Perairan terbuka adalah suatu daerah perairan yang menghadap ke arah laut lepas tanpa adanya penghalang baik itu pulau maupun daratan di depannya sehingga perairan terbuka sangat dipengaruhi oleh ombak dan gelombang. Perairan tertutup adalah suatu perairan yang terhalang oleh daratan atau pulau di depannya atau berupa teluk, sehingga kekuatan arus dan gelombang akan berkurang ketika sampai di pantai. Teripang merupakan salah satu spesies yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan banyak dilakukan penangkapan terhadap teripang yang menyebabkan menurunnya populasi teripang pada suatu perairan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelimpahan teripang pada perairan terbuka dan perairan tertutup Pulau Panjang, Jepara. Metode yang digunakan adalah metode kuadran transek berukuran 2x2 meter, yang diletakkan pada line transek sepanjang 100 meter. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali pada setiap titik pengamatan, dengan jarak antara setiap line 10 meter. Jenis teripang yang ditemukan pada perairan terbuka dan tertutup pulau Panjang adalah Holothuria atra, H.leucospilota, dan H.scabra. Dimana kelimpahan teripang pada perairan terbuka pulau panjang adalah 72 individu/1200m2 pada jenis H.atra, 36 individu/1200m2 pada jenis H.Leucospilota, 1 individu/1200m2 pada jenis H.scabra. Sedangkan kelimpahan jenis teripang pada perairan tertutup pulau Panjang adalah 37 individu/1200m2 pada jenis H.atra dan 22 individu/1200m2 pada jenis H.Leucospilota.
ABSTRAK Ekosistem terumbu karang Karimunjawa menyediakan habitat yang baik bagi kehidupan dan perkembangbiakan teripang. Di sisi lain, peningkatan beban limbah organik baik bersumber dari daratan maupun dari lingkungan perairan itu sendiri diduga menyebabkan daya dukung untuk kehidupan teripang menurun. Berdasarkan hal tersebut, bagaimana kondisi lingkungan perairan ditinjau dari kesesuaian lingkungan perairan habitat teripang. Pengukuran data kualitas air diambil pada 5 stasiun pengamatan. Data arus berdasarkan data pasang surut terendah, yang diperoleh dari pengukuran data pasang surut stasiun LPWP Jepara periode 2010-2011, pengukuran data variabel kedalaman perairan (m), suhu (°C), salinitas (‰), dan pH secara in situ, serta pengukuran kandungan oksigen terlarut (mg/l) secara laboratoris. Analisis data tingkat kesesuaian lingkungan teripang didasarkan atas beberapa kriteria penting yang harus dipenuhi, yaitu kondisi lingkungan yang sesuai dengan standar kriteria kesesuaian, meliputi kisaran dibawah baku mutu dengan skor (1), kisaran toleransi dengan skor (2), dan kisaran optimal dengan skor 3. Selanjutnya dilakukan pembobotan setiap variabel dalam 3 kelas bobot yang diukur berdasarkan tingkat pengaruh masing-masing variable. Berdasarkan hasil perhitungan total skor (Y) dari 6 variabel kualitas perairan.diperoleh jumlah skor tertinggi 54 dan terendah 6, sedangkan berdasarkan nilai interval kelas kesesusian (I) sebesar 16. Hasil analisis skor per kelas adalah (a) 39–54 = Sesuai (S1), (b) 23–38 = Cukup Sesuai (S2), dan (c) 6–22 = Tidak Sesuai (N). Hasil analisis diperoleh informasi bahwa kondisi lingkungan perairan cukup sesuai bagi kehidupan teripang. Kata kunci: Kesesuaian, habitat, teripang ABSTRACT The Karimunjawa waters reef ecosystem provides a good habitat for the life and breeding of sea cucumbers. On the other hand, the increased burden of organic waste both from the mainland and from the water environment itself is thought to cause the carrying capacity for the life of sea cucumbers declined. Based on this, then how the condition of the aquatic environment in terms of the suitability of the marine environment habitat sea cucumbers. Measurement of water quality data was taken at 5 observation stations. Current data based on the lowest tidal data, obtained from the measurement of the tidal data of LPWP station Jepara period 2010-2011. Measurement