Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh berbagai dosis dan konsentrasi pupuk kascing dan POC kascing terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah. Percobaan dilaksanakan di Kampung Andir, Desa Sukalaksana, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut. Ketinggian tempat 480 meter di atas permukaan laut, tekstur tanah di lokasi percobaan adalah lempung berdebu dan pH 5,78. Penelitian ini menggunakan varietas Tuk-Tuk. Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan berdasarkan pada rancangan acak kelompok (RAK) tunggal, terdiri atas enam perlakuan dan empat ulangan yaitu P1 (POC 5cc/liter), P2 = (pupuk 1000 g/m2), P3 = (pupuk 200 g/ m2 + POC 4cc/liter, P4 = (pupuk 400 g/m² + POC 3 cc/liter), P5 = (pupuk 600 g/m² + POC 2 cc/liter) P6 = (pupuk 800g/m² + POC 1 cc/liter). Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian pupuk organik cair kascing 5cc/liter serta kombinasi pupuk kascing dan pupuk organik cair kascing memberikan pengaruh lebihbaik terhadap tinggi tanmaan, jumlah daun dan bobot basah umbi per plot di bandingkan pemberian pupuk kascing 1000 g/m2.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk kandang ayam dan cendawan Trichoderma sp. yang dapat memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga. Penelitian dilakukan di Kampung Pananggungan Desa Lengkong Jaya Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut pada Bulan Agustus sampai Oktober 2018. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial 3x3 dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah dosis pupuk kandang ayam (k) dengan 3 taraf, yaitu: kontrol, 15 ton/ha dan 20 ton/ha. Faktor ke dua adalah dosis Trichoderma sp. (t) dengan 3 taraf, yaitu: kontrol, 10 ml/tanaman dan 20 ml/tanaman. Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi interaksi antara pemberian pupuk kandang ayam dan Trichoderma sp. terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kubis. Secara mandiri pupuk kandang ayam dengan dosis 20 ton/ha (k3) dapat meningkatkan nilai bobot kering tanaman, diameter curd per tanaman, bobot curd per tanaman dan hasil curd per plot dan dosis Trichoderma sp. 20 ml/tanaman (t3) memberikan pengaruh terbaik terhadap jumlah daun pada umur 30 HST, luas daun, diameter curd per tanaman, bobot curd per tanaman dan hasil curd per plot.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi larutan agen hayati terhadap penyakit bercak ungu, pertumbuhan dan hasil bawang merah varietas tuk-tuk. Penelitian dilaksanakan di Desa Balewangi Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut, bulan September – Desember 2017. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal dengan 6 taraf perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Taraf perlakuannya yaitu A= Kontrol (Tanpa Perlakuan), B= Pseudomonas fluorescens dengan konsentrasi larutan 5 ml/l air, C= Pseudomonas fluorescens dengan konsentrasi larutan 10 ml/l air, D= Paenibacillus polymyxa dengan konsentrasi larutan 5 ml/l air, E= Paenibacillus polymyxa dengan konsentrasi larutan 10 ml/l air, F= Pseudomonas fluorescens dan Paenibacillus polymyxa dengan konsentrasi larutan 10 ml/l air, para meter yang diamati adalah intensitas serangan, tinggi tanaman, jumlah daun, diameter umbi, jumlah umbi perplot, bobot basah umbi per plot, bobot kering