1999
DOI: 10.1163/22134379-90003880
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

The Balinese kakawin tradition; A preliminary description and inventory

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1

Citation Types

0
2
0
1

Year Published

2014
2014
2019
2019

Publication Types

Select...
4
1

Relationship

0
5

Authors

Journals

citations
Cited by 5 publications
(3 citation statements)
references
References 6 publications
(13 reference statements)
0
2
0
1
Order By: Relevance
“…Namun, seperti disampaikan oleh I Wayan Yasa, penjualan buku sastra Bali seret sekali, setahun belum tentu habis. Buku-buku Bali atau Hindu yang laku adalah buku-buku yang bersumber dari lontar, yang terjemahan seperti dari bahasa Jawa Kuna (Agastia 1994;Creese 1998;1999). Sehubungan dengan sulitnya menjual buku sastra Bali modern, CV Paramitha tidak mampu memberikan royalti kepada pengarang.…”
Section: Peluang Dan Tantangan Penerbitan Buku Sastra Bali Modernunclassified
“…Namun, seperti disampaikan oleh I Wayan Yasa, penjualan buku sastra Bali seret sekali, setahun belum tentu habis. Buku-buku Bali atau Hindu yang laku adalah buku-buku yang bersumber dari lontar, yang terjemahan seperti dari bahasa Jawa Kuna (Agastia 1994;Creese 1998;1999). Sehubungan dengan sulitnya menjual buku sastra Bali modern, CV Paramitha tidak mampu memberikan royalti kepada pengarang.…”
Section: Peluang Dan Tantangan Penerbitan Buku Sastra Bali Modernunclassified
“…The difference in language brings kidung into another type of literature called sekar madhya 'middle-sized (literary) blossom'. This kidung tradition also grew in Bali in the same period, written in medieval Balinese language, a newer dialect version of old Javanese language used by the Balinese in the 1400s to 1600s [11]. Unlike former literary genres, kidungs are mostly anonymous.…”
Section: Advances In Social Science Education and Humanities Researcmentioning
confidence: 99%
“…According to the current scholarly opinion, none of the kakavins authored in Bali predate the 16th century CE (Creese 1999)ś consequently these occurrences have no relevance for my analysis.…”
mentioning
confidence: 93%