of water depth variable (m), temperature (°C), salinity (‰), and pH in situ, and dissolved oxygen content (mg/l) in laboratory. The data analysis of the suitability level of sea cucumber is based on several important criteria that must be fulfilled, that is environmental condition in accordance with standard of conformity criterion, covering range below standard quality with score (1), tolerance range with score (2), and optimal range with score 3, Then weighted each variable in 3 weight classes measured by the influence level of each variable, Based on the result of total score calculation (Y) from 6 water quality variables. Based on the result of total score (Y) of 6 water quality variables. Obtained by the highest score 54 and lowest 6, whereas based on the value of interval of suitability class (I) of 16. The result of the score analysis per class is (a) 39–54 = Suitable (S1), (b) 23–38 = quite suitable (S2), and (c) 6–22 = Not Match (N). The result of the analysis obtained information that the condition of the aquatic environment is quite suitable for the life of sea cucumber. Keywords: Conformity, habitat, sea cucumber
ABTRAK Pantai Bandengan kabupaten Jepara merupakan salah satu habitat bagi lamun. Tegakan daun lamun yang rapat berperan penting untuk mengurangi energi gelombang sehingga dapat mengendapkan partikel organik dan nutrien yang menjadi sumber makanan dari biota infauna. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2016 di Pantai Bandengan yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kandungan bahan organik sedimen dengan kelimpahan infauna pada kerapatan lamun yang berbeda di pantai Bandengan Jepara. Metode yang digunakan yaitu metode Purposive Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang digunakan apabila sampel yang akan diambil memiliki pertimbangan tertentu. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 1 jenis lamun yang ditemukan di Pantai Bandengan yaitu Thalassia sp dengan kerapatan masing – masing stasiun 1840 ind/5m2, 1200 ind/5m2, 890 ind/5m2. Kandungan bahan organik sedimen pada kerapatan padat, sedang dan jarang berturut – turut adalah 9.81%, 8.00%, 5.71%. Kelimpahan infauna di kerapatan lamun padat, sedang dan jarang di Pantai Bandengan 26315 ind/m3, 22262 ind/m3, 18304 ind/m3. Berdasarkan hasil uji regresi diperoleh persamaan y = 984.52x - 288.5, menunjukkan bahwa hubungan bersifat positif, artinya setiap kenaikan kerapatan lamun diikuti oleh kenaikan kandungan bahan organik tetapi tidak diikuti oleh kelimpahan infauna. Nilai R² = 0.164206, dan nilai r = 0.405224 menunjukkan bahwa hubungan kandungan bahan organik dengan kelimpahan infauna memiliki keeratan sedang, karena nilai keeratannya 40.52%. Kata Kunci: Bahan Organik, Kelimpahan Infauna, Kerapatan Lamun , Pantai Bandengan ABSTRACT The Coastal Bandengan was one of habitat for seagrass. Density seagrass lived could redocing wave energy, so that caould precipitate particles and organic nutrients into the food source of the biota infauna. Research conducted in March 2016 at the Coastal Bandengan this experiment knowed the relationship of the content of organic of sediment matter with infauna abundance on the density of different at Coastal seagrass Bandengan Jepara. The method used Purposive Random Sampling methods i.e., the sampling technique when a sample taken has certain considerations. The results showed 1 type of seagrass found at Coastal Bandengan i.e. Thalassia sp with the density of each station 1840 ind/5m2, 1200 ind/5m2, 890 ind/5m2. Organic matter of sediment in solid density, medium rare and successive – co-designer were 9.81%, 8.00%, 5.71%. The abundance of infauna in the dense seagrass density, medium rare in the coastal Bandengan 26315 ind/m3, 22262 ind/m3 18304/m3. The results of the regression test obtained the equations y = 984.52 x-288.5, that relations are positive, meaning that increased the density of the seagrass were following by the increasing organic matter, but didn’t follow by an abundance of infauna. The value of R² = 0.164206, and the value of r = 0.405224, that the relationship of the content of organic materials with the abundance of infauna had medium, because the value of the correlation of 40.52%. Keywords: Organic Materials; Epifauna Abundance; Seagrass Density Bandengan Beach
