SINTESA BIOKERAMIK HIDROKSIAPATIT (HAp) DARI KERABANG TELUR AYAM KAMPUNG, AYAM BROILER DAN BEBEK MENGGUNAKAN METODE PENGENDAPAN BASA DAN HIDROLISIS BRUSHIT

Abstract

Bioceramics was a synthetic compound used in medical to patching up fracture bone. Bioceramics generally was synthetic calcium hydroxyapatite (HAp) but it's form like a calcium structure in real bone. In this study threated the synthesis of calcium hydroxyapatite (HAp) from local chicken eggshell, broiler eggshell and duck eggshell using base precipitation method and hydrolysis of brushite method. Before synthesis process, threated characterization to the samples and the characterization result of local chicken eggshell showed that water contains 1.49 ± 0.00%; calcium contains 0.0188 ± 0.0007 g/g and phosphate contains 0.001349 g/g. Characterization result of broiler eggshell showed that water contains 1.49 ± 0.00%; calcium contains 0.0195 ± 0.00 g/g and phosphate contains 0.001355 g/g. Characterization result of duck eggshell showed that water contains 1.49 ± 0.00%; calcium contains 0.0195 ± 0.00 g/g and phosphate contains 0.001294 g/g. Process of synthesis using base precipitation method obtained HAp 0.18786 ± 0.0179405 g/g from local chicken eggshell; 0.35546 ± 0.0198763 g/g from broiler eggshell; and 0.36145 ± 0.0289693 g/g from duck eggshell. Process of synthesis using hydrolysis of brushite method obtained HAp 0.0559 g/g from local chicken eggshell; 0.0950 g/g from broiler eggshell; and 0.3315 g/g from duck eggshell.

Evaluation of antibacterial activity of nano-hydroxyapatite (HAp) from freshwater mussel (Pilsbryoconcha sp.) shell against Escherichia coli

“…However, bacterial growth inhibition level in nano-HAp was in the weak category. It meant that nano-hydroxyapatite's chemical interaction ability was not strong enough to damage the bacterial cell membrane layer [31]. So, to increase the antibacterial activity of nano-HAp, it is crucial to modify it with metal doping [31] or natural materials containing antioxidant activity or antibacterial activity to improve the chemical interaction ability of nano-HAp.…”

Hidroksiapatit (HAp) dari Cangkang Kerang Mutiara Air Tawar (Kijing) (Anodonta woodiana) Rawa Pening Kabupaten Semarang

“…Di sisi lain, Biomaterial sangat dibutuhkan tetapi persediaan sedikit dan donor tulang sangat terbatas [27,28], sehingga sangat dibutuhkan system produksi local untuk menghasilkan Biomaterial tersebut untuk memenuhi kebutuhan di bidang medis [6,18]. Jika mempertimbangkan kekajaan alam Indonesia, banyak sekali bahan baku yang dapat dimanfaatkan untuk produksi Biomaterial HAp seperti limbah tulang binatang [29], limbah kerabang telur [30] dan batu kapur [1,4], namun semua bahan tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara bebas karena umumnya dapat digunakan kembali atau memang memiliki fungsi utama yang lain, misalnya tulang sapi, kambing dan kerabang telur unggas, umunya ketiga bahan ini digunakan kembali untuk menjadi pupuk atau pakan ternak [29,30], sementara batu kapur (baik yang dominan Ca atau dominan P-PO4) tidak dapat digunakan begitu saja karena memang fungsi utamanya diperuntukkan di industry material terutama bangunan sehingga tidak bebas digunakan [4]. Namun masih ada satu jenis bahan baku yang dapat dimanfaatkan secara bebas untuk sintesis HAp karena kandungan Ca dan P didalamnya setara bahkan mungkin lebih tinggi daripada bahan baku lainnya, yaitu cangkang Mollusca [6][7][8][9][10][11], terlepas dari apapun jenis Molluscanya, entah siput atau kerang cangkangnya sangat kaya akan kandungan Kalsium dan Fosfor yang merupakan mineral utama penyusun kristal HAp sehingga dibutuhkan untuk sintesis [10,11], terutama jika itu adalah Mollusca laut yang ketersediaanya sangat melimpah karena setelah dagingnya dimakan, cangkangnya tidak dimanfaatkan lagi [6][7][8][9].…”

“…Diambil 10mL larutan induk, diencerkan hingga 100mL (10 kali) dengan aquades, larutan hasil pengenceran dibagi kedalam 3 wadah masing-masing 25 mL lalu ditetesi 2 tetes indicator EBT kemudian dititrasi dengan EDTA 0,5M hingga terjadi perubahan warna menjadi ungu [10,11,30]. Untuk mengkonfirmasi hasil, dilakukan kembali pengukuran kadar Kalsium (1) secara spektrofotometrik dengan pereaksi Murexide pada λ 515nm dan (2) menggunakan HACH photometer juga (3) Flame photometer dengan kisaran panjang gelombang yang sama [10][11][12][13][14].…”

“…Setelah genap 100mL, larutan ditambahkan ammonia hingga pH 9,5 lalu ditetesi dengan KH2PO4 8M hingga terbentuk endapan putih, setelah endapan putih berhenti terbentuk, padatan dipisah dari larutannya. Padatannya kemudian dilarutkan dalam HCl pekat hingga pH 1 dan di sintering hingga terbentuk endapan Brushite berwarna abu-abu kekuningan [10][11][12][13][14]30]. Endapan Brushite yang diperoleh kemudian dipijarkan pada suhu 600 o C selama 2 jam dan dilanjutkan pada suhu 980 o C selama 5 jam hingga diperoleh massa HAp berwarna Putih bersih [10][11][12][13][14]30].…”

“…Padatannya kemudian dilarutkan dalam HCl pekat hingga pH 1 dan di sintering hingga terbentuk endapan Brushite berwarna abu-abu kekuningan [10][11][12][13][14]30]. Endapan Brushite yang diperoleh kemudian dipijarkan pada suhu 600 o C selama 2 jam dan dilanjutkan pada suhu 980 o C selama 5 jam hingga diperoleh massa HAp berwarna Putih bersih [10][11][12][13][14]30].…”