Aksesibilitas akibat lokasi yang terpencil dan terisolir merupakan kendala utama dalam pelaksanaan pengelolaan dan pembangunan pulau-pulau kecil di Indonesia dan menyebabkan keterbatasan sumber daya air dan infrastruktur. Pembangunan di pulau-pulau kecil perlu diarahkan untuk mengelola dan mendayagunakan potensi yang ada secara lestari berbasis masyarakat sehingga dapat berkelanjutan. Pengelolaan lingkungan di pulau-pulau kecil pada umumnya belum dikelola dengan baik. Kajian ini difokuskan pada pembangunan pengelolaan sampah dengan menerapkan teknologi tepat guna komposter, untuk pulau-pulau kecil, mengambil contoh kasus di Kepulauan Seribu khususnya Pulau Harapan. Kajian ini dilakukan untuk mengetahui upaya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui pengembangan potensi lokal berupa sumber daya alam, sumber daya manusia dan pelibatan kearifan lokal. Dari hasil monitoring dan evaluasi, penggunaan komposter baru mencapai 25 % komposter diisi sampah organik (sisa makanan, sayuran), sesuai dengan petunjuk operasional. Dalam pelaksanaan operasi dan pemeliharaan diperlukan adanya petunjuk operasi dan pemeliharaan yang jelas agar mudah dimengerti oleh masyarakat, sehingga penggunaan teknologi tepat guna komposter di pulau-pulau kecil dapat berkelanjutan.
Air adalah kehidupan, sehingga tanpa air tidak akan ada kehidupan. Ketersediaan air tawar dan jernih di lingkungan permukiman mencerminkan kapasitas lingkungan untuk mendukung kehidupan. Salah satu indikator yang telah digunakan secara global untuk mengukur daya dukung lingkungan adalah akses penduduk terhadap sumber air yang aman. Namun, indikator tersebut hanya bermanfaat untuk penetapan kebijakan. Selain itu, indikator itu tidak dapat digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan air minum. Para perancang dan perencana memerlukan indikator yang cepat dan tepat untuk merencanakan pelayanan air minum yang berkelanjutan. Keragaman disain kriteria dapat menyebabkan kesulitan dalam menciptakan pelayanan air minum yang memadai. Oleh karena itu, penelitian inovasi dan deskriptif ini dilaksanakan untuk mengkaji ulang pelayanan air minum di kota besar dan metro terpilih. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode statistik deskriptif dan statistik inferensial. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan parameter jumlah elemen tarif air, banyaknya pelanggan, banyaknya air yang didistribusikan kepada pelanggan, dan konsumsi atau pemakaian air rata-rata per kapita dan per hari. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pelanggan rumah tangga merupakan pemakai air minum terbesar antara 65-85% dengan konsumsi air minum rata-rata untuk rumah sederhana antara 135-145 liter/orang/hari, rumah menengah antara 146-155 liter/orang/hari, dan rumah mewah antara 156-245 liter/orang/hari.
ABSTRAKMasalah pencemaran air merupakan masalah yang rumit. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan upaya pengendalian pencemaran air. Pembangunan dan pengoperasian Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) adalah salah satu wujud upaya pengendalian pencemaran dari sumber pencemaran yang berasal dari kegiatan perumahan dan permukiman. Keberhasilan pengelolaan IPLT tidak dapat hanya dilihat dari aspek fisik bangunan saja. Aspek lain seperti kualitas hasil olahan (effluent), pasokan lumpur tinja, kapasitas menganggur (idle), laju beban limbah permukaan dan volumetrik, sumber daya manusia, organisasi, standar prosedur operasi (SOP), tarif retribusi dan lain-lain adalah beberapa aspek yang harus menjadi acuan pengambilan keputusan untuk mengelola IPLT yang lebih baik. Kajian ini ditujukan untuk memberi gambaran aplikasi metode analisis faktor untuk menyelesaikan masalah IPLT yang kompleks dengan menemukenali penyebab utama dan merumuskan solusinya. Analisis faktor adalah salah satu pengambilan keputusan dengan banyak kriteria. Data dari 8 (delapan) IPLT kota studi digunakan acuan analisis. Kajian menyimpulkan bahwa Analisis Faktor mampu mengelompokkan 12 indikator menjadi 3 faktor tanpa mengurangi makna indikator pembentuknya sehingga mempermudah proses pengambilan keputusan. Pasokan lumpur tinja secara terjadwal, kejelasan pembagian tugas dan tanggung jawab, dan ketersediaan, kekinian, kemudahan akses dan kemudahan memahami SOP menjadi faktor penentu keberhasilan IPLT dalam pengendalian pencemaran limbah domestik.Kata Kunci: Permukiman, pencemaran air, IPLT,analisis faktor, pengambilan keputusan ABSTRAKThe problem of water pollution is complex. There are many factors that influence the successfull of efforts for water pollution control. The construction and operation of septage treatment facility (IPLT) is an efforts for controlling pollution from domestic activities. The successfull of IPLT management cannot be assessed from physical aspect of the building only. Other aspects such as quality of effluent, sludge supply, idle capacity, the rate of surface loading and volumetric loading, human resources, organization, standard operating procedures (SOP), the tariff and others should be consider for decision making to manage IPLT better. The purpose of this study is to describe the application of factor analysis method to solve a complex problem of IPLT through identifying the main causes and formulate solutions. Factor analysis is one of decision with multicriteria. The primary data research in 2014 used as reference for analyzing. The conclusion of this study is the factor analysis is able to classify 12 indicators into 3 factors without reducing the meaning of the constituent indicator, thus simplifying the decision-making process. Significant factors that affecting the successfull of IPLT performance in controlling water pollution are : continuity of sludge supply, clarity of roles and responsibilities, availability, novelty, accesibility and simplicity of SOP. UCAPAN TERIMA KASIHKepada Prof. (R) DR. Ir. R. Pam...
