Latar Belakang: Stunting adalah postur tubuh pendek yang timbul karena malnutrisi kronis. Asupan zat gizi adalah salah satu faktor yang berpengaruh langsung terhadap stunting. Asupan zat gizi dipengaruhi oleh perilaku ibu. Konseling gizi merupakan salah satu cara memperbaiki perilaku ibu, meliputi pengetahuan, sikap, dan praktik ibu sehingga asupan zat gizi dapat diperbaiki.Tujuan: Menganalisis pengaruh konseling gizi terhadap pengetahuan, sikap, praktik ibu dalam pemberian makan anak, dan asupan zat gizi anak stunting usia 1-2 tahun.Metode: Penelitian eksperimen dengan quasi experiment nonequivalent control group design pada anak stunting usia 1-2 tahun di Kecamatan Semarang Timur. Jumlah sampel adalah 20 ibu pada kelompok kontrol dan 20 ibu pada kelompok perlakuan. Kelompok kontrol adalah ibu dari anak stunting yang tidak diberi konseling gizi. Kelompok perlakuan adalah ibu dari anak stunting yang diberi konseling gizi. Konseling dilakukan 1 kali tiap minggu selama 6 minggu. Subjek penelitian adalah ibu yang mempunyai anak stunting. Analisis data menggunakan uji beda, yaitu dependent t test atau independent t test untuk data yang berdistribusi normal, dan wilcoxon atau mann-whitney untuk data yang tidak berdistribusi normal.Hasil: Sebanyak 65% subjek adalah perempuan, dan 85% subjek tidak mendapatkan ASI eksklusif. Pendidikan responden 60% adalah SMA, 57,5% responden merupakan ibu rumah tangga, dan pendapatan rumah tangga responden 60% <Upah Minimum Kota Semarang. Pada kelompok kontrol, tidak terdapat peningkatan skor sikap, praktik ibu, dan asupan zat gizi anak secara signifikan, tetapi skor pengetahuan meningkat signifikan (p=0,022). Pada kelompok perlakuan terdapat peningkatan skor pengetahuan, sikap, praktik ibu, dan asupan zat gizi anak secara signifikan (p=0,000). Terdapat perbedaan perubahan pengetahuan sikap, praktik ibu, dan asupan zat gizi anak secara signifikan (0,000) antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.Simpulan: Konseling gizi dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, praktik ibu dalam pemberian makan anak, dan asupan zat gizi anak secara signifikan. Latar Belakang: Stunting adalah postur tubuh pendek yang timbul karena malnutrisi kronis. Asupan zat gizi adalah salah satu faktor yang berpengaruh langsung terhadap stunting. Asupan zat gizi dipengaruhi oleh perilaku ibu. Konseling gizi merupakan salah satu cara memperbaiki perilaku ibu, meliputi pengetahuan, sikap, dan praktik ibu sehingga asupan zat gizi dapat diperbaiki.Tujuan: Menganalisis pengaruh konseling gizi terhadap pengetahuan, sikap, praktik ibu dalam pemberian makan anak, dan asupan zat gizi anak stunting usia 1-2 tahun.Metode: Penelitian eksperimen dengan quasi experiment nonequivalent control group design pada anak stunting usia 1-2 tahun di Kecamatan Semarang Timur. Jumlah sampel adalah 20 ibu pada kelompok kontrol dan 20 ibu pada kelompok perlakuan. Kelompok kontrol adalah ibu dari anak stunting yang tidak diberi konseling gizi. Kelompok perlakuan adalah ibu dari anak stunting yang diberi konseling gizi. Konseling dilakukan 1 kali tiap minggu selama 6 minggu. Subjek penelitian adalah ibu yang mempunyai anak stunting. Analisis data menggunakan uji beda, yaitu dependent t test atau independent t test untuk data yang berdistribusi normal, dan wilcoxon atau mann-whitney untuk data yang tidak berdistribusi normal. *)Penulis Penanggungjawab Hasil: Sebanyak 65% subjek adalah perempuan, dan 85% subjek tidak mendapatkan ASI eksklusif. Pendidikan responden 60% adalah SMA, 57,5% responden merupakan ibu rumah tangga, dan pendapatan rumah tangga responden 60% <Upah Minimum Kota Semarang. Pada kelompok kontrol, tidak terdapat peningkatan skor sikap, praktik ibu, dan asupan zat gizi anak secara signifikan, tetapi skor pengetahuan meningkat signifikan (p=0,022). Pada kelompok perlakuan terdapat peningkatan skor pengetahuan, sikap, praktik ibu, dan asupan zat gizi anak secara signifikan (p=0,000). Terdapat perbedaan perubahan pengetahuan sikap, praktik ibu, dan asupan zat gizi anak secara signifikan (0,000) antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Simpulan: Konseling gizi dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, praktik ibu dalam pemberian makan anak, dan asupan zat gizi anak secara signifikan.
