Species determination and heavy metal content of sailfin catfish (Pterygoplichthys pardalis) from Tempe Lake, South Sulawesi, Indonesia

Abstract

Abstract. Kasmiati, Latuconsina N, Putri AA, Khasanah R, Nurfaidah, Fahrul, Syahrul, Metusalach. 2022. Species determination and heavy metal content of sailfin catfish (Pterygoplichthys pardalis) from Tempe Lake, South Sulawesi, Indonesia. Biodiversitas 23: 4409-4417. Sailfin catfish is invasive alien species that has become dominant in Indonesian freshwater, including in Tempe Lake, South Sulawesi, Indonesia. Despite their abundance, these sailfin catfish are not utilized because of suspicions that they are contaminated by heavy metals that can endanger human health. The purposes of this study were to determine the sailfin catfish species present in Tempe Lake and measure the content of heavy metals Hg, Pb, and Cd in various body parts. Fish species were identified based on abdominal patterns, while heavy metal content was meaured by atomic absorption. The heaviest two body parts were the head (34.04%) and flesh (26.64%), heavy metal content detected in the liver (0.0402-0.0928 mg/kg), gut (0.0322-0.0671 mg/kg), gills (0.319-0.0865 mg/kg), dark meat (0.0268-0.0589 mg/kg), white meat (0.0221-0.0470 mg/kg), bones (0.0180-0.0519 mg/kg), and skin/scales (0.0257-0.0675 mg/kg). All of them were below the FAO/WHO 1989, US-EPA 1999, and the Indonesian National Standards. The government health and safety guidelines for fish to be safe for human consumption were Hg <0.005 mg/kg, Pb<0.10 mg/kg and Cd<0.02 mg/kg. Therefore the abundant sailfin catfish Pterygoplichthys pardalis in Tempe Lake could be consumed directly and as ingredients in other food products.

Karakteristik mutu abon ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) dari Perairan Danau Tempe, Sulawesi Selatan

“…Ditemukan hanya tiga laporan terkait topik ini, yaitu diolah menjadi otak-otak (Nurjanah et al, 2005), keripik (Tunjungsari, 2007), dan bakso (Khasanah, 2022). Terbatasnya olahan ikan sapu-sapu selain karena rupa ikan tidak menarik juga karena porsi bagian yang dapat dimakan relatif lebih kecil (sekitar 30%) dibandingkan dengan ikan pada umumnya (Kasmiati et al, 2022). Dilaporkan bahwa ikan gabus memiliki daging sebanyak 54% (Suwandi et al, 2014) dan daging ikan layaran mencapai 59% (Poernomo et al, 2006).…”

“…Keamanan ikan sapusapu sebagai bahan pangan terkait dengan kemampuannya mengakumulasi logam berat. Hal tersebut dilaporkan oleh (Ernawati, 2014;Aksari et al, 2015;Ismi et al, 2019) bahwa ikan sapu-sapu di Sungai Ciliwung mengandung logam berat dalam jumlah melebihi batas aman yang dipersyaratkan SNI 7690.1-2013 mengenai abon ikan sedangkan ikan sapu-sapu di Danau Tempe mengandung logam berat jenis Hg, Pb, dan Cd pada tingkat yang aman bagi kesehatan (Amir et al, 2020;Kasmiati et al, 2022). Ikan sapusapu juga memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yaitu 15,20%, dan kandungan lemak, serat kasar, air, dan abu berturut-turut adalah 6,27%; 2,14%; 67,19%; dan 4,74% (Hasnidar et al, 2021).…”

“…Pengambilan sampel ikan sapu-sapu mengacu pada Kasmiati et al (2022) dengan metode purposive sampling, yaitu peneliti menentukan sendiri lokasi pengambilan sampel berdasarkan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diproleh lebih representative. Lokasi sampling sesuai dengan penelitian Amir et al (2020), yaitu di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo.…”

“…Preparasi ikan sapu-sapu mengacu pada penelitian Kasmiati et al (2022). Ikan sapu-sapu dicuci dengan air mengalir sambil disikat secara hati-hati untuk membersihkan sisa kotoran yang menempel di sela-sela sisik dan bagian tubuh lainnya kemudian dibilas dengan air yang didinginkan dengan es.…”

“…Kandungan mikroba abon ikan sapu-sapu pada penelitian ini lebih baik dibandingkan abon ikan tuna yang dianalisis oleh Nugraheni (2010) dengan jumlah ALT 40x10 5 kol/g; uji MPN koliform 3+APM/g; uji Salmonella negatif kol/25 g; uji Staphylococcus aureus <10 koloni yang tidak memenuhi syarat SNI. Uji mikroba pada produk olahan ikan sapu-sapu juga dilakukan oleh Kasmiati et al (2022) terhadap bakso ikan sapu-sapu dengan parameter pengamatan ALT, E. coli, Salmonella, V. cholera, V. parahaemolyticus, dan S. aureus berada di bawah ambang batas maksimal.…”