umbi perplot. Hasil penelitian perlakuan konsentrasi larutan terbaik adalah konsentrasi agen hayati Pseudomonas fluorescens dan Paenibacillus polymyxa 10 ml/l (F) yang memberikan pengaruh nyata hingga sangat nyata terhadap intensitas serangan bercak ungu (49-62 HST), pertambahan tinggi tanaman (2 MST – 6 MST), jumlah daun, diameter umbi, jumlah umbi perplot, bobot basah umbi per plot dan bobot kering umbi perplot. Kata kunci : Agen hayati, Bawang merah, Pseudomonas fluorescens, Paenibacillus polymyxa, intensitas serangan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai zat pengatur tumbuh alami dan asal stek batang terhadap pertumbuhan vegetatif bibit melati putih. Penelitian dilaksanakan di Desa Pasawahan Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten Garut dari Bulan Agustus sampai September 2017. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 6 x 3 dan diulang 2 kali. Faktor pertama jenis zat pengatur tumbuh alami (Z) terdiri atas enam taraf, yaitu: z0= air, z1= ekstrak bawang merah 100%, z2= ekstrak bawang merah 50%, z3= air kelapa 100%, z4= air kelapa 50% dan z5= Rootone F 100 ppm. Faktor kedua asal stek batang (B) yang terdiri atas tiga taraf, yaitu: b1= pangkal batang, b2= batang tengah dan b3= batang atas. Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi interaksi antara jenis zat pengatur tumbuh dan asal stek batang terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman melati. Secara mandiri pengaruh perlakuan zat pengatur tumbuh ekstrak bawang merah dengan konsentrasi 100% memberikan pengaruh terbaik terhadap luas daun, tinggi tunas, jumlah daun, bobot kering daun, jumlah akar, panjang akar dan bobot kering akar. Asal stek batang tengah secara mandiri memberikan pengaruh terbaik terhadap luas daun, tinggi tunas, jumlah daun dan bobot kering daun. Stek batang pangkal memberikan pengaruh terbaik terhadap jumlah akar, panjang akar dan bobot kering akar. Kata kunci : ZPT, melati, ekstrak bawang merah, air kelapa, stek batang.
Budidaya tanaman vanili (Vanilla planifolia Andrews) pada umumnya diperbanyak secara vegetatif yaitu dengan setek batang, namun kemampuan untuk tumbuh masih sangat rendah maka diperlukan perlakuan khusus seperti pengaplikasian ZPT maupun pupuk yang dapat memacu pertumbuhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui interaksi dan pengaruh mandiri antara pengaruh berbagai konsentrasi zat pengatur tumbuh akar dan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) terhadap pertumbuhan setek vanili. Percobaan dilaksanakan di Kp. Citomo, Desa Panyindangan, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 4x4 dengan 2 kali ulangan. Faktor pertama adalah konsentrasi ZPT Rootone F, yaitu: z1 = 0 mg/ 1,5 ml air (kontrol), z2 = 50 mg/ 1,5 ml air, z3 = 100 mg/ 1,5 ml air, z4 = 150 mg/ 1,5 ml air. Faktor kedua adalah konsentrasi pupuk PGPR (P), yaitu: p1 = 0 ml/L (kontrol), p2 = 5 ml/L, p3 = 10 ml/L, p4, = 15 ml/L. Tidak terjadi interaksi antara pengaruh berbagai konsentrasi zat pengatur tumbuh akar dan (PGPR) terhadap parameter pengamatan. Secara mandiri perlakuan zat pengatur tumbuh Rootone F z3= 100 mg/ 1,5 ml air dan PGPR p4 = 15 ml/L memberikan pengaruh terbaik terhadap parameter pengamatan jumlah akar, panjang akar, panjang tunas, luas daun, berat segar setek, dan berat kering setek.
