Kota Bandar Lampung memiliki topografi yang cukup beragam berupa lembah maupun punggungan bukit, dalam perkembangannya banyak kawasan pemukiman yang tersebar diantara perbukitan. Bencana longsor merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia. Perlu adanya kajian daerah rawan longsor beserta mitigasi bencana secara spesifik yang menjadi langkah konkrit dalam mengurangi angka korban jiwa maupun materi. Banyak faktor yang mempengaruhi rawan bencana longsor, yaitu: tingkat kemiringan dari kelerengan, tutupan lahan, jenis batuan dan tanah, serta didukung dengan data kejadian sebelumnya. Gambaran permukaan bumi khususnya daerah rawan longsor dapat direpresentasikan dalam peta, diawali dengan disusunnya dataset fundamental berdasarkan parameter yang berpengaruh kejadian longsor. Setiap parameter yang mempengaruhi kejadian longsor yang digunakan memiliki besar bobot yang berbeda dan terangkum dalam metode tumpang susun (Overlay). Meninjau area rawan di Kota Bandar Lampung terdapat sisa endapan gunungapi menghasilkan geomorfologi bukit terjal dimana penyusun batuannya adalah tuff dan breksi, yang kini bisa diamati di Kota Bandar Lampung, diantaranya adalah Bukit Sulah Sukarame, Bukit Koga Kedaton, Bukit Kaliawi dan Bukit Randu Tanjungkarang. Selain itu, terdapatnya banyak sesar yang berarah NW-SW sejajar orientasi Teluk Lampung, beberapa bukit di sekitarnya memiliki morfologi dengan curam. Batuan penyusunnya pun memiliki banyak rekahan, sehingga cenderung menjadikan lereng menjadi tidak stabil. Inilah yang membuat beberapa daerah di Kota Bandar Lampung rawan terjadi longsor.
Natar Hot Spring is one of the geothermal manifestations that is located in Lampung Province, Indonesia. About 6 km to the east, another hot spring appears with temperature around 40°C with neutral pH called Cisarua Hot Spring. The Natar Hot Spring itself having temperature 47-54°C with 6.23 pH. Based on the geologic map, the appearance of these hot spring is caused by Lampung-Panjang Fault which trending northwest-southeast. Morphology of the research area is showing a flat terrain topography which composed of Quaternary volcanic rock and metamorphic rock in the basement. The nearest volcano that expected to be the heat source of the geothermal system is the Quaternary extinct volcano called Mt. Betung which is located about 15 km to the southwest. The aim of the study is to analyze the geochemistry of the manifestations and calculate the reservoir temperature. Geochemistry analysis result shows both manifestations are bicarbonate which is formed as a steam-heated water or steam condensates. Geothermometer calculation shows that the geothermal reservoir has temperature 150-160°C with approximately 300 m in depth. All manifestations are originated from meteoric water according to stable isotope analysis D and δ18O data and interacting with carbonate-metamorphic rock beneath the surface based on 13C isotope value. A further geophysics study is needed to determine where the heat comes from.
Air bersih merupakan kebutuhan manusia dalam suatu komunitas. Kebutuhan air bersih dapat diambil dari air bawah permukaan melalui proses pemompaan. Upaya mendapatkan air bersih yang memiliki keberlanjutan baik dapat dilakukan dengan mengetahui arah aliran akuifer. Arah aliran akuifer dapat diketahui melalui pemodelan bawah permukaan. Penelitian ini menggunakan metode geolistrik dalam memodelkan lapisan di bawah permukaan guna mengetahui posisi akuifer. Berdasarkan model bawah permukaan, kedalaman rata-rata akuifer antara 30-100 meter. Model lapisan bawah permukaan menunjukkan jenis akuifer tertekan dengan lapisan lempung sebagai batas atas dan bawah akuifer. Air bawah permukaan diperkirakan memiliki arah aliran dari Timur ke Barat pada akuifer tertekan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.