2018
DOI: 10.24293/ijcpml.v22i3.1239
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

THE RISK FACTOR OF ALLOANTIBODY FORMATION IN THALASSEMIA PATIENTS RECEIVING MULTIPLE TRANSFUSION (Faktor Kebahayaan Terbentuknya Aloantibodi pada Pasien Talasemia yang Menerima Transfusi Darah Berulang)

Abstract: Untuk kelangsungan hidup pasien talasemia intermediet dan mayor, memerlukan transfusi darah secara teratur. Transfusi berulangini berpeluang membentuk aloantibodi yang dapat menyebabkan kebahayaan hemolitik. Maka transfusi berulang akan memperberathemolitik karena pada pasien talasemia sudah ada proses tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berbagai faktorkebahayaan untuk terbentuknya aloantibodi pada pasien talasemia yang mendapat transfusi darah berulang khusus di RSUP Fatmawati,Jakarta. Car… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1

Citation Types

0
0
0
1

Year Published

2022
2022
2024
2024

Publication Types

Select...
2
1

Relationship

0
3

Authors

Journals

citations
Cited by 3 publications
(2 citation statements)
references
References 4 publications
0
0
0
1
Order By: Relevance
“…Penelitian lain mengatakan bahwa aloantibodi muncul setelah melakukan transfusi darah selama 10 tahun atau lebih secara teratur. 26 Berdasarkan keluhan pasien reaksi transfusi dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kategori ringan ditandai demam suhu >38,0˚C, adanya pruritus, mengalami ruam ringan, flushing. Kategori kedua yaitu reaksi sedang yang ditandai demam dengan suhu >39,0 ˚C, diikuti dengan menggigil, rasa kaku, mual atau muntah, mialgia, angioedema, mengi, mengalami urtikaria, ruam pada kulit, dan tanpa diikuti gangguan pernapasan.…”
Section: Diskusiunclassified
“…Penelitian lain mengatakan bahwa aloantibodi muncul setelah melakukan transfusi darah selama 10 tahun atau lebih secara teratur. 26 Berdasarkan keluhan pasien reaksi transfusi dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kategori ringan ditandai demam suhu >38,0˚C, adanya pruritus, mengalami ruam ringan, flushing. Kategori kedua yaitu reaksi sedang yang ditandai demam dengan suhu >39,0 ˚C, diikuti dengan menggigil, rasa kaku, mual atau muntah, mialgia, angioedema, mengi, mengalami urtikaria, ruam pada kulit, dan tanpa diikuti gangguan pernapasan.…”
Section: Diskusiunclassified
“…Pada tabel 1 dapat dilihat kejadian reaksi transfusi pada penelitian ini paling banyak terjadi pada rentang usia 11 -15 tahun sebanyak 48 kasus reaksi transfusi darah (36,6%). Berdasarkan penelitian Fridawati V, dkk., 9 ditemukan anak usia >6 tahun lebih berisiko mengalami aloimunisasi karena terpapar lebih banyak dosis antigen eritrosit disebabkan oleh transfusi darah berulang, sehingga kemungkinan mengalami reaksi transfusi darah pun meningkat. Pada penelitian ini, pasien dengan kelompok umur 16-30 sangat sedikit karena pada usia tersebut dinilai kronis dan tidak semua dapat bertahan hidup.…”
Section: Hasil Dan Pembahasanunclassified