Trends in Naming System on Javanese Society: A Shift From Javanese to Arabic

Abstract

Personal names could be used to trace a person’s socio-historical background, including ethnic identity. Traditionally the Javanese people named their children using the Javanese language. Later, the phenomenon showed there was a new trend in naming. Arabic began to massively adopted as the elements in the personal name. This paper aimed to describe the trend of the naming system on Javanese people which beginning to switch from the Javanese to Arabic. This article used corpus data method. Data obtained from the Javanese people name corpus of data Administration System (SIAK) administered by the Civil Registry Service Office in Klaten, Jawa Tengah. The Arabic name then compared with the Javanese to determine the differences in naming system and it’s reference. The results show there is a huge number of Arab intergenerational name. Modern parents tend to name their children using Arabic words. These efforts are deployed in actualizing self-identify as a Muslim. The Javanese people now prefer to highlight their identity as part of Moslems than the Javanese.

Linking Arabic, Islam, and Economy: Onomastics on Business Name of People of Arab Descent in Indonesia

“…Photo by Eric Kunto Aribowo (2016) In addition to the use of personal and family name, the naming process also takes the place of origin (owner and the products) or geographical area which has influence toward the business. The attachment of geographical name is commonly found in the naming model of shops not only in Pasar Kliwon but also other areas (see Figure 7).…”

Pertalian Bahasa Arab, Islam, dan Ekonomi: Studi Onomastik pada Papan Nama Usaha Masyarakat Keturunan Arab (MKA)

“…Objek penelitian onomastik pada umumnya menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar seperti karakteristik dan makna nama, fungsi penamaan, serta fungsi nama dalam komunikasi sosial (Blanar 2009). Oleh karena itu, dalam rangka memerikan struktur nama dan sistem penamaan dimanfaatkan ilmu onomastika dengan melakukan investigasi terhadap komponen-komponen penyusun nama tersebut (Aribowo and Herawati 2016a).…”

“…Apabila ditinjau dari klasifikasi atau jenis kata yang diadopsi sebagai nama, toko yang dimiliki oleh MKA di sekitar Pasar Kliwon berasal dari kategori nomina dan adjektifa dalam bahasa Arab. Penggunaan nomina dan adjektifa merupakan hal yang umum digunakan pada penamaan toko (lihat Faizah, 2009;Rahmat, 2015 (Aribowo and Herawati 2016a). Dari 48 toko bernama Arab yang ditemukan, didapati 30 toko (atau sebesar 62%) memanfaatkan strategi penamaan Arab dengan sistem mononimi, sedangkan sisanya sejumlah 18 toko (atau sebesar 38%) menggunakan sistem penamaan polinimi, penamaan dengan lebih dari satu kata.…”

“…Strategi penamaan dengan mononimi atau satu nama merupakan strategi yang paling lazim diterapkan sebagai nama toko di kalangan MKA. Sistem penamaan mononimi merupakan sistem penamaan dengan menggunakan kata tunggal yang tidak dilekati dengan kata-kata lainnya (Aribowo and Herawati 2016a). Kata yang diambil sebagai nama toko-toko yang menganut sistem penamaan ini, mayoritas didominasi oleh unsur (kata) tunggal yang berasal dari bahasa Arab.…”

“…Nama diri yang banyak digunakan ialah nama pemilik atau pendiri usaha. Istilah matronim digunakan apabila nama yang digunakan merujuk pada perempuan, sedangkan patronim ketika merujuk pada nama lelaki (Aribowo and Herawati 2016a). Nama Amira dan Nauwara merujuk pada nama perempuan, sedangkan Ghani dan Afza merujuk pada nama lelaki.…”