AbstrakTerdapat beragam spesies teripang (Holothurians) yang hidup di Perairan Karimunjawa, yang menempati berbagai substrat dasar pada ekosistem terumbu karang. Teripang bernilai ekonomis. Penangkapan dilakukan secara terus menerus tanpa adanya pengawasan. Hal inilah yang menyebabkan jumlah populasi teripang H. scabra menurun dengan tajam. Oleh sebab itu perlu diadakan penelitian untuk mengetahui kondisi potensi teripang (holothurians) tersebut. Tujuan penelitian adalah mengetahui (a) komposisi spesies teripang di perairan Karimunjawa (b) potensi populasi teripang di perairan Karimunjawa, dan (c) potensi pemanfatan teripang di perairan Karimunjawa.Metode pengumpulan data menggunakan transek garis 100 m yang dimodifikasi untuk reef check. Pengukuran dilakukan selama 1 tahun dengan interval waktu 1 bulan. Lokasi penelitian di perairan Karimunjawa, dibagi dalam 5 titik sampling yaitu stasiun A Menjangan Kecil, Stasiun B Legon Goprak, Stasiun C Karang Gumuk, Stasiun D Alang-alang, dan Stasiun E Mrican.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 15 spesies teripang yang termasuk dalam ordo Aspidochirotidae dan 2 famili yaitu 11 spesies dari famili Holothuridae dan 4 spesies dari famili Stichopodidae. Potensi biomassa populasi seluruh spesies yang dimanfaatkan dalam area studi sampai pada kedalaman 10 m, diketahui sebesar 44.
ABSTRAKKeberadaan fitoplankton dapat memberikan informasi mengenai kondisi suatu perairan, sedangkan nitrat dan fosfat mempengaruhi keberadaan fitoplankton untuk pertumbuhan dan transfer energi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui jenis dan kelimpahan fitoplankton, mengetahui kandungan nitrat dan fosfat di perairan, serta hubungannya dengan kelimpahan fitoplankton dan mengetahui nilai indeks saprobitas perairan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2016. Materi penelitian adalah sampel fitoplankton dan sampel air untuk uji nitrat dan fosfat. Metode pengambilan sampel secara purposive sampling. Sampling dilakukan sebanyak tiga kali pada 3 stasiun. Pengambilan sampel fitoplankton menggunakan jaring plankton dengan metode sampling aktif. Sampel fitoplankton diawetkan menggunakan lugol iodine 2-3 tetes sebelum diidentifikasi di laboratorium. Uji kandungan nitrat dan fosfat dilakukan dengan skala laboratorium. Analisa data dilakukan menggunakan Microsoft Excel 2013. Hasil penelitian menunjukkan kandungan nitrat di Pulau Pari berkisar antara 0,069 – 0,088 mg/l. Kandungan nitrat tergolong cukup optimal bagi pertumbuhan fitoplankton. Kandungan fosfat berkisar antara 0,004 – 0,006 mg/l. Kandungan fosfat tergolong rendah namun masih dapat ditolerir oleh fitoplankton. Kelimpahan fitoplankton berkisar antara 1774 – 3657 ind/l. Koefisien korelasi (r) sebesar 0,98 dan 0,905 artinya antara kandungan nitrat maupun fosfat dengan kelimpahan fitoplankton memiliki hubungan yang kuat. Nilai SI berkisar 1,28 – 1,43 dan nilai TSI berkisar 1,64 – 2,66 hal ini menunjukkan bahwa kualitas perairan Pulau Pari, dikategorikan dalam tingkat saprobitas oligosaprobik yaitu tercemar ringan sampai belum tercemar Kata kunci: Nitrat dan Fosfat, Kelimpahan Fitoplankton, Indeks Saprobitas, Pulau Pari, Kepulauan Seribu ABSTRACTThe existence of phytoplankton in the waters can provide information about water quality, while nitrates and phosphates affecting the availability of phytoplankton for growth and energy transfer. This research aims to know phytoplankton abundance and kinds of