Abstrak Layanan E-Konseling merupakan salah satu alternatif layanan dalam membantu permasalahan klien yaitu dengan memanfaatkan teknologi, seperti melalui media website, surat elektronik (email), telepon, video, dan jejaring-jejaring sosial lainnya. Teknologi sebagai salah satu media yang dapat memudahkan konselor untuk membantu konselee (klien), yaitu dimana klien dapat dengan lebih leluasa dan nyaman untuk menceritakan semua permasalahannya kepada konselor tanpa harus merasa malu atau takut dihakimi dengan permasalahan yang telah dialami klien. Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut : (1) Untuk mendeskripsikan administrasi dan prosedur dalam proses e-konseling menggunakan media surat elektronik pada Laboratorium Bimbingan Konseling Islam FUAD IAIN Palangka Raya; (2) Untuk mengetahui keberterimaan pengguna dan ahli Model Layanan E-Konseling Menggunakan Media Surat Elektronik pada Laboratorium Bimbingan Konseling Islam FUAD IAIN Palangka Raya. Penelitian ini menghasilkan buku pedoman layanan e-konseling dengan media surat elektronik pada Laboratorium Bimbingan Konseling Islam FUAD IAIN Palangka Raya, serta model layanan yang berdasarkan aspek kegunaan, kelayakan, ketepatan dan kemungkinan dikerjakannya sudah siap digunakan dengan sedikit perbaikan pengembangan model lebih lanjut sesuai dengan komentar, saran dan perbaikan dari ahli dan praktisi. Kata Kunci: E-Konseling, Surat Elektronik (e-mail)
The purpose of this study was to determine the attitude of the correctional advisor towards correctional clients at the Bapas Kelas I in Palangka Raya. For this type of research, the research method used is a qualitative method which seeks to describe the actual situation in the field where the observations were made. Sources of data obtained from interviews and observations of five informants who are correctional advisors with certain age criteria and the work experience of the informants while serving as correctional advisor. From these data sources, it was found that the attitude of the correctional advisor towards the correctional client refers to attitude indicators such as the cognitive aspect, namely the assessment of the correctional advisor to the correctional client is an individual who is lost and is having problems so that in the end they had to deal with the law. In the affective aspect, it is implemented into various emotions such as sad, happy, angry, etc., these emotions arise after the correctional advisor carries out guidance with the correctional client. Then the cognitive aspect is implemented into action resulting in the attitude of the correctional advisor when helping the problem solving process of the correctional client.
Gaya pengasuhan merupakan suatu sistem atau cara orang tua mendidik, mengasuh serta membimbing anak sesuai dengan gaya pengasuhan terbaik yang orang tua berikan, agar anak bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan apa yang orang tua harapkan. Jenis gaya pengasuhan terdiri dari Gaya pengasuhan Otoriter (authoritarian), Gaya pengasuhan Demokratis (authoritative) dan Gaya pengasuhan Permisif. Prestasi ialah penguasaan pengetahuan ataupun ketrampilan yang ditunjukkan dengan hasil dari proses belajar-mengajar. Jenis penelitian ini adalah penelitian dekstriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif yang di analisis menggunakan software SPSS versi 25.0 dengan rumus uji Chi-Square. Responden dari penelitian ini adalah orang tua di Gg. Giat yang mempunyai anak usia SD dengan sampel berjumlah 34 orang. Alat pengumpulan data berupa kuesioner dengan pilihan STS (Sangat Tidak Setuju) skor 1, TS (Tidak Setuju) skor 2, S (Setuju) skor 3, SS (Sangat Setuju) skor 4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh yang paling dominan adalah otoriter dengan jumlah 26, dari 3 gaya pengasuhan, hanya satu yang memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar yaitu gaya pengasuhan demokratis dengan nilai P Value sebesar 0.031, nilai P Value lebih kecil dari alpha (0.05), Maka Ho ditolak, artinya gaya pengasuhan demokratis berhubungan secara signifikan dengan prestasi belajar. Kemudian gaya pengasuhan otoriter dengan P Value sebesar 0.106, nilai P Value lebih besar dari alpha (0.05), maka Ho diterima, artinya gaya pengasuhan otoriter tidak berhubungan secara signifikan dengan prestasi belajar, sedangkan gaya pengasuhan permisif dengan P Value sebesar 1.000, nilai P Value lebih besar dari alpha (0.05), maka Ho diterima, artinya gaya pengasuhan otoriter tidak berhubungan secara signifikan dengan prestasi belajar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemetaan dan rancangan intervensi untuk beban kerja mental overload pada Dosen IAIN Palangka Raya. Jumlah subjek pada penelitian ini adalah 31 orang yang terdiri dari Dosen PNS dan Non PNS