Akne vulgaris (AV) merupakan penyakit peradangan kronis pada unit pilosebaseus. Tumor necrosis factor-α (TNF-α) merupakan sitokin proinflamasi yang terlibat dalam patogenesis inflamasi AV. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui hubungan TNF-α dengan derajat keparahan AV dan menunjukkan hasil yang bervariasi. Hingga saat ini, belum ada data perbandingan kadar TNF-α plasma pada individu dengan berbagai derajat keparahan AV. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kadar TNF-α plasma pada berbagai derajat keparahan AV dan menentukan perbedaan kadar TNF-α plasma pada berbagai derajat keparahan AV. Desain penelitian yang digunakan yaitu analitik observasional potong lintang dengan jumlah subjek 72 penderita AV yang datang ke Instalasi Rawat Jalan Kulit dan Kelamin RSUD dr. Saiful Anwar Malang dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek dikelompokkan menjadi 3 kelompok derajat keparahan AV, yaitu ringan, sedang dan berat berdasarkan klasifikasi Combined Acne Severity Scale (CASC) menurut Lehmann. Variabel yang diukur adalah kadar TNF-α plasma dengan metode ELISA. Hasil rerata kadar TNF-α plasma pada AV derajat ringan 14,727,97 pg/ml, AV sedang 15,3912,13 pg/ml, dan AV berat 13,927,11 pg/ml. Analisis statistik rerata kadar TNF-α dengan menggunakan uji statistik nonparametrik Kruskall-Wallis menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p > 0,05) pada ketiga derajat keparahan AV, namun kadarnya masih di atas rentang kadar normal. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kadar TNF-α plasma meningkat pada AV walaupun peningkatannya tidak sesuai dengan derajat keparahan. Kata kunci: akne vulgaris, inflamasi, TNF-α.
Penyembuhan luka adalah proses yang kompleks dan dinamis. Luka bakar merupakan jenis luka yang unik karena memerlukan interaksi antara sel dan jaringan yang berbeda dengan berbagai sinyal intraseluler dan ekstraseluler. Luka bakar menghasilkan radikal bebas yang lebih tinggi dibanding luka lain. Konsentrasi radikal bebas yang rendah diperlukan untuk memulai proses perbaikan normal. Dalam proses ini, angiogenesis sangat penting untuk penyembuhan luka bakar. Sinyal radikal bebas mengatur pembentukan pembuluh darah baru yang ditandai dengan pembentukan jaringan granulasi. Antioksidan diperlukan untuk menunjang proses ini dengan menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif, sehingga kerusakan sel akan terhambat. Astaxanthin (ATX) merupakan antioksidan poten yang bersifat larut lemak. Astaxanthin memiliki aktivitas penetralan radikal bebas oksigen tunggal dan berpotensi dalam perlindungan dari peroksidasi lipid. Dosis kecil ATX dapat menurunkan kadar radikal bebas dan dosis yang lebih tinggi semakin meningkatkan penurunan regulasi ini. Peningkatan dosis ATX lebih lanjut akan mengurangi apoptosis sel di zona stasis dengan mempengaruhi jalur apoptosis yang terkait mitokondria. Peran astaxanthin ini sangat penting dimulai dari tahap inisiasi angiogenesis yang menstimulasi faktor pertumbuhan, sehingga meningkatkan jaringan granulasi. Hal tersebut didukung dengan sifat antiinflamasi dari astaxanthin, sehingga penyembuhan luka bakar lebih baik. Kata kunci: angiogenesis, astaxanthin, jaringan granulasi, luka bakar, penyembuhan luka.
ackground: Leprosy is a public health problem because it potentially affects social life. In 2018, World Health Organisation (WHO) reported that Indonesia ranks third of new cases leprosy. Leprosy significantly influences patients' quality of life. Until now, there is still no specific questionnaire to assess the quality of life for leprosy patients. Leprosy Quality of Life Questionnaire (KUKUH) is a questionnaire to assess leprosy patients' quality of life, which includes questions about psychology, physical health, social environment, and treatment. The study aimed to assess the validity and reliability of the Leprosy Quality of Life Questionnaire (KUKUH) as a tool to assess the quality of life of leprosy patients in Indonesia. Methods: The study was conducted at Saiful Anwar General Hospital in Malang, East Java. The validity analysis using construct validity with a minimum correlation coefficient value considered valid by 0.3. Internal consistency assessment for the questionnaire utilized the Cronbach α value where a value greater than or equal to 0.60 is acceptable, and a value greater than or equal to 0.80 is considered good. Results: Based on the result of variable validity test, all items measuring each aspect have item correlation coefficient values with a total score (riT) > table correlation value (0.361). The results of reliability testing, the items that measure each aspect of the quality-of-life variable for leprosy patients have Cronbach's Alpha values greater than 0.6. Conclusion: The validity test results of KUKUH Questionnaire are considered quite good, with a total score of 0.361 for the correlation coefficient for each question in KUKUH. The reliability test results were deemed satisfactory, with Cronbach's alpha > 0.6. The KUKUH questionnaire can be used to evaluate the quality of life of leprosy patients in Indonesia.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.