Transformasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Indonesia

Abstract

Perguruan tinggi bukan saja menjadi sarana transformasi pengetahuan tetapi juga menjadi dinamisator masyarakat. Perguruan tinggi keagamaan Islam yang tersebar dari Banda Aceh sampai ke Jayapura sekaligus menjadi sarana pengembangan masyarakat. Pelbagai bentuk program yang dijalankan dalam rangka menunjukkan bentuk lebih teknis dari moderasi Islam. Pengembangan keilmuan termasuk pembukaan jurusan-jurusan yang variatif memberikan keleluasaan mahasiswa untuk belajar ilmu secara teknis. Makalah ini menunjukkan bahwa perguruan tinggi keagamaan Islam turut mengembangkan program-program yang tidak berfokus pada perguruan tinggi. Namun pada saat yang sama terdapat tantangan yang perlu diatasi sehingga pengembangan pendidikan tinggi keagamaan Islam tidak hanya pada lembaga negeri tetapi juga swasta.

Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI)

“…Ketiga, merumuskan, menyebarkan, atau memberikan pendidikan serta ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai agama Islam kepada masyarakat, yang akan menciptakan kehidupan yang harmonis antar umat Islam maupun umat beragama lain. (Mujahidah & Wekke, 2019) PTKI memiliki sifat multidimensi karena dituntut untuk menjadi agen perubahan dalam aspek keagamaan di masyarakat. PTKI juga ditantang untuk mengembangkan teologi "Unity in Diversity" sebagai landasan moralitas publik dalam kerangka Pancasila.…”

Akreditasi, Keunggulan Penciri, dan Alih Status Kelembagaan: Penyiapan Kultur Akademik Mewujudkan Ekosistem Keilmuan Perguruan Tinggi

“…Hidayat (2014) (Mulyono & Wekke, 2018). Pada saat yang sama perguruan tinggi juga menjadi instrument untuk menjaga harmoni keberagamaan (Mujahidah & Wekke, 2019). Bagian terpenting yang perlu diperhatikan adalah dosen.…”

Meneliti Islam: Pada Aspek Mana?

“…Sementara itu, Pendidikan tinggi Islam tidak lagi berada di ranah yang sama tetapi ada pengaruh dari pelbagai bidang kehidupan. Maka, saatnya merumuskan kajian keislaman dengan lebih luas (Wekke, 2018;Wekke, 2019;Mujahidah & Wekke, 2019;Wekke, 2016).…”