Bidara (Ziziphus nummularia (Brum.f.) Wight & Arn.) merupakan tumbuhan yang memiliki beragam manfaat, termasuk sebagai obat. Akan tetapi, informasi mengenai teknik budidaya bidara masih terbatas. Tumbuhan ini juga relatif sulit dibudidaya secara generatif karena memiliki lapisan endokarp yang keras sehingga dormansi bijinya sulit untuk dipatahkan. Beragam zat pengatur tumbuh (ZPT) dikembangkan untuk mematahkan dormansi biji. Ekstrak bawang merah dan air kelapa mengandung ZPT yang diketahui dapat mematahkan dormansi biji beberapa jenis tumbuhan. Akan tetapi penggunaan ekstrak bawang merah dan air kelapa terhadap pematahan dormanis biji bidara belum pernah dipublikasikan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh ekstrak bawang merah dan air kelapa terhadap pematahan dormansi biji dan pertumbuhan kecambah bidara. Penelitian ini dilakukan di Garut pada bulan Juli sampai Agustus 2021. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non Faktorial dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri dari A1: air kelapa, perendaman selama 12 jam, A2: air kelapa, 24 jam, A3: air kelapa, 36 jam, A4: ekstrak bawang merah, 12 jam, A5: ekstrak bawang merah, 24 jam, A6: ekstrak bawang merah, 36 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan dengan air kelapa, durasi perendaman biji terbaik adalah 24 jam karena menghasilkan jumlah kecambah normal terbanyak dan pertumbuhan kecambah paling cepat yang diamati berdasarkan tinggi, panjang, dan bobot kecambah. Pada perlakuan dengan ekstrak umbi bawang merah, semakin lama perendaman biji, pertumbuhan kecambah semakin cepat yang diamati berdasarkan tinggi dan panjang kecambah serta panjang akar, akan tetapi jumlah kecambah normal menurun. Air kelapa lebih baik dibandingkan ekstrak bawang merah dalam menghasilkan jumlah kecambah normal. Ekstrak bawang merah lebih baik dibandingkan air kelapa dalam mempercepat pertumbuhan kecambah. Lebih lanjut, penelitian ini dapat menjadi dasar dalam pengembangan teknik budidaya bidara secara generatif.
<em>The wild jujube plant is a shrub originating from Southeast Asia, which has many benefits, one of which is a traditional medicinal plant. The population of wild jujube plants in Indonesia is still rarely found, even though this plant has many benefits from leaves, roots to stems. With the benefits of wild jujube plants and the community's needs, it is necessary to hold propagation. Jujube plants can massively use seeds but require 2-3 months to sprout in optimum media. This study aimed to determine the effect of dormancy breaking treatment in chemistry on the germination ability of wild jujube seeds. This research has been implemented from July to August 2021 in Pataruman Village Tarogong Kidul-Garut District. This study used a nonfactorial Randomized Block Design method with six treatments and four replications. The first treatment was KNO<sub>3</sub> concentration 0.5% (A), KNO<sub>3</sub> concentration 1.0% (B), KNO<sub>3</sub> concentration 1.5% (C), H<sub>2</sub>SO<sub>4</sub> concentration 25% (D), H<sub>2</sub>SO<sub>4</sub> concentration 50% (E), and H<sub>2</sub>SO<sub>4</sub> concentration 75% (F). The results showed that the H<sub>2</sub>SO<sub>4 </sub>treatment with 50% concentration affected parameters normal seedling (%), seeds did not grow (%), growth speed (%), vigour index (%), germinations length (cm), and root length (cm) than KNO<sub>3</sub> and another H<sub>2</sub>SO<sub>4 </sub>concentration. Consider corrosiveness H<sub>2</sub>SO<sub>4</sub>, mask, gloves, and lab coat needed when using it in an outdoor or acid room.</em>
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh dari berbagai jenis fungisida alami terhadap resiko fusarium penyakit layu (Fusarium oxysporum) in vitro. Percobaan dilakukan di Laboratorium Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Garut September-Oktober 2015. Perlakuan sebanyak 16 yang diulang sebanyak dua kali yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Semua data yang diamati dianalisis dengan uji scott knott. Perlakuannya yaitu: F0 = (Tanpa fungisida), F1 = Chitosan 1%, F2 = Chitosan 2%, F3 = Ekstrak Bayam duri 5%, F4 = Ekstrak Bayam duri 10%, F5 = Ekstrak Bawang putih 5%, F6 = Ekstrak Bawang putih 10%, F7 = Ekstrak Jawer kotok 5%, F8 = Ekstrak Jawer kotok 10%, F9 = Ekstrak kangkung 5%, F10 = Ekstrak kangkung 10%, F11 = Ekstrak Sirih 5%, F12 = Ekstrak Sirih 10%, F13 = Ekstrak serai wangi 5%, F14 = Ekstrak wangi 10%, F15 = fungisida sintetis 3g/liter. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 10% (F6) memberi efek terbaik pada penghambatanpertumbuhan hifaF. oxysporumyang ditunjukkan nilai terendah dalam panjang hifa dan diameter penghambatan. Kata kunci: Fungisida alami, Penyakit layu Fusarium, In vitro
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.