We have established a self-calibrated method, called pbFFS for photobleaching fluctuation fluorescence spectroscopy, which aims to characterize molecules or particles labeled with an unknown distribution of fluorophores. Using photobleaching as a control parameter, pbFFS provides information on the distribution of fluorescent labels and a reliable estimation of the absolute density or concentration of these molecules. We present a complete theoretical derivation of the pbFFS approach and experimentally apply it to measure the surface density of a monolayer of fluorescently tagged streptavidin molecules, which can be used as a base platform for biomimetic systems. The surface density measured by pbFFS is consistent with the results of spectroscopic ellipsometry, a standard surface technique. However, pbFFS has two main advantages: it enables in situ characterization (no dedicated substrates are required) and can be applied to low masses of adsorbed molecules, which we demonstrate here by quantifying the density of biotin-Atto molecules that bind to the streptavidin layer. In addition to molecules immobilized on a surface, we also applied pbFFS to molecules diffusing in solution, to confirm the distribution of fluorescent labels found on a surface. Hence, pbFFS provides a set of tools for investigating the molecules labeled with a variable number of fluorophores, with the aim of quantifying either the number of molecules or the distribution of fluorescent labels, the latter case being especially relevant for oligomerization studies.
AbstrakTelah dilakukan pembuatan papan patikel dari sekam padi dengan menggunakan perekat urea formaldehyde (UF). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sifat fisik dan mekanik pada papan partikel. Pembuatan papan partikel menggunakan bahan baku sekam kasar dan sekam halus dengan perbandingan bahan baku 60 : 40, dan penambahan perekat urea formaldehyde (UF) dengan persentase berat perekat yang digunakan adalah 18%, 20%, dan 22%. Papan partikel kemudian dikempa dengan tekanan 25 kg/cm 2 pada suhu 140°C selama 8 menit. PendahuluanPadi merupakan produk utama pertanian di negara-negara agraris termasuk Indonesia. Penggilingan padi menghasilkan 72% beras, 5% dedak, dan 20-22% sekam (Prasad, dkk., 2001). Sekam padi merupakan produk samping yang melimpah dari hasil penggilingan padi yang selama ini hanya digunakan sebagai bahan bakar untuk pembakaran batu merah, pembakaran untuk memasak atau dibuang begitu saja. Penanganan sekam padi yang tidak tepat akan menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Sekam padi mengandung 78-80% bahan organik yang mudah menguap yaitu lignin, selulosa, dan gula. Abu sekam padi yang dihasilkan dari pembakaran sekam padi adalah sekitar 20% (Yalqin dan Selving, 2001). Untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan, diperlukan alternatif untuk memanfaatkan sekam padi ini. Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah menggunakan sekam padi sebagai bahan pembuatan papan partikel. Penggunaan sekam diharapkan dapat menjadi bahan pengganti kayu yang sampai sekarang masih mendominasi pembuatan papan partikel. Papan partikel yang dibuat dari sekam dapat menjadi substitusi kayu dimana permintaan kayu di pasaran masih cukup tinggi. Adanya substitusi kayu dengan papan partikel diharapkan dapat mengurangi tingginya penggunaan kayu untuk kebutuhan struktur dan non struktur.Riska (2008) melakukan penelitian tentang pembuatan papan partikel dari sekam yang direbus dan menggunakan limbah plastik sebagai bahan perekatnya. Malau (2009) berhasil memanfaatkan ampas tebu untuk dijadikan papan partikel dengan menggunakan urea formaldehida sebagai bahan perekat. Pada penelitian ini digunakan cara yang berbeda yaitu dengan proses penjemuran sekam dan perekat yang digunakan dalam proses pembuatan papan partikel sekam adalah urea formaldehida. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sifat fisik dan mekanik papan partikel dari sekam padi dan diharapkan pembuatan papan partikel dari sekam padi dapat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan papan, serta mengurangi dampak pencemaran lingkungan.Papan partikel mempunyai beberapa kelebihan dibanding kayu asalnya yaitu papan partikel bebas dari mata kayu, pecah dan retak, selain itu ukuran dan kerapatan papan partikel dapat disesuaikan dengan kebutuhan, mempunyai sifat isotropis, serta sifat dan kualitasnya dapat diatur. Kelemahan papan partikel adalah stabilitas dimensinya yang rendah. Pengembangan tebal papan partikel sekitar 10% hingga 25% dari kondisi kering ke basah melebihi pengembangan kayu utuhnya serta pengembangan liniernya sampai 0,35%. Pengembangan panjang dan ...
Karbon aktif merupakan salah satu adsorben yang banyak digunakan sebagai material penjernih air. Pada umumnya, karbon aktif dapat disintesis dari berbagai limbah biomassa yang tidak digunakan seperti bambu buluh (Schizosachyum brachycladum). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan suhu karbonisasi optimum sintesis karbon aktif yang dilihat dari penyerapan tertinggi kadar besi pada air sumur gambut. Artikel ini juga menjabarkan hubungan antara suhu karbonisasi dan ukuran pori terhadap daya serap karbon aktif. Sintesis karbon aktif diawali dengan proses karbonisasi pada suhu bervariasi dari 400°C hingga 600°C (60 menit), kemudian dilanjutkan dengan proses aktivasi dengan mencampurkan bahan baku dengan larutan H3PO4 10% (24 jam) dilanjutkan pemanasan pada 900°C (60 menit). Ukuran pori dan morfologi permukaan karbon aktif digambarkan dengan menggunakan scanning electron microscope (SEM). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, karbon aktif yang dikarbonisasi pada suhu 500°C memiliki daya serap dan ukuran pori optimal, dengan efektivitas serapan sebesar 73,03% dan ukuran pori sebesar 40 µm. Semakin besar ukuran pori karbon aktif, maka kemampuannya menyerap Fe dalam air semakin besar. Penggunaan suhu di atas 500°C dapat merusak dinding pori karbon aktif. Dengan demikian, sintesis karbon aktif dari bambu buluh akan optimal jika dilakukan karbonisasi pada suhu 500°C.
Telah dilakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh waktu hidrolisis terhadap sifat mekanis selulosa kristalin dari campuran serbuk gergaji kayu belian, bengkirai, jati dan meranti. Isolasi selulosa kristalin dari serbuk gergaji dilakukan melalui 3 tahap yaitu ekstraksi, bleaching dan hidrolisis asam. Tahap ekstraksi menggunakan larutan alkohol-benzena (1:2) dan larutan NaOH dengan Na2S. Tahap bleaching menggunakan hipoklorit 30%. Sedangkan tahap hidrolisis asam menggunakan HCl 37% dengan asam: selulosa yaitu 4:1. Selulosa kristalin dibuat dengan variasi waktu hidrolisis yaitu 30 menit, 45 menit dan 90 menit. Nilai optimum diperoleh dari hasil hidrolisis 30 menit dengan derajat kristalinitas 74,49%, kekuatan tarik 20,09 kPa, kekuatan putus 17,64 kPa dan modulus elastisitas 1,3393 MPa. Nilai derajat kristalinitas berbanding lurus dengan parameter mekanis selulosa kristalin yang dihasilkan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.