Longsor dapat dipicu oleh karateristik tanah yang terbentuk pada suatu wilayah yang dipengaruhi oleh ukuran fraksi tanah, terutama fraksi tanah yang berukuran lebih halus, yaitu fraksi tanah dari mineral liat. Stabililitas wilayah sub DAS Jeneberang pasca kejadian runtuhnya kaldera Gunung Bawakaraeng, menyebabkan gangguan berupa longsoran disekitar wilayah sub DAS lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik ukuran butir dan mineral liat tanah pada kejadian longsor di sub DAS hulu Jeneberang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan mengidentifikasi ukuran butir menggunakan ayakan ASTM 48 dan mineral liat tanah menggunakan FTIR. Titik longsor (TL) ditentukan dari kejadian longsor yang terjadi dan titik pembanding (TPB) ditentukan dari topografi dan bahan induk yang sama dengan titik longsor. Topografi pada daerah penelitian berombak hingga sangat curam dengan rata-rata curah hujan delapan tahun terakhir 3484 mm/tahun. Hasil analisis Ukuran butiran pada semua titik longsor dan titik pembanding didominasi ukuran 0,5 mm dengan bentuk butiran subrounded pada TL1, TL3, TL5, TL6, TL7, TL8, TL 10, TPB3, TPB4 dan subangular pada TL2, TL4, TL9, TPB1, TPB2. Dari hasil analisis mineral liat bahwa mineral liat dominan pada TL1, TL2, TL3, TL10, TPB1, TPB2 adalah kaolinit. TL6, TL5 adalah haloisit. TL8, TL4 adalah montmorilonit. TL9, TL7, TPB3 adalah klorit dan TPB4 adalah nakrit. Longsor yng terjadi dipicu oleh mineral liat tersedia yaitu kaolinit, haloisit, montmorilonit, dan klorit, sementara ukuran butir tanah tidak memberikan banyak pengaruh pada kejadian longsor.Kata kunci: Sub DAS Jeneberang, Longsor, Ukuran Butir, Mineral Liat Tanah