Domestic wastewater pollution in the watershed
The acceleration of improved sanitation access in specific urban areas can reduce water-borne diseases and the degradation of water resources. In this paper, the development of technology of wastewater infrastructure in some specific urban regions with an ecosystem approach will be analyzed based on some practical research. The ecosystem approach is analyzed with integrated biophysical and social factors for improved wastewater system; it includes the tidal area, coastal area, and urban water sensitive area. The system of wastewater treatment has certain design criteria to be adapted for specific areas and upgrading the treatment process based on the ecosystem characteristic, community awareness of sanitation and some best practices. The design criteria of wastewater treatment consider the process of environment approach, pollutant transformation target, and the configuration of the processing unit. The option of treatment technology at an individual, communal or settlement scale depends on biophysical factors in each area. This condition can achieve 80-95 % organic removal, 30-70 % nutrient removal by biofilm absorption or phytofiltration. Challenges and social constraints at each selected technology development have an influence on the sustainability of infrastructure in achieving health requirements and the standard of effluent for watercourse or water reuse.
Kelangkaan lahan untuk dijadikan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), memicu berkembangnya pemanfaatan dan pengadaan TPA bersama (TPA Regional) oleh beberapa kota/kabupaten yang letaknya berdekatan. Namun dalam pelaksanaannya TPA Regional sering kurang efektif antara lain akibat struktur kelembagaan yang besar tapi miskin fungsi, koordinasi yang kurang antar dan inter lembaga Pemerintah Daerah, masih adanya tumpang tindih tugas dan fungsi kelembagaan antara kabupaten yang satu dengan kabupaten yang lain bila terjadi permasalahan. Metode pelaksanaannya dimulai dengan identifikasi permasalahan persampahan, pengolahan data sekunder dan data primer menggunakan teknik analisis manajement SWOT (strengths, weakness, opportunities and threats) untuk menentukan sistem kerjasama kelembagaan regional. Berdasarkan analisa SWOT lembaga pengelola yang terbaik adalah Unit Pelaksana Teknik Daerah (UPTD) provinsi. Keberadaan UPTD sangat menguntungkan karena UPTD tetap dalam kendali dinas terkait dan mudah untuk mengontrol pelaksanaannya di lapangan. Kabupaten/ kota yang ikut serta dalam TPA Regional dapat mengirim sampah ke lokasi TPA dengan hanya dibebankan tipping fee. Pengangkutan sampah dari sumber sampah ke TPA atau dari sumber sampah ke depo (stasiun pemindahan) tetap menjadi tanggung jawab Dinas Kebersihan kabupaten/ kota masing-masing. Salah satu alternatif pengelolaan TPA Regional adalah UPTD dengan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
Penyediaan air minum oleh pedagang air atau swasta skala kecil menjadi fenomena penyedia layanan air minum terutama daerah yang belum terjangkau pelayanan PDAM. Perkembangan pedagang air muncul karena adanya permintaan masyarakat akan tersedianya air minum yang layak. Faktanya pedagang air ini cukup berperan dalam mengisi kesenjangan pelayanan oleh PDAM atau penyediaan mandiri oleh masyarakat. Pedagang air ini tumbuh sesuai dengan permintaan pasar, beroperasi secara informal dan belum mempunyai payung peraturan yang jelas. Pengumpulan data dilakukan dengan metode transek dengan menentukan sumbu utama Kota Palembang yang melintang dari Utara-Selatan pada empat titik pengamatan, dan kelurahan yang berada pada kiri dan kanan sumbu utama tersebut sebagai titik-titik penelitian. Survey dan wawancara pedagang air dilakukan terhadap pedagang yang mewakili beberapa jenis usaha. Analisa data dilakukan secara deskriptif. Ditemukan layanan air minum swasta bervariasi dengan sistem perpipaan maupun non perpipaan. PDAM Tirta Musi dengan jaringan perpipaan menunjukkan harga air terendah dari semua jenis layanan air, jaringan perpipaan dengan swasta 2 kali dari harga PDAM. Harga air sistem tangki air 31 kali lebih mahal dengan harga air dengan sambungan PDAM. Air dari pedagang keliling yang dijual per jerigen adalah 56 kali lebih mahal. Harga air minum kemasan isi ulang 293 kali harga air PDAM. Diperlukan aturan yang jelas untuk meningkatkan sinergi antara layanan air yang ada sebagai upaya percepatan air minum sesuai dengan target Millennium Development Goals 2015.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.