The Determinants of Access to Adolescent- Friendly Health Service: A Case Control Study

Abstract

Background: Adolescents need to access Adolescent-Friendly Health Service (AFHS) to get it’s benefit in order to improve adolescent health. However, the current adolescent access to that service remains low with the access prevalence under 50%).Aim: This study determined factors that affected adolescents’ access to AFHS.Methods: This school-based case control study was conducted in 9 junior and senior high schools in the area of Sangkrah and Kratonan in Surakarta District. There were 162 cases (who accessed the AFHS by guidance from health professionals and peer educators) and 162 controls (those who did not) who were chosen using total sampling and proportionate random sampling technique, respectively. A multiple logistic regression analysis was used to assess the determinant factors of AFHS access.Results: Access to AFHS was significantly determined by knowledge of the program and perceived demand. A probability of finding adolescents who had knowledge of the program was 6 times higher in the case group than in control group with the OR value of 6.1 (95% CI 3.3-11.1).Conclusion: Overall, the low adolescents’ access was mostly caused because of insufficient knowledge. Broadening information about the program and adolescents’ access to the program through electronic media and peer educators is required. Keywords: access, adolescent, Adolescent-Friendly Health service, AFHS.

Studi Deskriptif Persepsi Kebutuhan Informasi Dan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Pada Siswa

“…Rendahnya akses ke pelayanan kesehatan reproduksi dapat menjadi penyebab kurangnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi (Arifah et al, 2020). Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas di kalangan remaja masih terbilang rendah.…”

“…Faktor yang mempengaruhi pemanfaatan ke pelayanan kesehatan reproduksi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengetahuan kesehatan reproduksi, persepsi sosial terhadap akses pelayanan kesehatan reproduksi remaja, pengetahuan tentang pelayanan kesehatan reproduksi remaja, kesempatan untuk mengakses, dan persepsi kebutuhan. Remaja yang mempersepsikan membutuhkan pelayanan 1,9 kali lipat lebih mungkin untuk mengakses pelayanan kesehatan reproduksi (Arifah et al, 2020).…”

“…Namun remaja yang tidak membutuhkan informasi kesehatan reproduksi sebesar 43,8% (Anjarwati et al, 2011). Banyak remaja yang mendapatkan informasi kesehatan dengan mencari informasi melalui media sosial dan internet, namun banyak diantara mereka yang tidak yakin setelah membaca beberapa informasi kesehatan dan meminta kepada petugas kesehatan untuk mengonfirmasi keabsahan informasi tersebut (Arifah et al, 2020). Penelitian mengenai persepsi kebutuhan informasi kesehatan reproduksi serta preferensi informasi kesehatan reproduksi yang diingimkan juga belum banyak digali sehingga penting untuk diteliti.…”

“…Meski proporsi remaja yang mempersepsikan tidak membutuhkan informasi kesehatan reproduksi masih cukup tinggi sebagian responden menganggap edukasi tambahan kesehatan reproduksi harus lebih sering lagi dilaksanakan di sekolah. Banyak remaja yang mendapatkan informasi kesehatan dengan mencari informasi melalui media sosial dan internet, namun banyak diantara mereka yang tidak yakin setelah membaca beberapa informasi kesehatan dan meminta kepada petugas kesehatan untuk mengkonfirmasi keabsahan informasi tersebut (Arifah et al, 2020). Hal tersebut dimungkinkan membuat remaja tetap merasa memerlukan edukasi dari tenaga yang ahli meskipun informasi kesehatan reproduksi sudah banyak tersedia melalui Internet.…”

The Utilization of Sexual and Reproductive Health Services Among Young Males in Indonesia: Does Their Knowledge of Reproductive Health Matter?

“…Age, education level, parents' role in the discussion about sexual and reproductive health, knowledge of reproductive health, as well as knowledge of available services were found to significantly influence the use of sexual and reproductive health services (Abajobir & Seme, 2014;Arifah et al, 2020;Feleke et al, 2013;Hall et al, 2012;Odo et al, 2018;Violita & Hadi, 2019). There have been some studies assessing the utilization of sexual and reproductive health services in Indonesia, however, most of them were small-scale studies located in some schools or community health centers (Arifah et al, 2020;Kurniasih, 2018;Violita & Hadi, 2019). Given that poor utilization of sexual and reproductive health services among adolescents appears to be the same across different regions, the question of whether the problem is also a national issue arises.…”