School-age is a golden period to instill the values of clean and healthy life behavior (PHBS), so it has the potential as an agent of change to promote within the school, family and community. The function of the school is also a place of learning that can be a threat of disease transmission if not managed properly. Besides, school-age for children is also a vulnerable period for various diseases. The aim of this study was to determine the association between knowledge, attitude and role of teacher with the implementation of PHBS in the school. This study used observational quantitative research by using a cross-sectional approach. The research subjects were 58 students in fourth and fifth grade from elementary school number 1 East Kuripan West Lombok which selected by using total sampling. That school was selected because it has the lowest scope in terms of implementation of PHBS. The instrument used was a questionnaire in the checklist form which consisted of 19 questions about knowledge, 15 questions about attitude, 13 questions about the role of teacher, and 11 questions about the implementation of PHBS. Each variable was categorized into good category if the correct answers was covered >70 % out of total score, and vice versa. Data analysis performed by Chi-square. The results of the bivariate analysis revealed that knowledge and attitude were significantly associated with implementation of PHBS behavior. The role of the teacher did not have any association with implementation of PHBS among fourth and fifth grade elementary school students’ number 1 East Kuripan. It can be concluded that the implementation of PHBS in Elementary School Number 1 was influenced by student’s knowledge and attitude.
Kejadian kekerasan seksual pada anak (KSA) angkanya meningkat di Indonesia. Sumber informasi diduga berhubungan erat dengan pengetahuan dan sikap anak dalam mencegah terjadinya kekerasan seksual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sumber informasi dengan tingkat penetahuan dan sikap anak sekolah dasar. Desain penelitian deskriptif korelasi. Pengumpuan data menggunakan quesioner tentang sumber informasi, pengetahuan, dan sikap. Analisa data menggunakan univariat dan bivariat Chi-square test. Penelitian dilakukan di SDN IV Dayeuhkolot Kabupaten Bandung tahun 2018, dengan sampel total sampling sejumlah 76 siswa kelas 5 dan 6. Hasil penelitian: menunjukan bahwa sebagian besar responden mendapatkan informasi KSA dari teman sebanyak 30 responden (62,5 %). Sebagian besar rata rata tingkat pengetahuan responden berkatagorik baik sejumlah 51 (67,1%). Hampir seluruh responden memiliki sikap mendukung dalam pencegahan KSA sejumlah 44 (57,9 %). Analisa lanjut ditemukan tidak ada hubungan yang signifikan variabel sumber informasi dengan pengetahuan (p > 0.05). Pada variabel sikap ditemukan ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perolehan sumber informasi (p = 0,000), yaitu dari lagu (p = 0,004), tetangga (p = 0,004), teman (p = 0,000), kakak (p = 0,006 ), koran (p = 0,036), sedangkan sumber informasi dari dokter ditemukan tidak ada hubungan yang signifikan dengan sikap (p = 0,754). Sumber informasi mempengaruhi sikap anak. Berdasarkan hasil penelitian dimana sumber informasi lebih banyak diperoleh dari teman, maka diperlukan adanya program untuk peningkatan pemberian informasi yang memadai dan berkelanjutan dengan melibatkan peer group anak, orang tua, dan guru.
Masalah Triad KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) merupakan masalah di Indonesia, salah satunya adalah penyalahgunaan narkoba. Narkoba merupakan hal yang mengancam kehidupan remaja. Banyak faktor yang mempengaruhi seorang remaja terkena atau terhindar dari perilaku penggunaan zat terlarang tersebut, salah satunya adalah karakteristik. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan karakteristik dengan perilaku terhindarnya penggunaan narkoba pada remaja. Metode penelitian deskriptif kuantitatif. Data dianalisa menggunakan univariat berupa porsentase. Penelitian dilakukan tahun 2017 di SMA 16 Bandung. Sampel berjumlah 108 siswa. Tehnik pengambilan sample dengan stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik responden: mayoritas responden berjenis kelamin wanita (52,8%), suku Sunda (82,4%), pekerjaan orang tua wiraswasta (48,1%), pendidikan orang tua perguruan tinggi (50.9%), dan beragama Islam (94.4%). Pada variabel perilaku beresiko menunjukan bahwa mayoritas responden menyibukan diri dengan hobi yang positif 85.2%, tidak berteman dengan pecandu narkoba 70.4%, berpartisipasi dalam organisasi sekolah 52.8%, mencari tahu info tentang narkoba yang benar 63.9%, menghadiri seminar tentang narkoba 51.9%, bercerita dengan orang tua 65.7%, tidak merokok 67.6%, tidak suka mengunjungi kafe klub malam 62 %. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa mayoritas remaja melakukan kegiatan-kegiatan yang positif sehingga tidak beresiko berperilaku menggunakan narkoba.