yang memiliki beban kerja dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi minimal dalam satu Tahun Ajaran terakhir (Ganjil 2018/2019 atau Genap 2018/2019) lebih dari 16 Satuan Kredit Semester. Pengukuran beban kerja secara mental atau psikologis dapat diukur salah satunya dengan metode NASA-TLX. Metode NASA-TLX ialah suatu alat ukur yang digunakan dalam mengukur beban kerja mental secara subjektif. Hasil pemetaan beban kerja mental yaitu didapatkan skor rata-rata beban kerja mental sebesar 82 (delapan puluh dua) yang berada pada kategori berat. This study aims to determine the mapping and intervention design for mental overload workloads at IAIN Palangka Raya lecturers. The number of subjects in this study was 31 people consisting of PNS and Non-PNS lecturers who had a workload in implementing the Tri Dharma of Higher Education in the last one academic year (Odd 2018/2019 or Even 2018/2019) more than 16 Semester Credit Units. One of the mental or psychological measurements of workload is the NASA-TLX method. A NASA-TLX method is a measuring tool used in measuring mental workload subjectively. The mental workload mapping result is that the mental workload average score is 82 (eighty-two), which is in the heavy category.
Dilatarbelakangi dari banyaknya konflik yang timbul ketika anak memutuskan untuk tetap tinggal satu rumah dengan orang tua ketikauu sudah menikah dan membawa serta pasangannya untuk tinggal bersama. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui identifikasi sikap menantu terhadap mertua yang tinggal serumah di kota Palangka Raya. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif deskriptif fenomenologi. Adapun sumber data dalam penelitian ini ada lima Informan yaitu lima menantu perempuan yang tinggal serumah dengan mertuanya di jalan dr. Murjani. Untuk pengolahan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi, data dianalisis dan disimpulkan atau verifikasi. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa identifikasi konflik pada menantu yang tinggal serumah dengan mertuanya di kota Palangka Raya ditinjau dari konflik intrapersonal, konflik interpersonal dan faktor penyebab konflik. Adapun yang masuk dalam kategori intrapersonal pada unsur pendekatan-penghindaran terjadi pada dua menantu sedangkan yang masuk dalam kategori unsur penghindaran-penghindaran terjadi pada tiga menantu, selanjutnya yang masuk pada katagori interpersonal pada unsur escalation, invalidation, withdrawal and avoidance dan negative interpretation terjadi pada lima menantu yang tinggal serumah dengan mertuanya. Sedangkan Faktor yang melatarbelakangi terjadinya konflik dalam penelitian ini ada lima yaitu, kurangnya komunikasi terlihat pada tiga menantu. Kemudian yang kedua, sikap egosentrisme dalam hal ini ditemukan juga pada tiga menantu. selanjutnya masalah ekonomi yang dialami oleh satu menantu. Berikutnya adanya perbedaan pendapat ditemukan pada kelima menantu dan yang terakhir yaitu salah paham hal ini juga dimiliki oleh kelima menantu._____________________________________________________________________Background in this research because there are many conflict that appear when a child decide to live in one house with their parents after married and bring their couple to live together. Research objective was to know the conflict identification between daughter in law and mother in law who lived in one house in Dr. Murjani street Palangka Raya.This research was field research with qualitative descriptive approach. While data source in this research were five daughters in law who lived in on house with her mother in law which lived in Dr. Murjani street as informants. Data collection used observation, interview and documentation, then data analyzed and concluded or verification.The result showed that conflict identification on daughter in law who lived in one house with her mother in law at Dr. Murjani street Palangka Raya reviewed from intrapersonal conflict, interpersonal conflict and factors that caused conflict. Approaches-avoidance element that happen on two daughters in law, while avoidance-avoidance element happen on three daughters in law and these two things entered intrapersonal category, while escalation, invalidation, withdrawal and avoidance and negative interpretation element entered interpersonal category that happen on five daughters in law who lived with her mother in law. While there were five factors that caused conflict in this research, they were lack of communication happen on three daughters in law. Second, egocentrism happen on three daughters in law. Then economy problem happen on one daughter in law, next different opinion happen on five daughters and last was misunderstanding happen on five daughters in law.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.