BACKGROUND: Curcumin is a major component in curcuminoid which acts as an anti-inflammatory agent. Curcumin affects several biological markers that are thought to play a role in the pathogenesis of preeclampsia such as IL-10 and COX-2, resulting in an improvement in pregnant women with preeclampsia. AIM: To see the effect of perioperative curcumin administration on IL-10 and COX-2 in preeclamptic patients undergoing caesarean section under spinal anaesthesia. METHODS: This study was a double-blind, randomised clinical trial conducted at Pirngadi Hospital, USU Hospital and Sundari General Hospital Medan as a hospital network of Faculty of Medicine, North Sumatra University. Group 1 received a drug containing curcumin (as a treatment), and another group received a placebo (as a control). RESULTS: There were no significant differences in the median values of COX-2 and IL-10 before and after treatment and also the p-values were greater than 0.05 in both groups (control and treatment). CONCLUSION: There is no significant difference between the use of curcumin on serum COX-2 and IL-10 levels.
Obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) merupakan analgetik yang sering digunakan pada pascaoperasi bedah ortopedi. Penelitian ini bertujuan melihat apakah terdapat perbedaan nilai agregasi trombosit akibat pengaruh penggunaan analgestik ketorolak dengan ibuprofen intravena setelah operasi. Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis dengan uji acak tersamar buta ganda yang membandingkan perbedaan pengaruh ketorolak 30 mg intravena/6 jam dengan ibuprofen 800 mg intravena/6 jam. Populasi penelitian ini adalah pasien yang menjalani tindakan pembedahan elektif dengan anestesi umum di RSUP Haji Adam Malik Medan pada bulan Agustus 2016. Pasien dibagi menjadi 2 kelompok dengan tiap-tiap kelompok berjumlah 20 pasien. Ketorolak atau ibuprofen sebagai analgetik diberikan setelah 30 menit selesai operasi, kemudian dilanjutkan per 6 jam sampai dengan 2 hari selesai operasi. Uji statistik menggunakan tes Wilcoxon untuk sebelum perlakuan dan Uji Mann-Whitney untuk sesudah perlakuan pada kedua kelompok. Data karakteristik subjek homogen. Agregasi trombosit pada kelompok ketorolak dengan kelompok ibuprofen berbeda bermakna setelah 10 menit ekstubasi dengan 8 jam setelah pemberian obat terakhir. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok ketorolak dan kelompok ibuprofen setelah 10 menit ekstubasi (p>0,05), namun terdapat perbedaan bermakna pada 8 jam setelah akhir pemberian obat. Simpulan, ketorolak menurunkan persentase agregasi trombosit lebih besar daripada ibuprofen setelah 8 jam pemberian obat terakhir.
Gabapentin berkembang untuk penanganan nyeri akut pascabedah. Tujuan penelitian adalah menilai efektivitas gabapentin 600 mg dan 900 mg per oral kombinasi ketorolak 30 mg/8 jam intravena sebagai analgesia pascabedah pada total abdominal histerektomi dengan anestesi umum. Penelitian uji klinis acak tersamar ganda dilakukan di RSUP H.
Latar Belakang : Salah satu faktor penyebab infeksi bakteri adalah peralatan yang digunakan, tehnik aseptik yang salah, atau larutan antiseptik yang dipakai. Larutan antiseptik yang biasa digunakan pada pemasangan kateter vena sentral adalah Chlorhexidine 2% dan Povidone Iodine 10%. Efektifitas kedua larutan antiseptik ini berbeda di beberapa penelitian, dimana hal tersebut berpengaruh pada resiko terjadinya CRBSI.Tujuan : Mendapatkan antiseptik yang optimal dalam menurunkan jumlah kepadatan kuman dan menurunkan angka kejadian CRBSI.Metode : Penelitian ini dilakukan dengan metode Analitic Cohort Study Design dengan jumlah sampel 40 pasien UPI Dewasa RSUP HAM yang dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok A Chlorhexidine 2% - alcohol 70%, dan kelompok B Povidone Iodine 10% - alcohol 70%, dilakukan dengan single blind. Desain penelitian dilakukan perhitungan kepadatan kuman dengan swab lidi steril dengan pre test – post test control grup. Untuk membandingkan perbedaan kepadatan kuman masing – masing grup sebelum dan sesudah pemberian antiseptik, digunakan analisa uji t, sedangkan untuk membandingkan penurunan jumlah kepadatan kuman (respon antiseptik) digunakan analisa uji t – pair. Interval kepercayaan 95% dengan nilai p < 0,05, dianggap bermakna secara signifikan.Hasil : Penurunan jumlah kepadatan kuman terbesar terjadi pada kelompok A dengan rerata 99,87% (SB=0,28%), sedangkan pada kelompok B rerata penurunan 98,83% (SB=1,86%) dengan nilai p = 0,001.Kesimpulan : Chlorhexidine 2% - alcohol 70% lebih efektif menurunkan jumlah kepadatan kuman dan menurunkan angka kejadian CRBSI dibandingkan Povidone Iodine 10% - alcohol 70%.
