There is a correlation between the concept of public relations with the cultural activities of Jakhu Suku. The relationship is built through the behavior of Jakhu Suku communications in the tradition of giving a title that always emphasises the planning and evaluation stage. This is what lies behind this study with a locus of cultural research with a public relations theory approach. To answer the purpose of research, interviews and observation were used by involving all customary devices in the Village Banjar Negeri Lampung Province Indonesia. The study found that the behavior of Jakhu Suku communications in carrying out cultural activities begins with pekhsiapan (preparation), khencana (planning), lestakhi (execution), penghengok (support) and penghanggum (trust). All the Jakhu Suku cultural concepts are relevant to the communication planning components including Insight, Strategic Programs, Implementation Programs, Action, and Reputation (the IPPAR model). The Jakhu Suku culture can be referred to as a component of cultural-based public relations communication behavior. This component can be applied in the context of corporate, government and nongovernment public relations. Public relations companies and governments are profit-oriented, while non-government-based nonprofits such as culture are found in community groups or communities. The communication behavior component of the IPPAR model can be classified as a component of ethnography public relations. The methodology focuses on culture-based public relations communication behavior.
The focus of this research is crisis management in the education sector during the COVID-19 pandemic. This was done following an atmosphere of crisis in the field of education that encouraged the Indonesian government to issue policies in the form of the Study from Home (SfH) crisis programme. The object being analysed is related to the application of crisis management and the communication experience of students during the programme. The purpose of this study is to describe the opinions of students during the crisis programme. The study was conducted in the city of Bandung by involving lecturers and students. The methodology used is a qualitative approach to phenomenological studies. Data collection was conducted through online interviews and literature studies. The study found that the government established SfH as an emergency learning programme during the COVID-19 pandemic. The implementation of SfH was through online learning using various chat and video conference applications. There were two weaknesses of online learning namely technical and communication weaknesses. Technical weakness is influenced by geographical factors, internet networks, and internet costs. While communication weaknesses include slow adaptation, learning media are not optimal, and an interactive atmosphere has not been developed, and there is no atmosphere of empathy. This situation results in lecturers not being able to manage the learning effectively. Studying online during SfH should be able to build collaboration classes to be able to foster motivation and interest in student learning. Collaboration classes are realised when lecturers and students try to improve communication competencies.
Penelitian ini fokus membahas tentang social distancing. Penelitian dilatar belakangi oleh beragamnya pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat dalam memaknai social distancing. Situasi ini mengakibatkan pelaksanaan social distancing juga berbeda di tiap masyarakat. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang social distancing. Hal ini untuk mengukur tingkat pemahaman mereka terkait kebijakan pemerintah membatasi jarak interaksi dan menghindari kerumunan sebagai upaya memutus mata rantai COVID-19. Untuk menjawab tujuan tersebut peneliti menggunakan studi deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara online bersama para informan yaitu masyarakat di kota Bandung. Informan ditetapkan berdasarkan teknik purposif. Pada penerapan teknik tersebut peneliti terlebih dahulu menetapkan kriteria informan. Adapun kriterianya adalah mereka yang berdomisi di kota Bandung dan sekitarnya. Usia produktif antara 18-45 tahun, mengetahui kebijakan tentang social distancing, dan bersedia untuk dijadikan informan. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa social distancing sebagian besar sudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat sebagai strategi pencegahan penyebaran COVID-19. Namun, masih ada yang melanggar ketentuan tersebut karena alasan ekonomi dan relasi sosial. Ekonomi terkait dengan nafkah sehari-hari, khususnya bagi kelompok masyarakat kelas bawah. Sedangkan aspek relasi sosial muncul karena masih ada keyakinan bahwa social distancing akan mengakibatkan hubungan sosial menjadi jauh.
Artikel ini fokus membahas tentang pembelajaran kelas daring (online) selama COVID-19. Adapun obyek yang dianalisis berupa pengalaman komunikasi siswa selama mengikuti kelas online. Tujuan penulisan artikel yaitu untuk mengkonstruksi pengalaman tersebut sehingga membangun konsensus bersama antar siswa tentang pengalaman komunikasi selama melakukan kelas online. Artikel ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan di kota Bandung dengan melibatkan beberapa siswa melalui teknik purposif. Pendekatan yang digunakan adalah kualiltatif dengan studi fenomenologi. Pengambilan data melalui wawancara online. Penelitian menemukan pengalaman tentang kekuatan dan kelemahan belajar online. Kekuatan belajar online mampu membantu siswa untuk mendapatkan pengayaan materi melalui akses internet. Kelas online juga lebih fleksibel, tidak terbatas ruang dan waktu. Kelemahan kelas online yaitu tidak mampu membangun motivasi belajar siswa karena keterbatasan komunikasi dua arah. Hal tersebut juga mengakibatkan siswa pasif, berkurangnya interaksi dengan guru maupun dengan teman. Siswa juga menilai pembelajaran tidak dinamis karena siswa maupun guru tidak bisa menangkap pesan secara keseluruhan baik verbal dan nonverbal . Pengalaman tentang kekuatan dan kelemahan belajar online mencerminkan dua karakteristik siswa (1) siswa yang merasa nyaman dengan kelas online dan (2) siswa yang lebih memilih belajar langsung di kelas. Karakteristik siswa nyaman belajar online kecenderungannya adalah siswa pasif, membatasi sosialisasi, tidak terlalu aktif mengikuti kegiatan sekolah seperti ekstrakurikuler. Sedangkan siswa yang memilih belajar secara tatap muka di kelas, memiliki karakteristik sebaliknya seperti ramah, suka bersosialisasi, aktif dikelas maupun aktif bergabung dalam kegiatan sekolah.
Fenomena yang diteliti tentang komunikasi yang dibangun oleh public relations PT Santos. Pada praktiknya komunikasi tidak berjalan baik sehingga diperlukan pendekatan khusus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendekatan komunikasi antara public relations Santos dengan masyarakat Gili Genting Madura Provinsi Jawa Timur. Untuk menemukan tujuan tersebut, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan studi etnografi public relations. Studi ini berfokus pada perilaku komunikasi untuk membangun hubungan. Dalam hal ini adalah komunikasi empati public relations dalam membangun hubungan dengan masyarakat Gili Genting. Teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara mendalam yang melibatkan delapan orang informan. Adapun teori yang digunakan yaitu teori public relations budaya, komunikasi empati dan manajemen hubungan. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pendekatan komunikasi empati public relations PT Santos, dipengaruhi oleh budaya lokal. Budaya sebagai konteks komunikasi untuk memahami situasi masyarakat setempat. Hal ini dilakukan melalui kegiatan analisis situasi. Selanjutnya, public relations membuat perencanaan komunikasi meliputi pembuatan program, sosialisasi program, dan evaluasi program. Pendekatan yang dilakukan melalui keterlibatan secara langsung dengan kegiatan masyaraat. Public Relations menyesuaikan diri, melakukan adaptasi dengan lingkungan setempat. Penyesuaian meliputi bahasa dan gaya berpakaian. Hal ini sangat membantu perolehan data yang dapat dijadikan sebagai dasar pembuatan dan sosialisasi program. Keterlibatan diri dengan menposisikan sebagai anggota masyarakat setempat merupakan bagian dari upaya komunikasi empati yang dibangun oleh public relations. Komunikasi ini dilandasi oleh rasa percaya dan keterbukaan sehingga dapat membangun relasi budaya.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.