phytoplankton, find out the levels of nitrates and phosphates in the water and its connection with the abundance of phytoplankton, and find out saprobics index water. The research was conducted in May – June 2016. Material used in research was sample of phytoplankton and water samples. Methods used field survey with purposive technique sampling. The activity of sampling done in three times in 3 different stasions. Collection of phytoplankton sample using plankton net and active sampling method. Phytoplankton samples preserved using 2-3 drops lugol's iodine before identified in the laboratory. Water samples to be tested it is nitrate and phosphate contents in laboratory scale. Data analysis research was done using Microsoft Excel 2013. This research shows the content of nitrate is about 0.069 to 0.088 mg/l. Nitrate content is optimal for growth of phytoplankton and phosphate is about 0.004 to 0.006 mg/l. Classified quite high but still can be tolerated by the phytoplankton. Phytoplankton abundance ranges from 1774 - 3657 ind/l. The correlation coefficient (r) between nitrate and phytoplankton abundance is 0,98 then between phosphate and phytoplankton abundance is 0,902. The result means both of them have a strong correlation. SI values from 1,28 to 1,43, and TSI value from 1,64 to 2,66 this show that water quality in Pari Island Thousand Island is categorized into oligosaprobic which is lightly polluted to uncontaminated. Keywords: Nitrate and Phosphate, Phytoplankton abundance, Saprobic Index, Pari Island, Thousand Island
Kegiatan rumah tangga dan industri memanfaatkan sungai Bengawan Solo untuk membuang limbahnya. Hal tersebut dapat menurunkan kualitas perairan di Sungai Bengawan Solo. Perubahan kualitas perairan akan berpengaruh langsung terhadap organisme yang hidup di sungai tersebut. Keberadaan fitoplankton di suatu perairan dapat memberikan informasi mengenai keadaan perairan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas fitoplankton, mengetahui konsentrasi nutrien (nitrat dan fosfat) serta mengetahui hubungan kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi nutrien. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komposisi jenis fitoplankton yang ditemukan selama pengamatan didominasi oleh kelas Bacillariophyceae. Genus Rhizosolenia sp., Nitzschia sp. dan Navicula sp. Kelimpahan fitoplankton pada stasiun I sebesar 2544 ind/L. Stasiun II sebesar 1975 ind/L. Stasiun III sebesar 2735 ind/L. Stasiun IV sebesar 1785 ind/L dan stasiun V sebesar 2418 ind/L. Indeks keanekaragaman fitoplankton yang diperoleh selama pengamatan di Sungai Bengawan Solo berkisar antara 1,38 – 2,22, dengan indeks keseragaman berkisar antara 0,67 – 1,07 dan indeks dominasi yang menunjukkan kisaran 0,11 – 0,20. Uji korelasi regresi antara kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi nutrien (nitrat dan fosfat) di perairan Sungai Bengawan Solo memiliki nilai korelasi ganda positif sebesar 0,013. Konsentrasi fosfat berkisar antara 0,59 – 1,74 mg/l. Hubungan antara kelimpahan fitoplankton dengan nitrat secara linier menunjukkan hubungan fluktuatif dengan nilai koefisien korelasi 0,277 dan koefisien determinasi sebesar 0,077 dimana 7,7% kelimpahan fitoplankton dipengaruhi oleh nitrat. Hubungan antara kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi fosfat secara linier menunjukkan hubungan yang kuat dengan nilai koefisien korelasi 0,160 dan koefisien determinasi sebesar 0,025 dimana hanya 2,5% kelimpahan fitoplankton dipengaruhi oleh fosfat. Status kesuburan perairan di Sungai Bengawan Solo Kota Surakarta tergolong dalam kategori mesotrofik yaitu perairan dengan tingkat kesuburan sedang. Household and industrial activities utilize the Bengawan Solo river to dispose of its waste. This can degrade the water quality in Bengawan Solo River. Changes in water quality will directly affect the organisms living in the