Validasi Hfias (Household Food Insecurity Access Scale) Dalam Mengukur Ketahanan Pangan: Kasus Pada Rumah Tangga Perkotaan Dan Perdesaan Di Sulawesi Selatan

Ashari, Chica Riska; Khomsan, Ali; Baliwati, Yayuk Farida

doi:10.22435/pgm.v42i1.2417

Cited by 3 publications

(3 citation statements)

References 13 publications

(28 reference statements)

Supporting

Mentioning

Contrasting

Unclassified

Order By: Relevance

“…Household food security was measured using the Household Food Insecurity Access Scale (HFIAS) questionnaire developed by the Food and Nutrition Technical Assistance (FANTA) project for crosscultural use 15 . HFIAS has been validated in Indonesia 16 . The HFIAS consists of 9 questions with a four-week (30day) recall period.…”

Section: Data Collectionmentioning

confidence: 99%

Kebiasaan Makan Balita dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Daerah Kesetaraan Gender Rendah dan Tinggi di Indonesia

Tanziha,

Khomsan,

Sumarti

et al. 2023

AMNT

View full text Add to dashboard Cite

Latar Belakang: Perempuan lebih banyak yang mengalami ketidaksetaraan gender walaupun perannya besar terhadap ketahanan pangan rumah tangga. Perempuan memiliki akses yang lebih terbatas terhadap pendidikan dan pekerjaan, sehingga berpengaruh terhadap otonomi ekonomi dan rendahnya posisi tawar dalam rumah tangga. Ketidaksetaraan gender yang dialami perempuan berdampak pada kejadian rawan pangan rumah tangga. Tujuan: Menganalisis perbedaan kebiasaan makan rumah tangga dan anak balita serta ketahanan pangan rumah tangga di daerah dengan kesetaraan gender tinggi dan rendah di Indonesia. Metode: Penelitian cross-sectional dilakukan di dua lokasi dengan ketimpangan gender rendah dan tinggi di Indonesia. Sebanyak 303 rumah tangga dengan anak balita berpartisipasi dalam studi ini. Pengumpulan data meliputi karakteristik rumah tangga, Household Food Insecurity Access Scale (HFIAS), serta kebiasaan makan rumah tangga dan anak. Uji beda Mann Whitney dilakukan untuk menguji perbedaan antar variabel di kedua daerah. Hasil: Proporsi kerawanan pangan di daerah kesetaraan gender rendah (tingkat sedang 45,6%, berat 23,8%), berbeda signifikan (p<0,05) dengan di daerah kesetaraan gender tinggi (tingkat sedang 34,6%, berat 17,3%). Rumah tangga yang tinggal di daerah kesetaraan gender tinggi lebih sering makan 3 kali sehari (p<0,001), makan bersama rumah tangga (p=0,003) dan tingginya peran suami (p<0,001) dan anak (p<0,001) dalam menentukan menu makan. Terdapat perbedaan signifikan (p<0,05) kebiasaan makan anak balita di kedua daerah. Kesimpulan: Rumah tangga yang tinggal di daerah kesetaraan gender rendah lebih rawan pangan, memiliki kebiasaan makan rumah tangga dan anak yang kurang baik. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah untuk meningkatkan kesetaraan gender melalui peningkatan pendidikan dan keberdayaan ekonomi perempuan.

show abstract

Section: Data Collectionmentioning

confidence: 99%

Kebiasaan Makan Balita dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Daerah Kesetaraan Gender Rendah dan Tinggi di Indonesia

Tanziha,

Khomsan,

Sumarti

et al. 2023

AMNT

View full text Add to dashboard Cite

show abstract

“…Skor yang digunakan untuk mengetahui tingkat ketahanan pangan berdasarkan kuesioner Household Food Insecurity Acess Scale (HFIAS) adalah 0 untuk nilai minimal dan 27 untuk nilai maksimal (17). Skor ini kemudian dikategorikan menjadi 4 kategori untuk mengetahui distribusi tingkat ketahanan pangan yaitu tahan pangan (0-1), rawan pangan tingkat rendah (2-7), rawan pangan tingkat sedang (8)(9)(10)(11)(12)(13)(14), dan rawan pangan tingkat berat (15-27) (18). Selanjutnya diklasifikasikan menjadi keluarga tahan pangan jika tahan pangan dan rawan pangan tingkat rendah, sedangkan untuk keluarga tidak tahan pangan jika keluarga rawan pangan tingkat sedang dan rawan pangan tingkat berat.…”

Section: Metodeunclassified

Hubungan Tingkat Ketahanan Pangan dengan Kejadian Beban Gizi Ganda di Rumah Tangga di Kota Surakarta

