2000
DOI: 10.17528/cifor/000628
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

The Impact of sectoral development on natural forest conversion and degradation: the case of timber and tree crop plantations in Indonesia

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1

Citation Types

0
0
0
2

Year Published

2003
2003
2018
2018

Publication Types

Select...
5
1

Relationship

0
6

Authors

Journals

citations
Cited by 18 publications
(4 citation statements)
references
References 1 publication
0
0
0
2
Order By: Relevance
“…Provinsi Riau pertama kali menggunakan acuan alokasi penataan ruang dengan menggunakan peta TGHK berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan (Menhut) Nomor 173/Kpts-II/1986. TGHK secara formal ditujukan untuk mengatasi dan mengendalikan permasalahan perencanaan lintas sektor serta memfasilitasi pengembangan industri kehutanan, misalnya untuk pengembangan Hak Pengusahaan Hutan, Hutan Tanaman Industri dan perkebunan (Kartodihardjo & Supriono, 2000;McCarthy, 2000), dan digunakan sebagai dasar alokasi lahan kehutanan. Selama ini peta TGHK tidak dapat digunakan dengan baik disebabkan beberapa hal antara lain: 1) Banyak mengabaikan kepentingan masyarakat akibat pembentukannya bersifat konsensus dan disusun secara top down.…”
Section: Metode Penelitianunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Provinsi Riau pertama kali menggunakan acuan alokasi penataan ruang dengan menggunakan peta TGHK berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan (Menhut) Nomor 173/Kpts-II/1986. TGHK secara formal ditujukan untuk mengatasi dan mengendalikan permasalahan perencanaan lintas sektor serta memfasilitasi pengembangan industri kehutanan, misalnya untuk pengembangan Hak Pengusahaan Hutan, Hutan Tanaman Industri dan perkebunan (Kartodihardjo & Supriono, 2000;McCarthy, 2000), dan digunakan sebagai dasar alokasi lahan kehutanan. Selama ini peta TGHK tidak dapat digunakan dengan baik disebabkan beberapa hal antara lain: 1) Banyak mengabaikan kepentingan masyarakat akibat pembentukannya bersifat konsensus dan disusun secara top down.…”
Section: Metode Penelitianunclassified
“…Hal ini karena dipengaruhi oleh sistem politik di Indonesia yang memang didesain untuk menciptakan kesepakatan melalui penerimaan hasil dari konsensus (Robertson-Snape, 1999). Dampaknya adalah banyak menimbulkan konflik di kemudian hari (Contreras-Hermosilla & Fay, 2006;Kartodihardjo & Supriono, 2000;Resosudarmo et al, 2012); 2) Memiliki keterbatasan akibat informasi tutupan vegetasi hutan dan karakteristik fisik dari lahan yang kurang akurat serta tingkat subjektivitas yang tinggi (Sève, 1999), batas TGHK yang tidak konsisten, tidak akurat (Clunie & Applegate, 1994) dan masih bersifat sangat kasar (Lynch, 1999); 3) Secara teknik masih menggunakan skala peta yang sangat kecil (biasanya 1: 500.000), bukan data terbaru, sehingga akan mempersulit ketika akan ditransfer menjadi skala yang lebih besar (Sève, 1999 masing (Santoso, 2003), di bawah otoritas Bappenas yang berkoordinasi dengan Bappeda (Brockhaus et al, 2012) serta harus dilakukan dengan melibatkan masyarakat dan lintas sektor di dalamnya (Sève, 1999). Pada periode 1992-1994, Provinsi Riau berhasil menerbitkan Perda Nomor 10 Tahun 1994 meskipun proses paduserasi belum selesai.…”
Section: Metode Penelitianunclassified
“…Lorsque les populations locales ne possèdent pas les droits formels confortant leurs droits de fait sur le terrain, les acteurs extérieurs considèrent que la situation dans la région n' est pas claire. Les titulaires de concessions en profitent parfois pour prélever des ressources et faire des bénéfices sur le dos des communautés, qui sont pourtant les gestionnaires de fait des sites considérés (Kartodihardjo 2000, Kellert et al 2000. Lorsque les droits sont clairement définis mais défavorables aux populations locales quant à leur utilisation des forêts, l'intervention des collectivités territoriales ou des ONG peut parfois renforcer la puissance de négociation des communautés Andersson 2004Andersson , 2010.…”
Section: Réforme Des Droits De Propriétéunclassified
“…Des collectivités territoriales puissantes peuvent également aider les communautés à défendre leurs droits, de même que la présence et les activités des ONG. Inversement, des droits de propriété mal protégés et la délimitation floue des territoires, comme c' est le cas lorsqu'il y a des phénomènes de superposition ou des systèmes de classification anarchiques, de même que l'instabilité institutionnelle autorisent les entreprises à engranger des profits réalisés grâce aux concessions sans indemniser les communautés (Kartodihardjo 2000). Ndoye et et al (2003) avancent qu'il pourrait y avoir une approche aprioriste de la résolution des conflits.…”
unclassified