ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk mengkarakterisasi ukuran-ukuran tubuh (morfometrik) dan jarak genetik antara enam populasi kambing lokal Indonesia. Analisis morfometrik dan kanonikal dilakukan untuk mengetahui hubungan kekerabatan dan ukuran tubuh yang dominan untuk menentukan pengelompokan pada kambing Benggala (n=96), Marica (n=60), Jawarandu (n=94), Kacang (n=217), Muara (n=30), dan Samosir (n=42). Analisis diskriminan digunakan untuk mengelompokkan parameter bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh (panjang badan, tinggi pundak, lebar dada, tinggi pundak, lingkar dada, tinggi dan lebar tengkorak, panjang dan lebar ekor, panjang dan lebar telinga) pada kambing Muara lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan populasi kambing lainnya, dan paling rendah pada kambing Marica. Jarak genetik paling dekat terdapat pada kambing Marica dan Samosir (11,207) dan paling jauh pada kambing Muara dan Benggala (255,110). Tingkat kesamaan paling tinggi antar individu dalam populasi dijumpai pada kambing Kacang (99,28%) dan paling rendah pada kambing Samosir (82,50%). Analisis kanonikal menunjukkan bahwa ukuran tubuh paling dominan sebagai pembeda antar enam populasi kambing lokal yang diamati antara lain: lingkar kanon, ukuran tubuh, lebar tengkorak, tinggi tengkorak, dan lebar ekor. Hasil analisis jarak mahalonobis pohon fenogram dan kanonikal menunjukkan bahwa enam populasi masing-masing berdiri sendiri, sehingga dibedakan menjadi enam rumpun, yaitu rumpun kambing Muara, Jawarandu, Kacang, Benggala, Samosir, dan Marica. Tingkat keragaman bobot badan dan panjang badan sangat tinggi, sehingga peluang peningkatan produksi dapat dilakukan melalui program persilangan dan seleksi.
Gen BMP15 atau sering disebut dengan FecX (fekunditas kromosom X) adalah gen yang mengatur sifat prolifik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi mutasi gen BMP15 dan menganalisa polimorfisme pada kambing Boer, Kacang dan Boerka. Kambing betina yang digunakan sebanyak 50 sampel, masing-masing 17 Boer, 16 Kacang dan 17 Boerka yang dianalisa keragaman genetiknya diidentifikasi menggunakan metode PCR-Sequencing. Amplifikasi gen BMP15 menghasilkan fragmen dengan panjang 141 bp. Penentuan genotipe gen BMP15 menghasilkan tiga genotipe. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada gen BMP15 ditemukan 2 SNP polimorfik yang dianalisa berdasarkan frekuensi genotipe, frekuensi alel, heterozigositas dan uji keseimbangan Hardy-Weinberg (χ2). Hasil sekuens fragmen gen BMP15 menunjukkan adanya mutasi antara basa adenin (A) dengan guanin (G) dan penentuan dari genotipe gen BMP15 ditemukan tiga genotipe yaitu GG, GA dan AA. Dapat disimpulkan bahwa telah ditemukannya identifikasi dari mutasi gen BMP15 pada kambing Boer, Kacang dan Boerka dan bersifat polimorfik yang diidentifikasi menggunakan metode PCR-Sequencing. The bone morphogenetic protein 15 (BMP15) gene or commonly called FecX (fecundity chromosome X) is a gene that controls the prolific properties. This study was aimed to identify the mutation of BMP15 gene and to analyze its polymorphism in Boer, Kacang, and Boerka goats. The total of 50 female goat bloods were identified using PCR-Sequencing method, 17 Boer, 16 Kacang and 17 Boerka respectively. BMP15 gene amplification resulted fragment with the length of 141 bp. Genotyping of BMP15 gene produced three genotypes. Result showed that two polymorphic SNP were found from BMP15 gene analyzed by genotype frequency, allele frequency, heterozygosis, and equilibrium of genotype in all population by the Hardy-Weinberg equilibrium test (χ2). Sequence analysis results of BMP15 gene showed that there were two mutation between adenine (A) and guanine (G) bases and determination of genotype BMP15 gene produced three genotypes there were GG, GA and AA. In conclusion, there was mutation of BMP15 gene in Boer, Kacang and Boerka goats and genetic polymorphism were identified using PCR-Sequencing method.
Characteristics of double muscled growth in animals are influenced by myostatin gene (MSTN). Myostatin gene is known as a member of the growth gene's superfamily (TGF-β) which works to suppress the muscle growth. However, the presence of six mutations on MSTN cause the gene inactive, and trigger the occurrence of muscle hypertrophy. Identification of myostatin gene was conducted by molecular techniques, and the most common method is polymerase chain reaction followed by singlestrand conformation polymorphism (PCR-SSCP). Research on sheep and goat in several countries showed that there had been several variations occurred in myostatin gene but further studies are required to correlate these variations to body weight gain and other important production parameters. For goat production in Indonesia, myostatin mutations cause double muscling that can be utilised for genetic improvement in goat breeding plan to produce a new breed with high quality meat.Key words: Goat, myostatin gene, mutation, double muscle ABSTRAKKarakter pertumbuhan otot ganda pada ternak dipengaruhi oleh gen myostatin (MSTN). Gen myostatin adalah anggota dari superfamili gen pertumbuhan (Transforming Growth Factor/TGF-β) dan berfungsi menekan pertumbuhan otot. Telah diidentifikasi adanya enam mutasi pada MSTN yang menyebabkan MSTN tidak aktif dan mencetuskan terjadinya pembesaran otot (hipertropi). Identifikasi gen myostatin dilakukan dengan teknik molekuler dan metode yang paling umum digunakan adalah metode PCR dan single-strand conformation polymorphism (PCR-SSCP). Penelitian pada domba dan kambing di beberapa negara menunjukkan terdapat beberapa variasi pada gen myostatin tetapi diperlukan studi lebih lanjut untuk mencari korelasi antara variasi ini dengan pertambahan bobot badan dan parameter produksi penting lainnya. Khusus untuk ternak kambing di Indonesia, mutasi myostatin yang menyebabkan hipertropi otot dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan sifat pertumbuhan pada pembibitan kambing untuk menghasilkan bibit unggul kambing potong baru dengan kualitas daging yang baik. Kata kunci: Kambing, gen myostatin, mutasi, otot ganda PENDAHULUANPertumbuhan dan perkembangan seekor ternak merupakan suatu proses yang dinamis dan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor genetik, nutrisi, regulasi hormon, efisiensi metabolisme tubuh, respon kekebalan, status fisiologi ternak, lingkungan tempat ternak itu berada dan cara pemeliharaan serta ada tidaknya kejadian penyakit/parasit (Cronje et al. 2000). Selama pertumbuhan dan perkembangan ternak, ada banyak gen yang berperan untuk mengontrol beberapa sifat tertentu pada ternak tersebut, misalnya gen-gen pengontrol pertumbuhan dan karkas, gen-gen pengontrol reproduksi, gen-gen ketahanan penyakit, gen-gen penentu warna, postur tubuh dan lain sebagainya. Ada gen yang spesifik, yang mengontrol beberapa sifat atau karakter pada ternak tetapi ada juga gabungan beberapa gen (multigen) yang mengontrol dan menentukan sifat-sifat tertentu (Amills 2014).Banyak penelitian telah dilakukan mempelajari g...
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.