Usia, Obesitas dan Aktifitas Fisik Beresiko Terhadap Prediabetes

Abstract

<p><em>Prediabetes merupakan awal perjalanan penyakit diabetes mellitus yang tidak terdetekssi sejak dini karena tidak menimbulkan tanda dan gejala. Namun dapat dicegah dengan mengendalikan faktor resiko seperti usia, obesitas dan aktifitasn fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia, obesitas dan aktivitas fisik dengan kejadian Prediabetes di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang berusia 18-59 tahun di wilayah kerja Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi dengan jumlah sample sebanyak 52 responden, cara pengambilan sample menggunakan Purposive Sampling. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami prediabetes (59,6%), memiliki usia<45 tahun (73,1%), mengalami obesitas dengan IMT≥25 (57,7%), dan memili aktivitas fisik ringan (46,2%) dan diketahui ada hubungan yang bermakna antara usia (0,008), obesitas (0,000), dan aktivitas fisik (0,006) dengan kejadian prediabetes.<strong> </strong>Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dilakukannya program skrining prediabetes agar orang yang mengalami prediabetes tidak berlanjut menjadi DM. </em></p><p><em> </em></p><p><em>Prediabetes is the beginning of the course of diabetes mellitus which is not detected early because it does not cause signs and symptoms. But it can be prevented by controlling risk factors such as age, obesity and physical activity.</em><em> </em><em>This study aims to determine the relationship of age, obesity and physical activity with Pre-diabetes incidence in Puskesmas Simpang IV Sipin city of Jambi. This research is a quantitative study using cross sectional study design, population in this study is the entire population aged 18-59 years in Puskesmas Simpang IV Sipin Jambi with a random sample of 52 respondents, how sampling using purposive sampling. Based on the research showed that most respondents had prediabetes (59.6%), had aged <45 years (73.1%), obese with IMT≥25 (57.7%), and elect the light physical activity (46 , 2%) and it is known there is a significant correlation between age (0,008), obesity (0,000) and physical activity (0.006) and the incidence of prediabetes. With this study are expected to do prediabetes screening program for people who have prediabetes do not continue to be a DM.</em><em></em></p>

Hubungan Gaya Hidup Sedentary Terhadap Kejadian Tinggi Prediabetes di Wilayah Kerja Puskesmas Johar Baru

“…Dalam penelitian rentang usia kurang 45 tahun mendominasi terjadinya prediabetes, artinya saat ini terjadi pergeseran usia prediabetes menjadi usia lebih muda dan menyerang usia produktif. Hal ini sejalan dengan suatu penelitian (Astuti, 2019) dimana usia terbanyak terjadi pada rentang 20-44 tahun.…”

“…Banyaknya bantuan teknologi yang canggih dan minimnya waktu karena kesibukan telah menjadikan banyak orang menjalani gaya hidup yang kurang sehat. Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan penurunan efektivitas insulin dan buruknya penggunaan glukosa dan lemak di dalam sel (Astuti, 2019). Pada saat seseorang kurang melakukan aktivitas fisik terjadi gangguan pada pelepasan insulin sehingga menyebabkan terjadinya hiperglikemia.…”

“…Apabila hal ini dilakukan terus-menerus dan menjadi suatu kebiasaan tentu akan menjadi gaya hidup sedentary yang berdampak kenaikan berat badan bahkan menimbulkan kejadian obesitas. Studi literature menunjukkan adanya hubungan obesitas dengan kejadian prediabetes di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi sebanyak (57.7%) yang mengalami obesitas dengan jumlah 52 responden (Astuti, 2019).…”

Faktor Resiko Terjadinya Prediabetes Di Kota Padangsidimpuan

“…Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan semakin bertambahnya usia maka secara tidak langsung dapat menurunkan beberapa fungsi organ yang berpengaruh pada sistem tubuh. Salah satunya adalah penurunan fungsi organ pangkreas dalam menghasilkan hormon insulin, sehingga berdampak pada meningkatnya resiko prediabetes dan DM (Astuti, 2019).…”

“…Energi kemudian diperlukan oleh otot untuk menghasilkan gerakan. Penggunaan gula yang tersimpan diotot selanjutnya akan mempengaruhi penurunan kadar gula darah karena penggunaan gula pada otot tidak memerlukan insulin sebagai mediatornya (Astuti, 2019).…”