2010
DOI: 10.2495/sc100401
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Sustainability of spatial context of historical core areas in Indonesian cities

Abstract: Colonization affected urban areas in Asian countries, where none had existed before because they were needed as administrative centres in the imperial system. As one of the great waves of globalisation, colonization covered the entire surface of Asian countries, including Indonesia. Colonial towns and cities left impressions and shaped succeeding built forms in the next period. Using some cases of former colonial cities in Indonesia and supported by a detailed study of Medan and Jakarta, this paper constructs … Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1

Citation Types

0
1
0
1

Year Published

2016
2016
2022
2022

Publication Types

Select...
2
1

Relationship

0
3

Authors

Journals

citations
Cited by 3 publications
(2 citation statements)
references
References 3 publications
0
1
0
1
Order By: Relevance
“…Pada saat ini Kota Surabaya berkembang menjadi salah satu kota Metropolitan (Mahriyar & Rho, 2014;Rachmawati, Soemitro, Adi, & Susilawati, 2015) dan Kota terbesar kedua di Indonesia dan secara administratif Kota Surabaya berkedudukan sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Timur, dampak dari fungsi administratif ini adalah pesatnya pembangunan (Budiyantini & Pratiwi, 2016) Kota Surabaya ditinjau dari sarana dan prasarana, pesatnya pembangunan yang terjadi antara lain; high rise building, shopping mall dan apartment di kawasan central business district dan pengembangan kawasan Kota baru (Nurhidayah, 2008). Dampak yang diakibatkan dari percepatan pembangunan infrastruktur ini yaitu mengancam eksistensi dari bangunan-bangunan kuno dan bersejarah peninggalan Belanda yang terdapat di Kota Surabaya (Ellisa, 2010;Rully & Florian, 2013). Banyaknya bangunan kuno yang terdapat di Kota Surabaya merupakan bangunan peninggalan pada masa penjajahan Belanda, bangunan-bangunan kuno ini seharusnya dikonservasi karena merupakan saksi perkembangan kota dan sebagai bukti sejarah.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Pada saat ini Kota Surabaya berkembang menjadi salah satu kota Metropolitan (Mahriyar & Rho, 2014;Rachmawati, Soemitro, Adi, & Susilawati, 2015) dan Kota terbesar kedua di Indonesia dan secara administratif Kota Surabaya berkedudukan sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Timur, dampak dari fungsi administratif ini adalah pesatnya pembangunan (Budiyantini & Pratiwi, 2016) Kota Surabaya ditinjau dari sarana dan prasarana, pesatnya pembangunan yang terjadi antara lain; high rise building, shopping mall dan apartment di kawasan central business district dan pengembangan kawasan Kota baru (Nurhidayah, 2008). Dampak yang diakibatkan dari percepatan pembangunan infrastruktur ini yaitu mengancam eksistensi dari bangunan-bangunan kuno dan bersejarah peninggalan Belanda yang terdapat di Kota Surabaya (Ellisa, 2010;Rully & Florian, 2013). Banyaknya bangunan kuno yang terdapat di Kota Surabaya merupakan bangunan peninggalan pada masa penjajahan Belanda, bangunan-bangunan kuno ini seharusnya dikonservasi karena merupakan saksi perkembangan kota dan sebagai bukti sejarah.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…The emergence of cities in the colonized country is an expression of colonialism penetration in both regions and cultures. Therefore, the city does not materialize at any location due to geopolitical considerations (Gilbert and Gugler, 2007;Agnew, 2001;Dikshit, 1982). It only emerges and grows on a specific place that could support political power consolidation (Evers dan Korff, 2002).…”
Section: Introductionmentioning
confidence: 99%