The rice cultivation business is dominated by small farmers with average land ownership of less than one hectare. Consequently, all efforts that have been made were unable to improve the farmer’s welfare. The small land ownership is a problem in applying mechanization, technology adoption, and management efficiency. The consolidation of the agricultural system in the form of an agricultural, institutional model is essential to be developed to achieve farming efficiency, profit, and, in turn, and farmer’s welfare. An agro-socio-cultural and institutional model was designed to overcome problems faced by farmers. The study was conducted in Banjarnegara and Purbalingga Regencies, Central Java. The study applied FGD and survey methods. The results showed that most farmers’ age was 60 years, and their educational attainment was a primary school, owned less than 0.7 hectares of land size, low technology adoption rates, and yield of fewer than four tons/ha. The condition causes the farmers to get low income, with an amount of fewer than three million rupiahs/month. Sociocultural conditions, land potentials, institutions, access to capital, and product marketing were the basis for developing an institutional model of rice farming. An institutional model concept was offered in the form of management consolidation. Several farmers gathered in a joint venture called the Rice Estate Community (REC), with approximately 300 hectares. Management consolidation supported mechanization application, science and technology transfer, easier access for market access and capital for rice farming. The REC was a model delivering farming efficiency and prosperity to farmers.
Radicle emergence (RE) atau pemunculan radikula adalah uji vigor cepat yang direkomendasikan ISTA tahun 2014 untuk benih jagung pada suhu 20 °C selama 66 jam. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan uji RE benih jagung pada suhu 25 °C dan menentukan satu waktu pengamatan yang tepat untuk mempersingkat periode pengujian vigor benih jagung. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyimpanan dan Pengujian Mutu Benih, dan Kebun Percobaan Cikabayan IPB mulai Desember 2019 sampai dengan Maret 2020. Rancangan percobaan yang digunakan dalam pengujian RE yaitu split-plot, dengan sembilan lot benih (varietas) sebagai petak utama dan 14 waktu pengamatan (jam ke- 27, 30, 33, 36, 39, 42, 45, 48, 51, 54, 57, 60, 63, dan 66 setelah pengecambahan) sebagai anak petak. Rancangan kelompok lengkap teracak satu faktor (lot benih) digunakan untuk pengujian mutu benih di laboratorium dan vigor bibit di lapangan. Hasil uji RE kemudian dikorelasikan dengan daya berkecambah, vigor benih, dan vigor bibit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji RE pada benih jagung dengan metode uji antar kertas pada suhu 25 °C dan diamati saat 51 jam ± 15 menit setelah pengecambahan terbukti berkorelasi erat dan dapat memprediksi daya berkecambah, rataan waktu perkecambahan, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan rataan waktu pemunculan bibit. Kata kunci: daya berkecambah, korelasi, lot benih, varietas, vigor benih, vigor bibit
Pengusangan cepat adalah pengujian vigor daya simpan benih setelah mendapatkan pengusangan fisik maupun kimia yang dapat memberikan simulasi lingkungan suboptimum yang dapat menyebabkan kemunduran benih mirip seperti kondisi sebenarnya. Penelitian ini menggunakan metode pengusangan cepat kimia pada benih jagung dengan memanfaatkan alat pengusangan cepat tipe IPB 77-1 MM. Alat pengusangan cepat (APC IPB 77-1 MM) diharapkan merupakan mesin yang akan dapat mempercepat kemunduran benih dengan memanfaat uap etanol 96%. Fungsi dari alat pengusangan cepat IPB 77-1 MM dimaksudkan agar dapat melihat kemunduran benih secara cepat yang bisa menggambarkan kemunduran mutu yang terjadi pada penyimpanan alami yang dalam penelitian ini ditunjukkan dengan menggunakan metode penyimpanan terkontrol. Penelitian ini menggunakan lima lot benih jagung dengan tingkat vigor yang berbeda hasil dari deteriorasi terkontrol pada suhu 40 °C dan RH 98%. Hasil dari pembuatan lot benih dari vigor tinggi hingga rendah: P1 (94.5% berkecambah normal), P2 (92.5% berkecambah normal), P3 (70% berkecambah normal), P4 (38% berkecambah normal), dan P5 (17% berkecambah normal). Penelitian ini terdiri dari dua percobaan, percobaan pertama adalah pengusangan cepat kimia yang terdiri atas 5 taraf waktu pengusangan yaitu 0, 25 (1x25’), 50 (2x25’), 75 (3x25’), dan 100 (4x25’) menit. Percobaan kedua adalah penyimpanan terkontrol pada kondisi suhu kamar (30-34 °C) dan RH tinggi (85-99%) yang didapatkan dari larutan garam jenuh Na2SO4 dan terdiri dari 5 taraf waktu penyimpanan yaitu 0, 10, 20, 25, dan 30 hari.. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pemanfaatan APC IPB 77-1 MM untuk pendugaan vigor daya simpan benih jagung dengan menggunakan pengusangan kimia. Hasil percobaan menunjukkan alat pengusangan cepat IPB 77-1 MM dapat digunakan untuk menduga penurunan vigor pada benih jagung. Hasil percobaan juga menunjukkan alat pengusangan cepat IPB 77-1 MM dapat menduga nilai vigor daya simpan yang sama dengan percobaan penyimpanan pada tolok ukur daya berkecambah dan potensi tumbuh maksimum sedangkan untuk tolok ukur indeks vigor dan kecepatan tumbuh belum menunjukkan konsistensi penurunan vigor.
ABSTRAK Benih bermutu berperan penting dalam keberhasilan budidaya tanaman. Mutu benih yang tercantum pada kemasan benih bersertifikat hanya kadar air benih, daya berkecambah dan kemurnian benih. Nyatanya, masih banyak peubah mutu lain yang belum tercantum salah satunya bobot 1,000 butir. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih dan Kebun Percobaan Sawah Baru, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan Desember 2020 sampai Juni 2021. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan bobot 1,000 butir benih terhadap viabilitas dan vigor benih, field emergence, pertumbuhan dan hasil produksi padi. Percobaan disusun dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) tiga perlakuan, yaitu benih berbobot 1,000 butir tinggi, sedang, dan rendah. Percobaan dilakukan pada tiga varietas, yaitu Ciherang, Inpari 32, dan Inpari 42. Bobot 1,000 butir benih berpengaruh nyata pada daya hantar listrik benih, tinggi bibit, jumlah daun bibit, bobot kering bibit dan pertumbuhan tanaman padi. Perbedaan bobot 1,000 butir benih tidak berpengaruh nyata terhadap peubah IV, DB, Kct, Kst, PTM, BKKN, komponen hasil dan produksi pada ketiga varietas yang diuji. Benih dengan bobot tinggi memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi bibit yang kuat dan dapat mempercepat masa persemaian dari ketiga varietas yang diuji. Benih berbobot tinggi dan sedang memiliki pertumbuhan vegetatif yang lebih baik dibandingkan benih berbobot rendah. Kata kunci: bibit, persemaian, produktivitas
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.