1996
DOI: 10.2307/3351392
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Woman as Nation in Mangunwijaya's "Durga Umayi"

Abstract: refer to Benedict Anderson's concept, detailed in Imagined Communities (London: Verso, 1991), of "imagined community" not as "false" because imaginary, but rather, as a cultural artifact which commands great emotional loyalty and which enables the existence of a certain way of organizing collective life.

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1

Citation Types

0
0
0
2

Year Published

1998
1998
2020
2020

Publication Types

Select...
6
1

Relationship

0
7

Authors

Journals

citations
Cited by 7 publications
(2 citation statements)
references
References 0 publications
0
0
0
2
Order By: Relevance
“…Dari keempat novel tersebut dapat diamati bahwa cerita yang diangkat oleh keempat pengarang Indonesia, mengisahkan hubungan untuk menguasai antara tokoh satu dengan tokoh lain (Nada, 2017). Selain empat karya tersebut, novel Durga Umayi karya Mangunwijaya juga menghadirkan tokoh pinggiran, yaitu petani dan kaum wanita sebagai kritik atas penguasa Orde Baru yang egaliter (Bodden, 1996). Adanya relasi antartokoh ini menimbulkan permasalahan hegemoni, karena terdapat keinginan untuk saling menguasai dan memimpin Sementara itu, tokoh yang dipimpin tidak memiliki kebebasan untuk menjadi dirinya, sehingga merugikan individu maupun kelompok itu sendiri.…”
Section: A Pendahuluanunclassified
“…Dari keempat novel tersebut dapat diamati bahwa cerita yang diangkat oleh keempat pengarang Indonesia, mengisahkan hubungan untuk menguasai antara tokoh satu dengan tokoh lain (Nada, 2017). Selain empat karya tersebut, novel Durga Umayi karya Mangunwijaya juga menghadirkan tokoh pinggiran, yaitu petani dan kaum wanita sebagai kritik atas penguasa Orde Baru yang egaliter (Bodden, 1996). Adanya relasi antartokoh ini menimbulkan permasalahan hegemoni, karena terdapat keinginan untuk saling menguasai dan memimpin Sementara itu, tokoh yang dipimpin tidak memiliki kebebasan untuk menjadi dirinya, sehingga merugikan individu maupun kelompok itu sendiri.…”
Section: A Pendahuluanunclassified
“…Microfon tersebut berjalan menuju Iin, memintanya berbicara pada dunia tentang yang ia rasakan, lalu microfon itu kembali lagi ke tempat semula. Menurut Bodden (1996), microfon ini berperan sebagai 'penyambung lidah rakyat'. Ketika ia secara misterius berjalan menuju Iin, microfon tersebut berfungsi sebagai kunci dalam menciptakan hubungan antara Iin, sebagai karakter individu, dan Iin sebagai simbol masa depan bangsa.…”
Section: Iin Dalam Fiksi Realis Magisunclassified