Latar Belakang : Salah satu penyebab peningkatan obesitas di kalangan remaja perkotaan adalah adanya peningkatan frekuensi konsumsi makanan cepat saji. Hal ini dikarenakan makanan cepat saji bersifat cepat, mudah, dan menarik untuk remaja serta faktor kenyamanan yang mendukung. Remaja yang mengkonsumsi makanan cepat saji akan mengkonsumsi energi, lemak, dan gula secara berlebihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan pengetahuan, uang saku, dan peer group serta promosi dan motivasi dengan frekuensi konsumsi makanan cepat saji pada siswi di SMA Theresiana 1 Semarang. Metode : Studi cross sectional pada 95 siswi kelas X dan XI di SMA Theresiana 1 Semarang. Subjek diambil dengan metode consecutive sampling yang memenuhi kriteria inklusi. Data frekuensi konsumsi makanan cepat saji, pengetahuan, uang saku, dan peer group diperoleh dari pengisian kuisoner, sedangkan data motivasi dan promosi diperoleh dengan FGD (focus group discussion). Data kebiasaan makan sehari-hari diperoleh melalui FFQ (food frequency questionnaire). Uji normalitas menggunakan Kolmogorof-Smirnov. Data berdistribusi tidak normal pengujian menggunakan korelasi Rank spearman. Hasil : Frekuensi konsumsi makanan cepat saji subjek sebagian besar termasuk jarang (1-2x seminggu) yaitu 83,2%. Terdapat korelasi positif antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan uang saku (r = 0,279; p = 0,006). Tidak ditemukan korelasi antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan pengetahuan (r = 0,066; p = 0,527), dan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan peer group (r = -0,005; p = 0,958). Informasi mengenai makanan cepat saji sebagian besar subjek dapatkan melalui iklan televisi. Sebagian besar subjek mengkonsumsi makanan cepat saji karena faktor praktis dan ingin mencoba rasanya. Kesimpulan : Terdapat hubungan bermakna antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan jumlah uang saku (p=0,006).
Latar belakang: Gizi buruk merupakan kondisi seseorang di mana status gizi berada di bawah standar, yaitu BB/U <-3SD WHO-2005. Faktor penyebab gizi buruk pada balita, antara lain konsumsi makanan, penyakit infeksi, pengetahuan dan sikap ibu tentang gizi serta perilaku ibu dalam pemberian makan. Salah satu cara menangani gizi buruk dengan meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu melalui program konseling gizi. Penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu balita gizi buruk sebelum dan setelah konseling gizi. Metoda: Penelitian ini merupakan Quasi Experimen dengan desain One Group Pre Post Test. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara secara mendalam dengan kuesioner dan pengamatan saat konseling belangsung. Jumlah subyek sebanyak 26 orang yang dipilih dengan total sampling dari total populasi ibu dari balita yang mengikuti program penanggulangan gizi buruk. Konseling gizi dilakukan sebanyak 4 kali. Analisis bivariat sebelum dan setelah konseling gizi untuk pengetahuan dan sikap menggunakan uji Wilcoxon. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan setelah konseling gizi pengetahuan ibu meningkat sebesar 34,6%, sedangkan sikap ibu meningkat sebesar 57,7%. Peningkatan perilaku ibu setelah konseling gizi menjadi baik ditunjukkan sebagian besar ibu menerapkan anjuran yang diberikan oleh konselor. Terdapat perbedaan antara pengetahuan dan sikap dan perilaku ibu sebelum dan setelah konseling gizi. Simpulan: Konseling gizi mempengaruhi peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku pada ibu balita gizi buruk.