AbstrakObat anestesi lokal dan opioid dapat disuntikkan langsung pada luka untuk mengurangi nyeri pascabedah. Penelitian bertujuan menilai intensitas nyeri menggunakan visual analog scale (VAS) dapat menjadi metode yang sangat efektif dalam penilaian nyeri pascabedah. Membandingkan nilai VAS pada saat istirahat dan batuk dari infiltrasi lokal morfin 10 mg dengan bupivakain 0,5% 2 mg/kgBB pada pascabedah sesar dengan metode uji klinis acak tersamar ganda pada 100 sampel. Kriteria inklusi adalah perempuan hamil, usia 20-40 tahun, dengan status fisik menurut American Society of Anesthesia (ASA) kelas I-II yang menjalani bedah sesar elektif dan emergensi di RSUP Haji Adam Malik, RSU dr. Pirngadi, RS Putri Hijau, RS Haji, dan RSU Sundari pada bulan Juli 2014. Sampel dibagi menjadi kelompok A dengan infiltrasi lokal morfin 10 mg dan kelompok B dengan infiltrasi lokal bupivakain 0,5% 2 mg/kgBB. Nilai VAS dianalisis secara statistik dengan Mann-Whitney. Nilai VAS lebih rendah pada kelompok A, yaitu 4,72 (SB=1,54) dibanding dengan kelompok B, yaitu 2,14 (SB=1,21). Simpulan, infiltrasi lokal morfin 10 mg lebih baik dibanding dengan bupivakain 0,5% 2 mg/kgBB. Kata kunci:Bupivakain, infiltrasi lokal, manajemen nyeri, morfin, visual analog scale Abstract Local anesthetic agent and opioid can subcutaneously be injected into the wound to reduce postoperative pain. This study was conducted to evaluate pain intensity using visual analog scale (VAS), which can be a very effective method of postoperative pain assessment, and to compare VAS when resting and coughing between local infiltration of 10 mg morphine and 2 mg/kgBW 0.5% bupivacaine after caesarian section. This study was a double blinded randomized clinical trial on 100 subjects. The inclusion criteria were pregnant women, aged 20-40 years, with physical ASA I-II status who underwent elective and emergency caesarean section in Haji Adam Malik Hospital, dr. Pirngadi Hospital, Putri HijauHospital, Haji Hospital, and Sundari Hospital during the period of July 2014. Subjects were divided into group A with 10 mg morphine infiltration and group B with 2 mg/kgBW 0.5% bupivacaine local infiltration. The resulting VAS scores were analyzed statistically using Mann-Whitney. ItLower VAS scores were found in group A 4.72 (SB=1.54) when compared to group B 2.14 (SB=1.21). In conclusion, local infiltration of 10 mg morphine is better compared to 2 mg/kgBW 0.5% bupivacaine.
Sistem penilaian APACHE II dan SOFA masih digunakan sebagai instrumen objektif untuk memprediksi mortalitas pasien di Instalasi Rawat Intensif (IRI), namun masih kurang praktis. Sistem penilaian CSOFA dengan parameter serta biaya pengeluaran yang lebih sedikit dan praktis diharapkan memiliki akurasi yang lebih baik. Tujuan penelitian ini mendapatkan alternatif yang lebih sederhana, mudah dan murah, namun tetap memiliki akurasi yang baik sebagai prediktor mortalitas pasien selain APACHE II dan SOFA. Penelitian uji diagnostik cross sectional dilakukan pada bulan Februari-April 2016 di IRI Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik. Subjek penelitian 71 pasien dewasa yang memenuhi kriteria inklusi dinilai APACHE II, SOFA, dan CSOFA setelah dirawat 24 jam pertama, kemudian dilihat mortalitasnya pada akhir masa rawatan. Analisis statistik menggunakan tabel 2x2 serta receiving operating curve (ROC), dihitung juga sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi negatif dan positif, serta likelihood ratio dengan SPSS ver.23. CSOFA memiliki kemampuan yang sangat baik dalam memprediksi mortalitas dengan luas area under ROC (AuROC) 87,6%. APACHE II memiliki kemampuan yang baik dalam memprediksi mortalitas dengan luas AuROC 84,7%. SOFA memiliki kemampuan yang cukup dalam memprediksi mortalitas dengan luas AuROC 79,1%. Simpulan, sistem penilaian CSOFA dapat dijadikan sebagai prediktor mortalitas pasien selain APACHE II dan SOFA di IRI RSUP HAM.
Acute Kidney Injury (AKI) is a common complication in patients with critical illness or multiple comorbid conditions who are hospitalized, especially at the Intensive Care Unit (ICU). AKI is associated with increased in short and long term mortality and morbidity. The connection between MAP and CVP on alteration of AKI causes researcher interested to investigate the correlation between Mean Perfusion Pressure (MPP) as a difference between MAP and CVP on the progression of AKI. Methods: Forty-two patients treated in the ICU who met inclusion criteria (ages 18-65 years and signed informed consent) and exclusion criteria (chronic kidney disease, refused to have Central Venous Catheters (CVC) installed, and heart disease). After CVC installation, we perform hemodynamic examination, MAP and CVP measurements, and serum creatinine examination after installation, 6 hours, 12 hours, and 48 hours after installation. Results: Significant differences were obtained during 12- hour observation between MPP values in the AKI group with lower values than the non-AKI group (p=0.009) and also obtained a significant difference during 48- hours observation between MPP values in the AKI group with a lower value than the non-AKI group (p=0.001). MAP values showed a significant difference at 12-hour observation time with creatinine serum in the MAP group<65mmHg higher than the MAP 65mmHg group (p=0.035). MPP values showed significant differences 12-hours observation with creatinine serum in the MPP group<55mmHg was higher than the MPP group 55mmHg (p=0.044). In addition, there was a correlation between creatinine serum increase with MPP decrease (r=-0.476; p=0.001). Conclusion: Lower MPP tend to increase AKI occurence contrary higher MPP decrease AKI occurence at the observation. The mean MPP of AKI group was 90.6 ( 24.2) mmHg at T0, 78.2 ( 22.6) mmHg at T1, 67.2 ( 20.9) mmHg at T3, and 57, 0 ( 20,2) mmHg at T4 observation.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.