The seaweeds are the important commodities as raw material for food or additives. One of the popular seaweeds, Eucheuma cottonii, contains carrageenan for starch or fiber sources that can be applied for beverages or gelatin. Currently, the seaweed has been widely provided as dry product in order to minimize the cost for transportation as well as prolong storage life. However , current drying process still deals with energy in-efficiency and product quality degradation. The dehumidified air can be an option to retain the seaweed quality. With lower humidity, the driving force for drying can be improved in which shortened drying time. This research aimed to study the effect of air temperature, humidity, and velocity on seaweed drying. For supporting the study, the several drying kinetic models were developed to predict drying rate. Furthermore, the seaweed quality was evaluated based on rehydration ratio. Results showed that for all cases, drying at 70 o C or below can provide reasonable drying time. The higher air temperature and air flow, the faster drying time. Meanwhile, the dehumidified air also affected drying t ime positively. In addition, the model based on Page is the best option to estimate the drying rate. For all drying condition, the rehydration ratio of dry seaweed was close to the initial wet condition. This implied that the dry seaweed was very suitable for food.
Autonomous maintenance taught operator to keep devices, create cooperation each employer and did problem solving that occurring in machine. This research described assembling of autonomous maintenance on PT NIKFminor stoppages trouble in sachet production line. Our team used the OEE method to know the latest line condition and variety losses that causing the performance were not optimal. After that, the next steps were using visual losses map and diagram Pareto to get the detail (component with many losses). By Go See Think Do, the researcher could find much maintenance that must be done in SIC line 1. Through the application, this effort could reduce the losses of minor stoppages-79,52%.
PT X merupakan produsen spare part berbagai mesin serta peralatan produksi. Produk-produk yang dihasilkan diantaranya: machinery part, automotive part, die making, welding jig, inspection jig, dan perlengkapan lainnya. Penerapan pada perusahaan tersebut merupakan sistem produksi make to order. Sehingga pesanan model baik dari bentuk, jumlah, bahan, waktu disesuaikan berdasarkan permintaan masing-masing konsumen yang berbeda. Perbedaan pekerja pada PT X menjadi tujuan utama untuk menganalisa seberapa besar beban kerja fisik dan mental yang terdapat pada divisi yang berbeda-beda. Pengukuran CVL (Cardivascular Load) dan NASA TLX (National Aeronautics and Space Administration Task Load Index) bertujuan untuk mengindentifikasi pekerja dari PT X yang memiliki beban mental tertinggi, sehingga dalam manfaatnya mampu memahami di setiap divisi pekerja pada bagian-bagian yang spesifik. Hasil pengukuran CVL didapat bahwa posisi pekerjaan untuk operator bubut manual 2 dan operator quality control menunjukkan tingkat performa yang paling tinggi (90 denyut/menit) dan performa terendah (78 denyut/menit) pada operator milling manual 2 dan operator assembling. Persentase CVL (31,72%) yang disarankan adanya perbaikan atau recovery adalah pekerja dengan posisi operator assembling. Pengukuran beban kerja mental NASA Task Load Index (TLX) diperoleh kategori beban kerja tinggi pada operator mesin milling manual 2 sebesar 75,3% . Hal ini menunjukkan faktor frustasi yang menyebabkan pekerja mengalami tekanan dan frustasi yang bisa meningkat tiap waktunya..
Dalam upaya peningkatan pelayanan terhadap para nasabah di perbankan selalu dilakukan perbaikan dengan berbagai sistem dan model sistem pelayanan, namun seiring dinamika yang berkembang selalu terjadi permasalahan antrian. Dalam penelitian dengan penerapan model M/M/S (Multiple Channel Query System) pada Teller Bank XYZ sudah baik karena waktu terpanjang yang dibutuhkan seorang nasabah dalam antrian hanya 0,0003 menit dan antrian terpanjang hanya sebanyak 0,0025 orang dan terjadi periode waktu jam 08.40 - 08.50 setiap harinya. Hal ini mengakibatkan peningkatan rata-rata jumlah nasabah yang mengantri pada periode waktu tersebut. Ini dapat dibuktikan berdasarkan perhitungan di atas bahwa pada jam sibuk yaitu jam 08.40 - 08.50 jumlah nasabah yang mengantri sebanyak 0,3471 orang dan ketika ada penugasan satu orang teller maka nasabah yang mengantri menjadi sebanyak 0,0025 orang, serta terjadi peningkatan jumlah rata-rata waktu yang dibutuhkan nasabah dalam antrian sebelumnya adalah 0,0433 menit menjadi 0,0003 orang. Oleh karena itu pada pimpinan Bank XYZ diminta untuk menambah sistem pelayanan agar pelanggan tidak mendapatkan antrian yang lebih panjang lagi.
