2018
DOI: 10.30883/jba.v38i1.231
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Sapatha Dalam Relasi Kuasa Dan Pendisiplinan Pada Masyarakat Bali Kuno Abad Ix-Xiv Masehi

Abstract: Inscription is a written record which contains regulation or law and should be obeyed by officers or functionaries and community in general. Sapatha or curse was normally written at the end of the inscription which states the punishment for those who objected the regulations or laws. People punished morally if they objected the regulations or law include seven times to be reincarnated and surfering in all their lives. Sapatha or curse was seen as a discourse in relation of power and knowledge of the kings who … Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1
1

Citation Types

0
0
0
3

Year Published

2020
2020
2023
2023

Publication Types

Select...
4
1

Relationship

0
5

Authors

Journals

citations
Cited by 5 publications
(7 citation statements)
references
References 0 publications
0
0
0
3
Order By: Relevance
“…Ketiga kata itu merujuk pada arti yang sama, yakni 'kutukan' . Ardika et al (2018) menjelaskan bahwa pada umumnya sapatha ditemukan pada bagian akhir suatu prasasti. Sapatha ditulis untuk mengukuhkan keputusan yang ditetapkan oleh sang raja agar tidak dilanggar atau diubah oleh siapa pun pada kemudian hari.…”
Section: A Ruang Adat Manusia Baliunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Ketiga kata itu merujuk pada arti yang sama, yakni 'kutukan' . Ardika et al (2018) menjelaskan bahwa pada umumnya sapatha ditemukan pada bagian akhir suatu prasasti. Sapatha ditulis untuk mengukuhkan keputusan yang ditetapkan oleh sang raja agar tidak dilanggar atau diubah oleh siapa pun pada kemudian hari.…”
Section: A Ruang Adat Manusia Baliunclassified
“…Kutukan hadir dan berperan sebagai sanksi moral terhadap para pelanggar suatu ketetapan. Sapatha dihadirkan sebagai strategi pengawasan oleh pembuat keputusan kepada individu yang terikat di dalam keputusan tersebut sehingga setiap individu dapat berperan sebagai pengawas (Ardika et al, 2018) Sapatha dalam teks Gama Patěmon sejalan dengan pendapat tersebut. Kutukan-kutukan ditulis pada bagian akhir suatu ketetapan.…”
Section: Sapatha Dalam Gama Patěmon Rajapurana Pura Ulun Danu Baturunclassified
“…Istilah kata sîma menurut Haryono (1999) berasal dari bahasa sansekerta 'sîman' yang berarti batas atau tapal batas (sawah, tanah, desa, dan sebagainya). Hasil penelitian terdahulu (Ardika et al, 2018;Christie, 1991;Dwiyanto, 1995;Dwiyanto et al, 1992;Haryono, 1999;Tjahjono & Rangkuti, 1998) menunjukkan bahwa pada masa Mataram kuno terdapat sebuah kebijakan, dimana suatu wilayah akan diubah statusnya menjadi sîma oleh pihak kerajaan untuk mendorong pemerataan kesejahteraan masyarakat di wilayah-wilayah yang kurang berkembang secara ekonomis. Setiap wilayah sîma didorong agar mampu mengelola potensi sumberdaya alam yang dimiliki desa secara otonom.…”
Section: Historiografi Desa Sîmaunclassified
“…Oleh karena itu, kekuasaan ada dalam setiap bentuk masyarakat. Kekuasaan adalah kemampuan untuk memengaruhi, mengatur pikiran atau kehendak, dan tingkah laku orang lain (Ardika et al, 2018). Sehubungan dengan hal tersebut, kekuasaan terjalin dari hubungan simetris dan asimetris antara pihak yang memiliki kemampuan untuk melancarkan pengaruh dan pihak lain yang menerima pengaruh tersebut.…”
Section: Hasil Dan Pembahasanunclassified