Uji Tuberkulosis Laten Pada Kontak Serumah Pasien BTA Positif Dengan Metode Mantoux Test

Abstract

Latar Belakang. Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis laten adalah salah satu keadaan yang terjadi ketika terpapar dengan bakteri TB namun tidak menunjukan gejala klinis. Anggota keluarga rentan tertular TB dikarenakan sulit menghindari kontak dengan penderita. Uji tuberculin skin test adalah salah satu uji yang dipakai untuk mendiagnosa TB laten. Tujuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran TB laten pada kontak serumah dengan pasien TB BTA positif. Menentukan hubungan antara TB laten dengan umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan status merokok. Metode. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik korelasi dengan desain cros sectional dengan jumlah sampel sebanyak 22 orang. Hasil. Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 15 orang (68,2%) dengan indurasi > 10 mm, dan 7 orang (31, 8%) dengan indurasi < 10 mm . Sedangkan berdasarkan hasil uji statistik untuk melihat hubungan antara pengaruh umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan status merokok dengan status TB laten diperoleh approx signifikan > 0,05. Kesimpulan. Dengan demikian prevalensi TB laten pada kontak serumah pasien BTA positif sebesar 68,2% dan tidak terdapat hubungan antara umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan status merokok dengan status TB.

Empowerment of Sto.Yohanes Maria Vianey Catholic Church Youth Naibonat of East Kupang, East Nusa Tenggara as A Supervision of Tuberculosis Ingestion

“…(Webb, Kali Vanan, and Biswas 2018). In addition, participants were also given the opportunity to see firsthand through a microspope the forms of positive BTA bacteria and negative examination results and also explainedThe method of examining sputum samples using ZN staining is used to identify positive smear by taking the sputum specimen in this examination is done by means of SPS (Time, Morning and Time) (Kambuno et al 2019).…”

“…TB disease prevention programs throughout Indonesia are still experiencing many obstacles and are still far from being expected. One of the main causes is the high patient adherence to treatment (Machmud, at al., 2020) (Kambuno et al 2019). Therefore, the issue of patient adherence in completing the treatment program is the most important priority (Dhewi, et al, 2013).…”

Pemberdayaan Kader Sebaya Dalam Meningkatkan Pencegahan Penyakit Tuberkulosis (Tb) Di Bone Kecamatan Nekamese Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur Tahun 2022

“…Tuberkulosis merupakan infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, orang yang tinggal dalam kondisi padat penduduk dan berventilasi buruk memiliki kemungkinan besar untuk terinfeksi. Sumber penularan yaitu penderita tuberkulosis pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman lewat udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei) (Lippincott, 2011, Kambuno, 2019, Gero, 2017. Menurut Global Report TBC, WHO (2009) Meskipun para ahli kesehatan dapat melihat tuberkulosis sebagai masalah kesehatan masyarakat yang dapat disembuhkan secara efisien dalam waktu 2 sampai 6 bulan dengan obat, tetapi penderita mengalami tekanan psikologis.…”

Konseling Keluarga Pasien TB dan Pemberdayaan Pemuda Gerakan Anti-TB di Desa Naibonat Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur

“…Tuberkulosis merupakan infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, orang yang tinggal dalam kondisi padat penduduk dan berventilasi buruk memiliki kemungkinan besar untuk terinfeksi. Sumber penularan yaitu penderita tuberkulosis pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman lewat udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei) (Lippincott, 2011, Kambuno, 2019, Gero, 2017 Meskipun para ahli kesehatan dapat melihat tuberkulosis sebagai masalah kesehatan masyarakat yang dapat disembuhkan secara efisien dalam waktu 2 sampai 6 bulan dengan obat, tetapi penderita mengalami tekanan psikologis. Penderita tuberkulosis menganggap penyakit ini adalah penyakit yang memalukan, isolasi sosial, karena dicap sebagai transmitter penyakit (Ginting, 2008, Namuwali, 2017.…”