topologi jaringan point-to-point (P2P) dan point-to-multipoint (PMP) ditunjukkan masing-masing pada Gbr. 4 dan Gbr. 5. Delay yang ditujukkan pada kedua gambar tersebut diperoleh dengan variasi background traffic pada jenis scheduling yang berbeda.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.