In 2019 we captured specimens of Oreochromismossambicus Peters, 1852 from Batu Batu River, an estuary river on Kangean Island (Indonesia), a conservation area in the Java Sea. These records are among the first of this species from an island in the Java Sea. A description of morphological characters of sampled specimens is provided.
Caulerpa racemosa merupakan salah satu jenis rumput laut yang memiliki prospek cerah untuk dikembangkan. Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam membudidayakan C. racemosa adalah kualitas air. Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan kajian terkait kualitas air pada tambak budidaya anggur laut selama masa pemeliharaan sebagai upaya untuk mengoptimalkan pertumbuhan anggur laut dan meminimalkan terjadinya kegagalan dalam usaha budidayanya. Penelitian ini menggunakan metode survei, data primer dikumpulkan melalui observasi, dokumentasi, wawancara serta partisipasi langsung dalam kegiatan budidaya anggur laut (C. racemosa) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui studi pustaka. Pengukuran kualitas air yang diukur selama masa pemeliharaan juga menunjukkan kondisi yang optimal bagi pemeliharaan anggur laut, hanya saja kadar nitrat terdeteksi dalam jumlah yang sangat kecil, namun hal ini tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan C. racemosa. Hasil penelitian menunjukkan dengan suhu (30 - 31oC), DO (3.60 – 4.60 mg/L), pH (8.3 – 8.5), salinitas (39 – 40 ppt), NO3 (0 mg/L), PO4 (0,002 - 0,018mg/L). Laju pertumbuhan relatif pada anggur laut dengan metode sebar dasar didapatkan hasil 5 gr/hari. Untuk mengatasi kadar nitrat yang rendah, dalam masa pemeliharaan dapat dilakukan kegiatan pemupukan susulan dan peningkatan monitoring kualitas air agar menghasilkan anggur laut yang berkualitas dan mampu memaksimalkan produksi anggur laut.
Cyprinus carpio L. is one of the most important freshwater fish and has been intensively cultivated. However, microbial infection become restricting component that can cause economic loss in carp production and the use of commercial antibiotics for therapy produces adverse side effects. This study was conducted to evaluate the potential of Ocimum sanctum L. crude extract on haematology of Cyprinus carpio against A. hydrophila infection. For this purpose, fish that have been infected were immersed in different doses of Ocimum sanctum L. crude extract (50, 150, 250, 350 ppm) and compared with the control group. After 1 week of immersion, total erythrocytes, total leukocytes, and deferential leukocytes (neutrophils, monocytes and lymphocytes) were recorded. The result showed that significant increase of total erythrocytes was obtained at the concentration of 350 ppm Ocimum sanctum L. crude extract. Furthermore, decreasing of the total leukocytes about 55.06×103 to 25.77×103, also decreasing deferential leukocytes (monocytes 40%, neutrophils 31% and lymphocytes 49% from the positive control). These results suggested that 350 ppm of Ocimum sanctum L. crude extract is beneficial to enhance the haematological status of common carp against A. hydrophila.
Penggunaan pupuk anorganik pada kegiatan budidaya ikan bandeng menimbulkan dampak degradasi lingkungan selain itu penggunaan yang berlebihan juga berpengaruh terhadap organisme budidaya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan pupuk organik. Peningkatan kualitas pupuk organik dilakukan dengan menggunakan proses fermentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk organik terfermentasi (fermented fertilizer) terhadap pertumbuhan bobot dan tingkat kelulushidupan ikan bandeng. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Tambak Praktek Desa Pulo Kerto Pasuruan pada Juli s/d Oktober 2021. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental skala lapang dengan menggunakan uji T dengan membandingkan penggunaan pupuk organik terfermentasi (fermented organic fertilizer) dan pupuk kandang (non fermented fertilizer). Monitoring kualitas air meliputi suhu, pH, salinitas, kecerahan dan oksigen terlarut. Suhu air media selama pemeliharaan berkisar antara 26-30°C, salinitas berkisar 20 – 30 ppt, pH air berkisar antara 7,5 – 8,5 dan oksigen terlarut berkisar 5-6 mg/L serta nilai kecerahan 30 – 45 cm. Nilai rata-rata bobot ikan bandeng pada perlakuan pupuk organik fermentasi mencapai 349,8 gram/ekor sementara perlakuan pupuk kandang sebesar 283,2 gram/ekor. Hasil uji t terhadap berat akhir menunjukkan bahwa perlakuan dengan pupuk organik terfermentasi memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p < 0,05). Tingkat kelulushidupan ikan bandeng pada kedua perlakuan menunjukkan hasil yang baik mencapai 96% pada perlakuan pupuk organik fermentasi dan 95% pada perlakuan pupuk kandang.