Tobacco use is one of the predicting factors of non-communicable diseases. In 2003, cigarette consumption was the main factor contributing to 4.9 million deaths in developing countries. In 2020, Bureau of Statistics Indonesia reported 31.5% of Indonesian population were tobacco users. Particularly, in West Kalimantan province, more than one-fourth of men are smokers. Specifically, in the working area of Sungai Durian Primary Healthcare Center, third-fourth of men are smokers. This study was conducted to examine the relationship between Knowledge, Attitude, and Practice (KAP) with tobacco use. This cross-sectional study employed 218 respondents of 4,321 male population. The predicting factors in this study were knowledge, attitude, and practice. The statistical test was done using univariate, bivariate (Chi-Square), and multivariate (binary logistic regression) analyses. The bivariate analysis test showed that knowledge and practice were significantly associated with tobacco use. Regarding the multivariate analysis results, practice was the strongest factor affecting tobacco use (AOR= 4.25, CI 95% (1.93 – 9.36)), and the second strongest factor was knowledge (AOR= 2.46, CI 95% (1.00 – 6.04)). Tobacco use in the working area of Sungai Durian Primary Healthcare Center was mostly affected by practice. Primary healthcare centers as the nearest healthcare facility in the community need to improve health education and decrease tobacco consumption. A tobacco control can be implemented by banning smoking indoors to reduce smoking behavior. Abstrak Penggunaan tembakau merupakan salah satu faktor risiko penyakit tidak menular. Pada tahun 2003, konsumsi rokok merupakan penyebab utama kematian 4,9 juta penduduk di negara berkembang. 31,5% penduduk Indonesia adalah pengguna tembakau berdasarkan data tahun 2000. Secara khusus di Provinsi Kalimantan Barat, lebih dari satu per empat laki-lakinya adalah perokok, dan secara lebih khusus lagi, tiga per empat laki-laki usia 20-30 tahun di wilayah kerja Puskesmas Sungai Durian adalah perokok. Studi ini dilakukan untuk menguji hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap penggunaan tembakau. studi cross-sectional ini melibatkan 180 perokok di antara 4,321 total populasi laki-laki. Faktor prediksi pada studi ini yaitu: pengetahuan, sikap, dan praktik. Uji statistik telah dilakukan yaitu uji tunggal, ganda (Chi-Square), dan multivariabel (binary logistic regression). Uji ganda menemukan bahwa pengetahuan dan perilaku secara signifikan berhubungan dengan penggunaan tembakau. Lebih jauh, berdasarkan hasil multivariabel, perilaku merupakan pengaruh terbesar (AOR= 4,25, CI 95% (1,93 – 9,36)) dan diikuti dengan pengetahuan (AOR= 2,46, CI 95% (1,00 – 6,04)). Penggunaan tembakau di wilayah kerja Puskesmas Sungai Durian sebagian besar dipengaruhi oleh perilaku. Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan terdekat butuh menyelenggarakan pendidikan kesehatan untuk menurunkan konsumsi tembakau. Pengendalian tembakau yang diimplementasikan dengan larangan merokok di dalam ruangan sangat penting untuk mengurangi kebiasaan merokok.
Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis B yang merusak hati dengan masa inkubasi 14-160 hari, penyebaran penyakit melalui darah dan produknya, suntikan yang tidak aman, transfusi darah, proses persalinan, melalui hubungan seksual. Puskesmas Sungai Durian merupakan salah satu puskesmas dengan angka kejadian Hepatitis paling tinggi pada tahun 2013 terdapat 81 kasus dan angka kejadian tertinggi terdapat di Kelurahan Kapuas Kanan Hulu yaitu 64 kasus. Metode penelitian ini menggunakan rancangan survei analitik dengan pendekatan case control. Subjek penelitian ini sebanyak 124 orang dengan 64 orang sebagai kasus yang pernah terkena kasus hepatitis B dan kontrolnya sebanyak 64 orang yang tidak pernah terkena hepatitis B. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan purposive sampling. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan sumber air bersih, kepemilikan jamban, dan sanitasi makanan dengan kejadian Hepatitis B. Hasil penelitian menunjukan bahwa 50.7% yang pernah mengalami kejadian Hepatitis B. Uji statistik menggunakan chi square dengan bantuan software statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan sumber air minum (p=0.000), kepemilikan jamban (p=0.000) dan sanitasi makanan (p=0.000) dengan kejadian Hepatitis B. Bagi masyarakat waspada dalam mengkonsum air minum, menggunakan jamban keluarga dan menjaga kebersihannya, dan waspada dengan makanan yang dikonsumsi.
The COVID-19 outbreak, which originated in China, has spread to all countries worldwide, including Indonesia. Until July 2021, the growth rate has been gradually increasing, and cases have been found in all 34 provinces of Indonesia. This cross-sectional study aimed to investigate the knowledge, attitudes, and practices (KAP) of health personnel in public health centers towards the COVID-19 outbreak in Indonesia using online self-report questionnaires. A total of 440 respondents contributed to this online survey. The level of average KAP were 7.7 out of 10.0, 14.3 out of 15.0, and 31.9 out of 36.0, respectively. There was no significant association between respondents’ characteristics (sex, marital status, and age) and their KAP, which showed p > 0.05 for all variables. It can be concluded that the level of KAP was good even though the respondents’ characteristics had no association with KAP.
Kebersihan terkaitan dengan menjaga kesehatan dan kebiasaan kebersihan yang mencakup praktik sanitasi, pengobatan pencegahan, dan pencegahan penyakit, latihan, studi dan pemeliharaan kesehatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penyuluhan personal hygiene terhadap pengetahuan dan sikap siswa di SMP Muhammadiyah Sintang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan pendekatan Pre Eksperimen, perencanaan yang digunakan adalah One Grup Pre test dan Post test. Sampel diperoleh dengan memilih para peserta yang telah tersedia di kelas VII, VIII, dan IX berjumlah 50 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan siswa SMP Muhammadiyah Sintang yang melakukan personal hygiene sebanyak 26 responden (52%). Penyuluhan personal hygiene dapat meningkatkan pengetahuan siswa sebesar 2,6 yaitu dari 66,4 (sebelum) menjadi berubah naik menjadi 69 (sesudah) dan hasil uji T diperoleh nilai p=0,319. Penyuluhan personal hygiene dapat menurunkan sikap siswa sebesar 3 yaitu dari 95,6 (sebelum dilakukan penyuluhan personal hygiene) menjadi berubah turun menjadi 92,6 (sesudah dilakukan penyuluhan personal hygiene) dan hasil uji T diperoleh nilai p=0,008. Disarankan kepada pihak yang berkepentingan dapat melakukan penyuluhan personal hygiene kepada siswa SD yang belum mengetahui tentang personal hygiene untuk meningkatkan pengetahuan dan memperbaiki sikap dan Puskesmas agar membuat program pendidikan kesehatan secara berkelanjutan.
ABSTRACT Forest and land fires cause an increase in pollutants due to smoke from forest fires that are harmful to health, especially causing ARI. This study was to determine the effect of health education on the dangers of smoke on the knowledge and attitudes of students at SMA Muhammadiyah Sintang. The research applied quantitative method with a pre-experimental approach, one group pre-test and post-test. The research sample was taken using the convenience sample technique. The results showed that the education on the dangers of smog for health could increase the students' knowledge by 5.51 from 30.69, to 36.20. The results of the t-test obtained p value = 0.046 statistically; there was a significant difference in knowledge. Counseling on the dangers of smog for health reduced the positive attitude of students by 1.62 from 35.64 to 34.02. The results of the t-test obtained p value = 0.027, meaning that there was a statistically significant difference in attitudes. In conclusion, the counseling can be carried out continuously in a planned manner so that the students' knowledge about the risks of exposure to smoke haze and the student attitudes support the health education programs.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.