Perilaku asertif harus diterapkan dalam kegiatan individu setiap harinya agar dapat mengkomunikasikan perasaan dan pikiran dengan efektif, jujur, dan tegas tanpa ada tekanan dari orang lain atau lingkungan. Perilaku ini menjadi gambaran rumusan kebutuhan komunikasi yang jujur dan tetap menjaga perasaan. Dalam adat ketimuran, sering kali peserta didik kurang mampu berperilaku asertif atas nama adat dan budaya. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan permasalahan peserta didik (AKPD), diperoleh data bahwa 71,43% peserta didik belum mengetahui sikap dan perilaku asertif. Kasus tersebut melatar belakangi penelitian mengenai apakah perilaku asertif dapat ditingkatkan dengan metode psikodrama sebagai bentuk layanan bimbingan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan bimbingan konseling. Penelitian dilakukan sebanyak dua siklus. Hasil post tes pada siklus 1 terdapat persentase sebesar 7% dengan tingkat sangat tinggi, persentase sebesar 90% dengan tingkat tinggi, persentase sebesar 3% dengan tingkat rendah dan persentase sebesar 0% dengan tingkat sangat rendah. Sedangkan hasil post tes pada siklus 2 terdapat hasil persentase sebesar 17% dengan tingkat sangat tinggi, persentase sebesar 83% dengan tingkat tinggi, persentase sebesar 0% untuk tingkat rendah dan sangat rendah. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif dapat ditingkatkan dengan bentuk layanan bimbingan klasikal melalui metode psikodrama.Kata kunci: perilaku asertif, layanan bimbingan klasikal, psikodrama.