Pembuatan terasi lokal Karawang masih memanfaatkan ketersediaan sinar matahari. Luas area penjemuran menjadi sorotan umum bila pengunjung melewati pemukiman TPI Ciparage. Udang rebon dihampar di pekarangan rumah pengrajin terasi. Ketidakbersihan proses yang berlangsung dan fluktuatifnya udara panas menginisasi kebutuhan teknologi sehingga saat ini dapat dijumpai pengering rak. Penggunaan tray dryer mulai dari bahan baku hingga terbentuknya produk terasi mampu mengurangi luas ruang pengeringan dan juga udara panas tersirkulasi secara merata. Perbandingan penurunan masa bahan per waktu antara sinar matahari dan alat tersebut belum memberikan hasil yang signifikan berbeda, tetapi terlihat nyata pada penampakan produk terasi. Pengoptimalan penggunaan seluruh rak dapat meningkatkan kuantitas produk terasi dan langkah mengatasi luas ruang pengering. Kata kunci: sinar matahari, terasi, tray dryer, udang rebon AbstractShrimp paste processing from Karawang still used the availability of the sun shine. Wide area of drying was being general highlight if visitor took around TPI Ciparage’s residence. Rebon shrimp was put in the producer’s yard. No hygiene on progress process and fluctuations of hot air pushed a technology. So nowadays researcher could have plan through tray dryer. Using of this machine from raw material until the shrimp pasted product could decrease the drying area and also hot air could be circulated evenly. The result showed that the sample mass by sun and tray dryer did not give a significantly difference, but not for the product’s sightings. Optimization of all of tray on the machine could improve the quantity of shrimp paste product and a way solved the wide area of drying. Keywords : rebon shrimp, shrimp pasted, sun, tray dryer
PENDAHULUANProduksi kelapa Indonesia mencapai 18,3 juta ton, lalu disusul oleh Filipina dan India yang masing-masing 15,4 dan 11,9 juta ton kelapa di tahun 2016.Kekuatan Indonesia sebagai negara penghasil kelapa terbesar di dunia masih kurang dimaksimalkan dari segi pemanfaatannya. Industri pada komoditas ini masih belum banyak dikembangkan. Riset Kementrian Perindustrian mengatakan bahwa masih banyak pohon kelapa sudah berusia tua (tidak produktif), tetapi replantasi berjalan lamban, bahkan banyak perkebunan kelapa beralih fungsi.
Abstrak: Keberadaan potensi tanaman Indigofera di wilayah Jawa Barat yang dikenal dengan "Tarum", banyak diperuntukan sebagai pakan ternak. Kemanfaatan lainnya adalah penghasil pigmen warna biru yang berguna sebagai zat warna alam (ZWA). Peranan ZWA pada kain tekstil memberikan dampak positif bagi lingkungan, karena material hasil buangan warna yang dicelupkan bersifat biodegradable dan mampu teruraikan. Kelemahan dari ZWA diantaranya terletak pada daya ikat, daya cuci, daya luntur, dan daya tahan sinar yang dinilai tidak kuat menempel pada kain. Perlu adanya variasi perlakuan metode untuk memberikan informasi kajian terbaharukan pada produk material ZWA. Tujuan penelitian ini, memvariasikan beda perlakuan antara fermentasi (aerob) dan ekstraksi pada variabel kain katun dan sutera dengan varibel bebas penggunaan fiksasi tawas, kapur, dan tunjung terhadap daya tahan pencucian, daya tahan kelunturan, dan daya tahan cahaya matahari. Metode yang digunakan meliputi tahapan perlakuan beda konsentrasi daun indigo 1kg/5L dan 1kg/10L, kemudian dilanjutkan proses beda perlakuan yaitu ekstraksi dan fermentasi (aerob). Selanjutnya perlakuan penggunaan fiksasi/non fiksasi sebagai variabel bebas dan variabel terikat sebagai uji daya tahan. Hasil uji ketahanan daya tahan pencucian, daya tahan luntur, dan daya tahan sinar mtahari menunjukkan bahwa kategori nilai yang dihasilkan pada beda kondentrasi, menghasilkan penilaian yang tidak jauh berbeda. Sedangkan perlakuan penggunaan fiksasi/non fiksasi diperoleh kategori nilai terbaik rata-rata pada perlakuan fermetasi (aerob). Abstract:The existence of the potential of Indigofera plants in the West Java region, known as "Tarum", is widely intended as animal feed. Another benefit is the producer of blue pigments that are useful as natural dyes (ZWA). ZWA's role in textile fabrics has a positive impact on the environment, because the waste material, from the dyed color is biodegradable and decomposed. The disadvantages of ZWA include the binding power, washing power, fade power, and light resistance, which are considered not strong enough to stick to the fabric. It is necessary to have variations to in treatment methods to provide information on renewable studies on ZWA material. The purposes of this study was to vary the different treatment between fermentation (aerob) and extraction on the variables of cotton and silk fabrics with the independent variables of the use of alum, lime and tunjung fixation against washing resistance, fade resistance, and sunlight resistance. The method used treatment with different concentrations of indigo leaves of 1kg/5L and 1kg/10L, then proceed with different treatment processes namely extraction and fermentation (aerob). Furthermore, the treatment of the use of fixation/nonfixation as an independent variable and the dependent variable is the endurance test. The results of the durability tests for washing resistance, fade resistance and sunshine resistance showed that the resulting value categories in different concentration, resulting in not much di...
Kopi robusta Cibulao merupakan salah satu produk unggulan yang banyak dikonsumsi masyarakat dan memiliki kekhasan dalam sajian tubruk. Dalam teknik penyeduhan, suhu dan tingkat kehalusan bubuk menjadi faktor penentu yang mempengaruhi kualitas cita rasa seduhan kopi yang dihasilkan. Semakin tinggi suhu penyeduhan maka hal tersebut akan meningkatkan laju ekstraksi komponen komponen kimia yang larut dalam air. Kehalusan partikel kopi akan meningkatkan luas permukaan dan laju ekstraksi kopi pada saat penyeduhan. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi atribut cita rasa kopi pada berbagai suhu penyeduhan (85, 92, 99oC) pada berbagai tingkat kehalusan bubuk (halus, medium dan kasar). Penilaian tiap sampel dilakukan secara skoring dengan 2 (dua) kali pengulangan. Dari keseluruhan penilaian, atribut cita rasa seduhan kopi dilakukan oleh panelis terlatih. Hasil menunjukkan bahwa atribut cita rasa sajian tubruk kopi robusta Cibulao dengan penilaian tertinggi berada pada suhu penyeduhan 92oC dengan tingkat kehalusan medium.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
334 Leonard St
Brooklyn, NY 11211
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.