river. The presence of phytoplankton in a waters can provide information about the state of the water. The purpose of this research is to know the structure of phytoplankton community, to know the concentration of nutrient (nitrate and phosphate) and to know the correlation of phytoplankton abundance with nutrient concentration. The results of this study indicate that the composition of phytoplankton species found during observation is dominated by the Bacillariophyceae class. Genus Rhizosolenia sp., Nitzschia sp. and Navicula sp. The abundance of phytoplankton at station I is 2544 ind / L. Station II of 1975 ind / L. Station III of 2735 ind / L. Station IV of 1785 ind / L and station V of 2418 ind / L. The phytoplankton diversity index obtained during observations on the Bengawan Solo River ranged from 1.38 to 2.22, with the uniformity index ranging from 0.67 to 1.07 and the dominance index showing a range of 0.11 to 0.20. Regression correlation test between phytoplankton abundance with nutrient concentration (nitrate and phosphate) in Bengawan Solo River waters has positive double correlation value equal to 0,013. Phosphate concentrations ranged from 0.59 to 1.74 mg / l. The relationship between abundance of phytoplankton and nitrate linearly showed a fluctuative relationship with the correlation coefficient value of 0.277 and the coefficient of determination of 0.077 where 7.7% of phytoplankton abundance was influenced by nitrate. The relationship between phytoplankton abundance with phosphate concentration linearly showed a strong correlation with correlation coefficient value of 0.160 and coefficient of determination equal to 0,025 where only 2.5% phytoplankton abundance influenced by phosphate. The status of water fertility in the River Solo Solo City Surakarta classified in the mesotrophic category of waters with moderate fertility levels.
ABSTRAK Ekosistem padang lamun di Perairan Bandengan Jepara penting bagi biota akuatik khususnya epifauna. Kerapatan lamunakan mempengaruhi bahan organik yang digunakan oleh epifauna, selain itu kerapatan lamun juga dapat mengendapkan bahan organik yang akan mempengaruhi kelimpahan epifauna. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2016 di Perairan Bandengan yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kelimpahan epifauna dengan kerapatan lamun yang berbeda di Perairan Bandengan Jepara serta hubungan antara kandungan bahan organik dengan tingkat kerapatan lamun di Perairan Bandengan Jepara. Metode penelitian yang digunakan yaitu pendekatan survei dengan metode sampling yaitu Purposive Random sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 1 jenis lamun yang ditemukan di Pantai Bandengan yaitu Thalassia sp. dengan kerapatan pada stasiun jarang (A) 178 ind/m2, stasiun padat (B) 368 ind/m2. Kelimpahan epifauna di kerapatan jarang dan padat di Perairan bandengan 140 ind/3m2, dan 91 ind/3m2. Rerata kandungan bahan organik sedimen pada kerapatan jarang, dan padat berturut-turut adalah 12.86% dan 76.85%.Berdasarkan hasil uji regresi menunjukkan antara kelimpahan epifauna dengan tingkat kerapatan lamun menunjukkan hubungan tidak searah, setiap kenaikkan kerapatan lamun tidak diikuti oleh kenaikkan kelimpahan epifauna, serta tingkat kerapatan lamun dengan bahan organik terdapat korelasi yang kuat, semakin tinggi tingkat kerapatan lamun akan diikuti oleh bahan organik. Kata Kunci; Perairan Bandengan; Kerapatan Lamun; Kelimpahan Epifauna; Bahan Organik. ABSTRACT Seagrass ecosystem in Bandengan coastal Jepara is important for epifauna. Different seagrass density will affect levels of organic matter used epifauna, in addition the density of seagrass can also precipitate organic particles which affect the abundance of epifauna. This research was conducted on March 2016. The aimed of this research was to determine the relationship of epifauna’s abundance to density