Latar Belakang: Formula enteral atau diet cair merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan zat gizi khususnya bagi anak penderita gizi buruk. Formula enteral yang diproduksi secara tradisional sangat rentan tercemar oleh mikroorganisme bila tidak ditangani secara tepat dan benar. Lamanya waktu penyimpanan akan mempengaruhi kualitas formula enteral itu sendiri.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mikrobiologi dan uji viskositas dari formula enteral berbasis labu kuning dan telur bebek.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap satu faktor yaitu lama penyimpanan formula enteral terhadap nilai TPC dan Salmonella sp dengan 3 variasi perlakuan, yaitu formula yang disimpan selama 1 jam, 2 jam dan 3 jam di dalam suhu ruangan tertutup, dan dilakukan dengan tiga kali pengulangan. Data dianalisis menggunakan uji One Way ANOVA untuk uji Viskositas dan Repeated ANOVA untuk uji TPC dengan derajat kepercayaan 95%.Hasil: Pada uji viskositas formula enteral menunjukkan adanya perbedaan tingkat kekentalan dengan berbagai variasi konsentrasi telur bebek, namun berpengaruh tidak nyata terhadap viskositas (p >0,05). Lama penyimpanan formula enteral berpengaruh tidak nyata terhadap TPC. Nilai TPC pada umur simpan masih dalam batas normal yaitu 0.19 x104 cfu/ml. Sedangkan umur simpan ≥2 jam melebihi batas maksimal dan tidak memenuhi syarat. Untuk uji Identifikasi Salmonella tidak ditemukan sama sekali bakteri Salmonella sp dan sudah memenuhi syarat SNI.Simpulan: Terdapat perbedaan tingkat kekentalan dengan berbagai konsentrasi telur bebek namun tidak berpengaruh nyata terhadap viskositas formula enteral. Semakin lama penyimpanan formula enteral maka akan semakin menurun kualitas formula enteral itu sendiri. Tidak terdapat bakteri Salmonella sp pada produk formula enteral dan sudah memenuhi syarat SNI.
Background: When breast milk is no longer enough to meet the nutritional needs of the infant, complementary foods should be added. Complementary feeding should be start giving from 6 months onwards. The period from 6-months of age is a very vulnerable period. It is the time when malnutrition starts in many infants. One form of complementary feeding which are hygienic, and ready to serve is an instant baby food. Utilization of local food such as catfish (Pangasius sp) and pumpkin (Cucurbita moschata) as a source of protein and beta-carotene may increase the nutrient content of complementary feeding. Objective: This study was designed to analyze the difference of nutrients content, bulk density, and acceptability among the percentage varieties of catfish and pumpkin flour substitution on instant baby porridge. Methods: An experimental study with a single factor completely randomized design. The experiment carried out by combining the percentage of catfish and pumpkin flour substitution in to 4 formulas. The nutrients content that were analyzed are levels of protein, betacarotene, fat, and carbohydrate. Statistical analysis of the nutrients content, bulk density, and acceptability using One Way ANOVA test CI 95% followed by Tukey posthoc test. Results: Instant baby food recommended is the substitution of catfish 20% and 15% pumpkin. Servings (25 g) instant baby food to meet the 34% and 102% of protein adequacy adequacy of vitamin A. Conclusion: Instant baby porridge substituted with catfish and pumpkin flour are high in protein and vitamin A, appropriate to the bulk density, and acceptable.
Latar Belakang: Prediabetes merupakan tahap awal sebelum terjadinya Diabetes Mellitus (DM). Setiap tahunya 4-9% orang dengan prediabetes akan menjadi DM. Buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) merupakan pangan fungsional mengandung tinggi antioksidan dan serat yang dapat mengendalikan kadar glukosa darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jus buah naga merah dengan dosis 2.86 g/kg BB/hari terhadap kadar glukosa darah puasa (GDP) pria prediabetes.Metode: Jenis penelitian adalah kuasi eksperimental dengan rancangan pre-post control group design. Subyek adalah pria prediabetes dengan kadar GDP 100-125 mg/dL, dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol yang diberi plasebo dan kelompok perlakuan yang diberi jus buah naga merah dengan dosisi 2.86 g/kg BB/hari. Intervensi dilakukan selama 21 hari. Pengukuran kadar GDP dilakukan dengan metode spektrofotometri. Darah diambil sehari sebelum intervensi dan pada hari ke-22 setelah subyek berpuasa selama 10 jam. Uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk. Analisa statistik menggunakan Independent sample t-test, Mann-Whitney dan Paired t-test.Hasil: Kelompok perlakuan mengalami penurunan kadar GDP yang bermakna sebesar 36.14±22.82 mg/dL, sedangkan kelompok kontrol mengalami penurunan GDP tidak bermakna sebesar 3.79±17.64 mg/dL. Secara statistik terdapat perbedaan perubahan kadar GDP antara kelompok kontrol dan perlakuan yang bermakna (p<0.005).Kesimpulan: Pemberian jus buah naga merah berpengaruh terhadap penurunan kadar GDP pria prediabetes pada kelompok perlakuan. Terdapat perbedaaan kadar GDP antara kelompok kontrol dan perlakuan setelah intervensi.
