2016
DOI: 10.14238/sp8.1.2006.69-74
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Sindrom Sturge Weber

Abstract: Sindrom Sturge Weber (SSW) atau disebut juga encephalofacialangiomatosis, merupakan kelainan neurokutaneus yang ditandai dengan angioma leptomeningeal dan angioma kutaneus pada kulit wajah (Port Wine stain), terutama khas pada daerah perjalanan nervus trigeminalis yaitu nervus oftalmikus (V1) dan nervus maksilaris (V2). Penyakit SSW disebabkan oleh anomali perkembangan bantalan vaskular pada stadium awal vaskularisasi otak yang mengakibatkan kelainan pada otak. Di Amerika, angka kejadian SSW diperkirakan sebes… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1

Citation Types

0
0
0
2

Year Published

2022
2022
2023
2023

Publication Types

Select...
2

Relationship

0
2

Authors

Journals

citations
Cited by 2 publications
(3 citation statements)
references
References 8 publications
(15 reference statements)
0
0
0
2
Order By: Relevance
“…Munculnya keluhan pasca menderita COVID-19 merupakan masalah kesehatan baru dan berkelanjutan bagi penyintas yang dialami setelah empat minggu atau lebih sejak terkonfirmasi, bahkan kondisi juga dialami oleh seseorang yang awalnya tidak ada gejala apapun, meski hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh kombinasi dari masalah kesehatan yang berbeda pada setiap individu (CDC, 2022) (Ariana, 2022). Sering kali ditemukan pada penyintas COVID-19 masih mempunyai keluhan seperti mudah lelah, sesak napas dan batuk serta banyak keluhan lainnya dan yang berisiko menderita adalah seseorang yang merokok (Putra, 2021).…”
Section: Prevalensiunclassified
“…Munculnya keluhan pasca menderita COVID-19 merupakan masalah kesehatan baru dan berkelanjutan bagi penyintas yang dialami setelah empat minggu atau lebih sejak terkonfirmasi, bahkan kondisi juga dialami oleh seseorang yang awalnya tidak ada gejala apapun, meski hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh kombinasi dari masalah kesehatan yang berbeda pada setiap individu (CDC, 2022) (Ariana, 2022). Sering kali ditemukan pada penyintas COVID-19 masih mempunyai keluhan seperti mudah lelah, sesak napas dan batuk serta banyak keluhan lainnya dan yang berisiko menderita adalah seseorang yang merokok (Putra, 2021).…”
Section: Prevalensiunclassified
“…Fenomena long covid sudah mulai terdeteksi sejak pertengahan tahun 2020. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO) pada bulan September 2020, 35% pasien yang sudah dinyatakan sembuh dari COVID-19 mengaku tidak kembali ke kondisi fisik optimal dan dilaporkan mengalami prolonged symptomps yang menetap setelah periode 2 minggu sejak awal muncul gejala (1). Adapun faktor risiko yang meningkatkan terjadinya long covid adalah adanya komorbid seperti Hipertensi, Diabetes Melitus dan kondisi kesehatan mental.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Adapun faktor risiko yang meningkatkan terjadinya long covid adalah adanya komorbid seperti Hipertensi, Diabetes Melitus dan kondisi kesehatan mental. Mekanisme potensial yang berkontribusi pada patofisiologi COVID-19 paska akut (long covid) meliputi perubahan patofisiologi spesifik virus, penyimpangan imunologi dan inflamasi sebagai respon terhadap infeksi akut dan gejala yang bertahan paska kritis (1).…”
Section: Pendahuluanunclassified