seagrass and the relationship of organic matter to the density of seagrass. This research used survey method and random sampling technique. Samples were taken from three different station there are (A) sparse density, and (B) dense density. Sample epifauna were taken once a week for three time. The results showed only 1 type of seagrass found in Bandengan coastal Jepara that is Thalassia sp. With density on sparse station (A) 178ind/m2, dense station 368 ind/m2. The abundance of epifauna on station sparse (A) 140 ind/3m2, dense station (B) 91 ind/3m2, The highest abundance Sconsia sp 52 ind/m2 dan 28 ind/m2 and Cerithium sp 34 ind/m2 dan 19 ind/m2Organic material content of sedimen on density was sparse and dense was 5.71%, 9.81%. Based on the result of the correlation show that between the abundance of epifauna with seagrass density level there is a relation undirectional, density of seagrass will not increase accordingly to the abundance of epifauna, as well as to the content of organic matter. There is a close correlation that higher of density of seagrass will be followed by organic matter. Key Word; Coastal of Bandengan; Seagrass Beds Density; Abundance of Epifauna; Organic matter
Sulardiono B, A’in C, Muskananfola MR. 2018. Profiles of water quality at Menjangan Besar Island, Karimunjawa, Central Java Province, Indonesia. Biodiversitas 19: 2308-2315. The development of anthropogenic and tourism activities causes the ecological impact on water quality. The profile of water quality and sediment are the representation of environmental condition of ecosystems, then they could be indicators of pollution, fertility, suitability, and environmental carrying capacity on marine life. This study aimed to characterize the environmental indicator based on the quality profile of Menjangan Besar waters, Karimunjawa, Central Java. Data collection using a purposive sampling method based on water and sediment characteristics in Menjangan Besar waters. The research location is divided into three stations, namely: station A: the waters of fish cage activity; station B: floating guesthouse activity; and station C: seaweed marine culture. Variable on water quality profile consists of N-NO3 (mg/L) and PO4-P (mg/L), chlorophyll-α (mg/m3), and bacterial (CFU/mL), and other water quality support, while the variables on sediment quality profile consist of Phosphorus (mg/g) and PO4-P (mg/g), organic (%), C-organic (%) and bacterial (CFU/g), and sediment grain size. The calculation data analysis method of water and sediment total bacteria profile used Total Plate Count (TPC) by following SNI 7545.1 (2009), while analysis for nitrification bacteria (Nitrosomonas and Nitrobacter) using Most Probable Number (MPN). Data analysis of sediment grains size used two methods, i.e. (i) dry mechanic method by using sieve shaker, and (ii) wet mechanic method by using a pipette. Data analysis of nitrate and phosphate using Brucine Sulfanilik method. Mapping of the spatial distribution of measurement data for water nutrient contents (NO3-N and PO4-P), bacteria, and Chlorophyll-α in the waters using ArcGIS software application tool. The results showed that nitrification bacteria content in the water column is lower than in the sediments layer. Total bacteria content in both the water column and sediment layer varies between stations. Total bacteria in station A is higher than the other stations. The water nutrient content (Nitrate and Phosphate) is still above the quality standard for Marine Biota (Kepmen LH No. 51/2004). The condition of the fertility of Menjangan Besar waters is oligotrophic tend to mesotrophic, in the sense that the waters quality is low to medium conditions, and not yet dangerous for marine biota.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
334 Leonard St
Brooklyn, NY 11211
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.