Latar Belakang: Fase rehabilitasi sebagai bagian dari fase pemulihan gizi buruk memerlukan pemberian makanan yang tepat agar tumbuh kejar anak dapat tercapai. Salah satu bentuk makanan yang diberikan yaitu makanan enteral yang dapat dibuat sendiri menggunakan bahan pangan lokal yang bernilai gizi tinggi seperti labu kuning dan telur bebek.Tujuan: Menganalisis kandungan zat gizi dan daya terima formula makanan enteral dengan variasi persentase telur bebek.Metoda: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap satu faktor yaitu variasi komposisi telur bebek 3% (A1), 6% (A2), dan 9% (A3). Kandungan zat gizi yang dianalisis antara lain kadar karbohidrat, lemak, protein, betakaroten, serat kasar, dan abu. Pengujian daya terima dilakukan dengan uji hedonik oleh 30 panelis tidak terlatih. Analisis yang digunakan yaitu uji One Way ANOVA CI 95% dilanjutkan dengan uji posthoc Tukey.Hasil: Terdapat perbedaan pada kadar karbohidrat, lemak, protein, betakaroten, serat kasar, dan abu. Sementara pada daya terima tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Formula yang direkomendasikan adalah formula A2 dengan energi 130 kkal/100 ml dan protein 5,6 g/100 ml. Konsumsi 100 ml formula A2 dapat memenuhi 86% kecukupan energi dan 93% kecukupan protein anak gizi buruk pada fase rehabilitasi dengan kebutuhan energi 150 kkal/kgBB/hari dan protein 4 g/kgBB/hari.Simpulan: Formula makanan enteral berbasis labu kuning dan telur bebek memenuhi persyaratan kandungan gizi dan dapat diterima oleh panelis. Formula makanan enteral berbasis labu kuning dan telur bebek mengandung tinggi protein dan vitamin A.
Latar belakang : Penyakit jantung dan pembuluh darah dapat disebabkan karena suatu kondisi yang disebut hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia merupakan suatu kondisi dimana kadar kolesterol total dalam darah lebih dari batas normal. Kadar kolesterol total dalam darah dipengaruhi oleh asupan lemak dan kolesterol. Konsumsi bahan makanan yang yang mengandung tokotrienol, niasin, serat, dan vitamin C dapat menurunkan kadar kolesterol total dalam darah, salah satunya adalah buah naga merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jus buah naga merah (Hylrocereus polyrhizus) terhadap kadar kolesterol total pria hiperkolesterolemia.Metode : Penelitian ini merupakan quasi-experimental dengan rancangan control group pre-post test. Subjek penelitian adalah pria berusia 35-50 tahun sebanyak 30 orang memiliki kadar kolesterol total 200-239 mg/dl. Pemberian intervensi dilakukan selama 21 hari. Kelompok perlakuan diberikan jus buah naga merah dengan dosis 2,86g/kgBB/hari, dan kelompok kontrol diberikan plasebo berupa sirup nol kalori. Kadar kolesterol total darah diambil setelah subjek berpuasa selama 10 jam dan dianalisis menggunakan metode CHOD-PAP. Uji normalitas menggunakan Shapiro Wilk. Analisis statistik menggunakan uji dependent t, independent t-test, Mann Whitney, dan Wilcoxon.Hasil : Kadar kolesterol total sebelum intervensi kelompok perlakuan yaitu 226,00 mg/dl dan setelah intervensi 212,47 mg/dl. Terdapat perbedaan yang bermakna kadar kolesterol total pada kelompok perlakuan (p=0,043). Kadar kolesterol total sebelum intervensi kelompok kontrol yaitu 218,73mg/dl dan setelah intervensi 227,53 mg/dl. Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar kolesterol total pada kelompok kontrol (p=0,102). Terdapat perbedaan pada perubahan kadar kolesterol total antara kedua kelompok setelah perlakuan (p=0,008)Simpulan : Terdapat perbedaan bermakna kadar kolesterol total sebelum dan setelah pemberian jus buah naga merah pada kelompok perlakuan. Terdapat perbedaan bermakna perubahan kadar kolesterol total antara kelompok kontrol dan perlakuan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.