Pada masa anak usia sekolah dasar, mereka sering melakukan perilaku agresi secara verbal kepada teman maupun orangtua. Perilaku agresi secara verbal dapat diintervensi dengan assertive behavior therapy (ABT). ABT mengajarkan anak untuk berperilaku dengan menyertakan beberapa faktor dalam meningkatkan kompetensi sosial yaitu dari faktor kognitif, emosi, dan perilaku. Anak akan diberikan beberapa cerita mengenai kehidupan sehari-hari dan anak akan diajak untuk berpartisipan dalam cerita tersebut. ABT yang diterapkan pada penelitian ini merupakan upaya untuk menurunkan perilaku agresi verbal dari 5 anak putra di lembaga X. Kelima anak ini berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi rendah dan mendapatkan dukungan yang terbatas dari keluarga. Mereka seringkali menampilkan perilaku negatif, yaitu melakukan perilaku agresi secara verbal kepada teman-temannya. Kelima anak ini juga sering menganggu pembelajaran di dalam kelas dan membuat kelas menjadi ribut. Penelitian ini menggunakan quantitative one group pre-test post-test design dimana alat ukur skala Aggression Medinus & Johnson. Alat ukur ini digunakan untuk mengetahui perbandingan hasil sebelum dan sesudah pemberian intervensi. ABT yang akan dijalankan berjumlah 6 sesi, di mana masing-masing sesi berlangsung selama -/+ 45 menit. Total skor dari lima partisipan mengalami penurunan agresi secara verbal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Assertive Behavior Therapy dapat menurunkan perilaku agresi verbal dari lima putra di lembaga ’X’.
Remaja yang melakukan pelanggaran hukum seperti berbuat agresi yang mengakibatkan kematian, atau pelanggaran moral seperti perkosaan, maupun penyalahgunaan obat/narkotika dikenakan hukuman yang membawa mereka di Lembaga Pemasyarakatan. Lembaga pemasyarakatan khusus anak atau disebut sebagai Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) berada di berbagai wilayah di Indonesia, salah satunya di Tangerang. Selama di dalam LPKA, anak didik (andikpas) disana masih sering juga melakukan pelanggaran aturan, seperti perilaku agresi, penyebaran terror, dan juga pelanggaran moral. LPKA membutuhkan adanya instrument untuk klasifikasi perilaku andikpas sehingga dapat membantu dalam menentukan tingkat pengamanan dan pengawasan yang diberikan dari tingkat minimum sampai pada maksimun pengamanan. Berpijak dari kebutuhan mitra mengenai adanya instrument yang dapat mengklasifikasikan perilaku pelanggaran andikpasmaka penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan infromasi mengenai factor risiko andikpas melakukan pelanggaran agresi dan moral di dalam LPKA. Metode yang digunakan adalah focused group discussion pada petugas dan andikpas. Didapatkan hasil bahwa adanya factor internal dari andikpas yang menjadi factor risiko pemunculan agresi dan pelanggaran moral juga factor eksternal dari petugas, system, aturan, dan pengawasan, dan juga interaksi dengan sesame andikpas.
ABSTRAKPerkembangan sensori merupakan perkembangan penting bagi individu. Sejak lahir, individu mulai memproses informasi sensori yang diperoleh dari lingkungan. Setiap informasi yang diterima sensori individu akan diintegrasikan dan diolah di otak sehingga menampilkan respons perilaku adaptif. Integrasi sensori dapat membantu individu untuk menguasai kemampuan dasar, seperti bahasa, pengendalian emosi, dan kemampuan berhitung. Masalah dalam integrasi sensori berkaitan dengan masalah dalam pemrosesan informasi sensori yang dikenal sebagai Regulatory Sensory Processing Disorder (RSPD). Ketika individu mengalami masalah dalam pemrosesan informasi sensori, maka individu akan mengalami hambatan baik dalam keberfungsiannya sehari-hari maupun perkembangannya. Masalah sensori dapat dikenali sejak dini melalui karakteristik perilaku yang ditampilkan anak. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku anak dengan Regulatory Sensory Processing Disorder. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah satu orang yang merupakan pasien anak pada Klinik Tumbuh Kembang X. Metode pengambilan data menggunakan observasi, wawancara, dan asesmen psikologi. Ada pun sumber informasi diperoleh langsung melalui partisipan, orangtua, dan terapis. Untuk mengetahui gambaran fungsi sensori pada partisipan, peneliti menggunakan daftar observasi wawancara yang tertera pada ICDL-DMIC (2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan yang terlibat dalam penelitian ini mengalami gangguan pemrosesan sensori dengan tipe sensory-seeking. Partisipan penelitian menampilkan perilaku yang sangat aktif bergerak dan kesulitan memberikan atensi pada tugas yang diberikan. Hal tersebut berdampak pada performa akademis dan interaksi sosial yang dimiliki.Kata kunci: integrasi sensori, regulatory sensory processing disorder, sensory-seeking ABSTRACT Sensory development is an important development for individuals. From birth, individuals begin to process sensory information obtained from the environment. Every information received by an individual sensory receptor will be integrated and processed in the brain so that it displays an adaptive behavioral response. Sensory integration can help individuals to master basic abilities, such as language, emotional control, and numeracy skills. Problems in sensory integration are related to problems in processing sensory information known as Regulatory Sensory Processing Disorder (RSPD). When individuals experience problems in processing sensory information, individuals will experience obstacles both in their daily functioning and development. Sensory problems can be recognized early on through the behavioral characteristics displayed by children. Therefore, this study aims to describe the behaviour of children with Regulatory Sensory Processing Disorder. This research is a qualitative research with case study method. The sole participant in this study is a pediatric patient in the Growth and Development Clinic X. Data c...
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.