Keteladanan memiliki popularitas sebagai sebuah metode yang dapat digunakan dalam proses pendidikan. Padahal keteladanan bukan hanya metode, namun memiliki sakralitas sebagai dimensi yang harus melekat dan menjadi jatidiri guru yang terejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari. Konteks ini tidak lepas atas sandaran ketelanan merujuk konsep uswatun hasanah yang disandarkan pada profil Nabi Muhammad SAW yang memiliki kemaksuman. Penelitian ini berbasis pada library reseacrh dengan mengklasifikasi sumber-sumber berbasis pustaka baik sebagai data primer dan sekunder. Proses validitas dan realibiltas data menggunakan konfirmabilitas, dengan analisis data triangulasi sumber dokumen. Hasil analisa dari uraian penelitian ini menjelaskan bahwa konteks ketelandan yang hanya dipahami sebatas pada aspek teknis dan metode, mereduksi sakralitas keteladanan sebagai jati diri guru. Keteladanan sebagai manifestasi kompetensi kepribadian guru harus dipahami secara komprehensif dan universal yang merujuk pada uswatun hasanah sebagai dasarnya. Keteladanan bukan hanya tataran kompetensi, namun jati diri dan profil ideal yang memiliki sakralitas tinggi sebagai manifestasi guru dalam kehidupan sehari-hari.