Pendidikan adalah proses ynag mengandung spirit untuk membawa peserta didik menuju pada sebuah harapan. Hal ini bisa dipahami karena manusia memiliki keinginan-keinginan untuk menjadi baik dan maju dalam berbagai aspek kehidupan. Sehingga pada tataran praktis pendidikan betul-betul dibutuhkan dengan kenyataan bahwa pendidikan adalah proses yang paling efektif untuk terpenuhinya kebutuhan tersebut.John Dewey sebagai tokoh pendidikan dari Barat menawarkan konsep pendidikan yang tidak mengenal kata “terlambat”, “terlalu tua”, atau “terlalu dini” untuk memulainya. Menurutnya; “Educational process has no end beyond it self in its own and end”. Konsep serupa dikenal kemudian dengan istilah life long education atau pendidikan seumur hidup.Islam sebagai agama terakhir yang paling sempurna memiliki ajaran bahwa kehidupan manusia berlangsung pada dua dimensi: dimensi dunia dan dimensi akhirat. Dari pola hidup yang sedemikian luasnya, dengan pasti, Islam menawarkan pendidikan yang berlangsung tanpa batas dimana secara rinci dan praktis konsep tersebut digali untuk selanjutnya bisa diterapkan dengan dasar yang jelas.Secara singkat dapat dikatakan : Islam sesungguhnya, menjelaskan bahwa pendidikan berlangsung sejak ruh ditiupkan ke jasad dan berakhir sampai masa berusaha di dunia usai. Hal ini artinya bahwa proses pendidikan pada generasi selanjutnya dimulai sejak calon orang tua memilih pasangan hidup. Konsep serupa manjadi salah satu landasan penting kenapa pendidikan harus berlangsung seumur hidup disamping bahwa laju perubahan mengharuskan manusia tetap menjalani proses pendidikan dengan harapan menjadi manusia ideal pada dimensi dunia dan bahagia di akhirat.
This research is an examination of “Cosmopolitan Education in the Islamic perspective The principle aspects which are wanted to be known are: (1) The meaning of Cosmopolitan education in the Islamic perspective. (2) The Basis of Cosmopolitan education in Islam. (3) How does the concept of Cosmopolitan education gives implications for human life? (4) The Contribution of Cosmopolitan education toward human life in the revolution era 4.0 as the digital era. The research shows that education in the Islamic perspective goes from the time when Allah blows the ruh to the body until the last opportunity to taking an effort. Cosmopolitan education gives an important implication in which humans as individuals and humans as a society can become a perfect men. According to Islam, Muttaqi is the highest perfection which has many aspects of goodness. Cosmopolitan education gives a meaningful contribution to the life of human beings in the revolution era 4.0 as the digital era.
Insan kamil merupakan posisi tertinggi manusia yang setiap hamba Allah berhak berupaya mencapainya bahkan mencapainya. Penelitian pustaka tentang diskursus insan kamil perspektif Avicenna memberikan gambaran bahwa manusia dengan kekuatan sebagai potensi yang diberikan Allah memiliki kesempatan mencapai derajat sebagai insan kamil. Kekuatan sebagai potensi itu hanya dimiliki manusia sebagai rational soul. Empat level intellect yang bisa dicapai manusia yaitu potential (material) intellect, intellect in habitu, intellect in actu, dan acquired intellect. Dalam perspektif ini insan kamil adalah yang mencapai level acquired intellect. Selain itu dari perspektif tasawuf, Avicenna membagi level manusia menjadi tiga tingkatan yaitu ‘abid, zahid, dan , ‘arif. Dalam perspektif ini insan kamil adalah seseorang yang mencapai posisi ‘arif. Dua posisi (acquired intellect dan ‘arif) ini ada pada diri nabi, sufi, dan filosof. Nabi adalah pribadi yang tertinggi karena nabi memiliki revelation intellect yang tidak dimiliki oleh siapapun. Secara spesifik, kekuatan-kekuatan jiwa insan kamil berperan secara maksimal hingga level acquired intellect
Insan kamil merupakan posisi tertinggi manusia yang setiap hamba Allahberhak berupaya mencapainya bahkan mencapainya. Penelitian pustakatentang diskursus insan kamil perspektif Avicenna memberikan gambaranbahwa manusia dengan kekuatan sebagai potensi yang diberikan Allahmemiliki kesempatan mencapai derajat sebagai insan kamil. Kekuatan sebagaipotensi itu hanya dimiliki manusia sebagai rational soul. Empat level intellectyang bisa dicapai manusia yaitu potential (material) intellect, intellect in habitu,intellect in actu, dan acquired intellect. Dalam perspektif ini insan kamil adalahyang mencapai level acquired intellect. Selain itu dari perspektif tasawuf,Avicenna membagi level manusia menjadi tiga tingkatan yaitu ‘abid, zahid, dan, ‘arif. Dalam perspektif ini insan kamil adalah seseorang yang mencapai posisi‘arif. Dua posisi (acquired intellect dan ‘arif) ini ada pada diri nabi, sufi, danfilosof. Nabi adalah pribadi yang tertinggi karena nabi memiliki revelationintellect yang tidak dimiliki oleh siapapun. Secara spesifik, kekuatan-kekuatanjiwa insan kamil berperan secara maksimal hingga level acquired intellect.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.