Pengembangan industri budidaya udang vanname untuk meningkatkan produksi seringkali dibatasi oleh beberapa faktor diantaranya keterbatasan air dan lahan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan sistem budidaya intensif pada kolam bundar. Studi ini dilakukan untuk mengetahui proses dan performa budidaya udang vanname sistem intensif dengan kolam bundar pada CV. Tirta Makmur Abadi Lombang. Metode yang digunakan adalah metode survei, data dikumpulkan melalui observasi, dokumentasi, wawancara serta partisipasi langsung dalam kegiatan pembesaran udang vannamei (Litopenaeus vannamei). Berdasarkan studi yang dilakukan, budidaya udang vananme secara intensif dengan konstruksi kolam bundar di CV. Tirta Makmur Abadi Lombang mampu memberikan hasil yang panen yang cukup baik pada 2 petak tambak yang ada, C3 dan C4. Panen total pada DOC 84 di petak C3 menghasilkan ABW 13,68 gr, SR 73,60% dan FCR 1,45 sementara panen total pada DOC 83, petak C4 menghasilkan ABW 13,81 gr, SR 76,34% dan FCR 1,42. Selain itu sebagian besar parameter kualitas air selama masa pemeliharaan juga masih berada pada kisaran optimal untuk kelangsungan hidup udang vanname.Â
Ikan baung termasuk ikan dengan nilai ekonomi yang tinggi sehingga usaha pembenihannya masih memiliki potensi untuk dikembangkan. Hingga saat ini, proses pemijahan ikan baung belum bisa dilakukan secara alami sehingga pemijahan ikan baung harus dilakukan dengan bantuan hormon. Hal ini membuat kegiatan pembenihan ikan baung yang dilakukan dengan pemijahan semi alami masih memiliki potensi untuk dikaji. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur kinerja pembenihan ikan baung melalui pemijahan semi alami dengan mengamati parameter fekunditas, derajat pembuahan telur (fertilization rate), derajat penetasan telur (hatching rate) dan tingkat kelangsungan hidup (survival rate). Data pada penelitian ini didapatkan dengan metode survei melalui kegiatan observasi, wawancara, dokumentasi serta berpartisipasi langsung pada kegiatan pembenihan ikan baung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembenihan ikan baung melalui pemijahan semi alami menunjukkan performa yang cukup baik dilihat dari paramater fekunditas, derajat pembuahan (FR), derajat penetasan (HR) dan tingkat kelangsungan hidup larva. Fekunditas yang dihasilkan pada studi ini yaitu 89.250 butir dengan bobot induk betina 750 gram. Derajat pembuahan (FR) yaitu 90%, derajat penetasan (HR) mencapai 84% dan tingkat kelangsungan hidup larva setelah 14 hari menetas sebesar 76%. Kualitas air selama pembenihan menunjukkan kisaran yang optimal untuk pembenihan ikan baung, dimana suhu air antara 24 – 29°C dan nilai pH berada pada kisaran 5–7.
Pomfret fish (Tracinotus blochii) is a new commodity that has the opportunity to be developed in Indonesia with market demand and a fairly high price. In cultivation activities, quality seeds play an important role in the success of cultivation. This study aims to see the performance of hatchery and rearing of star pomfret larvae through parameters of egg fertilization degree, egg hatching rate and survival rate of star pomfret larvae. The research method used is a survey method, data is collected through observation, documentation, interviews and direct participation in star pomfret hatchery activities. The data obtained were analyzed descriptively. The hatchery of star pomfret through natural spawning during the study had good performance starting from the degree of fertilization, hatching rate and survival rate of larvae. The total eggs produced in the star pomfret hatchery reached 680,000 eggs with a Fertilization Rate (FR) of 74.5% and a Hatching Rate (HR) of 85.78%. After rearing larvae for 28 days, the survival rate of star pomfret larvae was 33.75%. This is supported by the water quality during maintenance which shows the optimal range.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.