Setyaningsih

Hidayatillah²,

Ismawanti³

2022

J Dunia Gizi

View full text Add to dashboard Cite

Pendahuluan; Beban gizi ganda di rumah tangga merupakan permasalahan gizi yang ditandai dengan adanya permasalahan gizi lebih dan gizi kurang yang tinggal dalam satu rumah. Permasalahan beban gizi ganda disebabkan adanya transisi gizi yang ditandai dengan ketidaktahanan pangan keluarga. Tujuan; untuk mengetahui hubungan antara tingkat ketahanan pangan dengan kejadian beban gizi ganda di rumah tangga di Kota Surakarta. Metode: Jenis penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional yang dilakukan dengan pengambilan data pengukuran status gizi serta pengisian kuesioner ketahanan pangan HFIAS pada 299 sampel penelitian yang terdiri dari ibu dan anak usia kurang dari 12 tahun. Pemilihan sampel dengan menggunakan metode snowball sampling melalui google form. Penelitian dilakukan pada Mei-Juli 2021 di Kota Surakarta. Analisis statistik bivariat dilakukan dengan metode pearson chi-square. Hasil; Prevalensi beban gizi ganda yang ditunjukan dengan pasangan ibu gemuk dan anak kurus sebesar 13,4%. Terdapat 21,7% keluarga yang mengalami tidak tahan pangan. Keluarga yang tidak tahan pangan memiliki risiko mengalami beban gizi ganda sebesar 4,189 kali lebih tinggi dibandingkan keluarga dengan tahan pangan (p=0,000; CI 95%=2, 416). Kesimpulan; ketidaktahanan pangan di rumah tangga berhubungan dengan kejadian beban gizi ganda sehingga perlu adanya upaya untuk dapat meningkatkan ketahanan pangan sebagai upaya menurunkan permasalahan beban gizi ganda pada tingkat rumah tangga.

show abstract

“…Eligible households were those with at least one women of reproductive age (aged 18 to 49 years, hereafter referred to as women or mothers) and a child aged between 6 months and 5 years of age. The questionnaire comprised three parts: (a) respondent and household socioeconomic data, including men's and women's incomegenerating livelihood activities, asset ownership, and estimated monthly income and food expenditure; (b) food and nutrition security, including the Food Consumption Score Nutritional Quality Analysis [96,97] and Household Food Insecurity Access Scale (HFIAS) [24] (see Data analysis below), both of which have been validated as indicators of household food insecurity in different settings, including Indonesia [3,23,103]; and (c) household decision-making and health and nutrition knowledge. The questionnaire comprised a combination of standard modules (e.g.…”

Section: Data Collectionmentioning

confidence: 99%

Coping or adapting? Experiences of food and nutrition insecurity in specialised fishing households in Komodo District, eastern Indonesia

et al. 2021

View full text Add to dashboard Cite

Background There is growing recognition of the need for fish to be better integrated into nutrition-sensitive strategies for addressing malnutrition. Fish are overwhelmingly produced by the small-scale sector, which supports food and nutrition security directly through the provision of fish and indirectly through the generation of income which can be used to purchase other desired foods. However, there has been relatively little research on the extent of food and nutrition security in specialised fishing communities. This study assessed food and nutrition security among households in specialised fishing communities in Komodo District, eastern Indonesia. Methods We assessed the seasonal nutrition quality of household diets using the Food Consumption Score for nutritional analysis and food insecurity using the Household Food Insecurity Access Scale in 66 households across three communities, using a modified cluster sampling strategy. We calculated and generated descriptive statistics for these indicators with Microsoft Excel and ran a logistic generalized linear mixed model to determine factors associated with severe food insecurity using SPSS. We used semi-structured interviews and focus group discussions to understand perceptions of, change over time, and strategies for dealing with food shortfalls. Results While most households have acceptable access to nutritious foods, especially protein and heme iron-rich foods, nearly one half of households consumed vitamin A rich foods on less than 3 days of the 7-day recall period in either season. More than half of households reported experiencing a moderate or severe level of food insecurity, with higher food insecurity in the wet season. Low maternal education (OR: 3.8, 95%CI 1.5–9.9) and lower household wealth (OR: 0.5, 95%CI 0.3–0.9) were found to be associated with a severe level of food insecurity. Household’s consumptive and non-consumptive response strategies reflect adaptation to chronic food insecurity but are nutritionally and economically unsustainable. Conclusion Households in specialised fishing communities in Komodo District consumed diets with low diversity and experienced high levels of food insecurity. There is a need for culturally-appropriate nutrition-sensitive strategies to enhance food and nutrition security in vulnerable fishing communities.

show abstract

Validasi Hfias (Household Food Insecurity Access Scale) Dalam Mengukur Ketahanan Pangan: Kasus Pada Rumah Tangga Perkotaan Dan Perdesaan Di Sulawesi Selatan

Cited by 3 publications

References 13 publications

Kebiasaan Makan Balita dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Daerah Kesetaraan Gender Rendah dan Tinggi di Indonesia

Kebiasaan Makan Balita dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Daerah Kesetaraan Gender Rendah dan Tinggi di Indonesia

Hubungan Tingkat Ketahanan Pangan dengan Kejadian Beban Gizi Ganda di Rumah Tangga di Kota Surakarta

Coping or adapting? Experiences of food and nutrition insecurity in specialised fishing households in Komodo District, eastern Indonesia

Contact Info

Product

Resources

About