Histamin merupakan salah satu indikator keamanan mutu pangan untuk produk olahan ikan. Histamin dimungkinkan terkandung pada ikan pindang karena beberapa faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar histamin pada ikan pindang yang dijual dan dikonsumsi oleh masyarakat serta faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya dan kenaikan kadar histamin pada ikan pindang. Sampel ikan pindang diperoleh dari beberapa pasar tradisional di Sidoarjo dan diuji menggunakan metode ELISA. Hasil uji terhadap beberapa parameter menujukkan bahwa nilai pH berkisar antara 6,05 – 6,95; kadar air 13,11 – 27,79%; kadar garam 6,71 – 12,31%; dan kadar histamin 4,143 – 11,450 ppm. Kadar histamin tertinggi diperoleh dari sampel ikan pindang dengan kadar air yang tinggi dan kadar garam yang rendah.
Tingkat konsumsi ikan di Indonesia terus mengalami peningkatan seiring dengan kesadaran masyarakat terhadap pemenuhan gizi dan meningkatnya pengetahuan tentang manfaat makan ikan bagi tubuh. Kebutuhan ini harus diimbangi dengan peningkatan kuantitas dan kualitas produk ikan. Salah satu kontaminan yang dapat menimbulkan permasalahan adalah cemaran antibiotik. Oksitetrasiklin merupakan antibiotik yang banyak digunakan pada dunia perikanan. Penelitian bertujuan untuk melakukan validasi metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) untuk analisis residu oksitetrasiklin dalam daging ikan lele dan melakukan deteksi kejadian residu oksitetrasiklin pada daging ikan lele yang dipasarkan di wilayah Kota Yogyakarta. Penelitian dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap validasi dan tahap penelitian lapangan. Validasi metode preparasi sampel daging ikan lele menggunakan alat KCKT dan meliputi parameter spesifisitas, presisi, akurasi,dan linearitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat KCKT yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk melakukan deteksi residu oksitetrasiklin dalam daging ikan lele dengan baik. Penelitian lapangan menggunakan 59 sampel ikan lele yang diambil dari penjual yang berbeda di 16 pasar tradisional wilayah Kota Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan adanya residu oksitetrasiklin, ditunjukkan dengan hasil positif (melampaui batas maksimum residu) pada 25% dari keseluruhan sampel.
The use of chemical-based molluscicides at the preparation stage of aquaculture activities in ponds can cause residues and death of biota other than mollusc pests and ultimately cause environmental damage. Because of this, natural ingredients are needed. A study on the effectiveness of Excoecaria agallocha gum powder as a molluscicide against Trisipan Cerithidea sp. has been carried out during September - November 2020 in Pulokerto Village, Kraton District, Pasuruan Regency, East Java. The sap from the E. agallocha tree was tapped and made into powder, then tested on 10 trisipans per aquarium, with concentrations of 0, 200, 400, 800, 1600 ppm and control with 3 repetitions. Mortality observations were carried out for 24 hours. The results of the characteristic analysis showed that the E. agallocha latex powder had an ash content of 7.73%, water content of 3.08%, pH 10. The content of bioactive compounds from E. agallocha gum powder using 70% methanol solution included saponins and triterpenoids. The concentration of latex powder has a high influence on the mortality of Cerithidea sp. (Linear regression, R2 = 0.8762) and had a significantly positive relationship (Pearson correlation test, r = 0.936, P = 0.019). Significant differences were found in the mortality of Cerithidea sp. with treatments of 800 and 1600 ppm which were significantly different with concentrations of 200 and 400 ppm (One-way Anova, F = 29.50, P <0.05, df = 3, Tukey test). Toxicity test showed 24-hour LC50 of E. agallocha latex powder against Trisipan Cerithidea sp. is 688.89 ppm and can be categorized as toxic.
Budidaya udang vaname menjadi primadona di Indonesia karena memiliki nilai komersil dan memberikan pendapatan bagi negara. Teknologi pemberian pakan salah satu faktor untuk keberhasilan budidaya. Saat ini teknologi berbasis IoT yaitu automatic feeder yang sedang tren pada budidaya udang vaname. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan automatic feeder pada budidaya udang vaname. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2021 di PT. Windu Marina Abadi, Lombok Timur dengan pengukuran pertumbuhan, kelangsungan hidup, dan FCR serta menganalisis kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan berat terendah terdapat pada petak A5 (7,79 g) dan tertinggi B5 (18,14 g) dengan rata-rata laju pertumbuhan perhari terendah yaitu A5 (0,09) dan B5 (0,21 g), kelangsungan hidup pada tambak menggunakan automatic feeder mencapai 97%, FCR tertinggi yaitu pada tambak (manual) A5 (2,45) dan terendah pada tambak B6 (automatic feeder) (1,08). Nilai kualitas air masih kisaran normal untuk budidaya. Tambak dengan penggunaan automatic feeder relatif lebih baik dibandingkan dengan tambak dengan pemberian pakan secara manual.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi campuran tepung meniran dan bawang putih dicampur dalam pakan (pellet) untuk meningkatkan daya tahan tubuh ikan lele dilihat dari pertumbuhan ikan lele dengan mengukur ABW, ADG, dan SR ikan, Dosis pakan yang dicampurkan dengan tepung meniran dan bawang putih yaitu  (B1) meniran 5gr/kg + bawang putih 20 gr/kg pakan, (B2) meniran 10 gr/kg + bawang putih 40 gr/kg pakan, dan (B0) kontrol, perlakuan ini dilakukan selama 3 minggu masa pemeliharaan. Hasil pengukuran yang memiliki nilai tertinggi ABW dan ADG ialah pada perlakuan (B1) dengan pemberian simplisia dosis meniran 5 g/kg dan bawang putih 20 g/kg. Terjadi kematian ikan pada hari keÂ3, dengan SR terendah diperoleh oleh (B2) sebanyak 93%, dan SR tertinggi diperoleh 100% oleh perlakuan (B1).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.