Response to Welborne et al.’s Review of <i>Muslims in a Post-9/11 America: A Survey of Attitudes and Beliefs and their Implications for U.S. National Security Policy</i>

Gillum, Rachel

doi:10.1017/s1537592720003631

Cited by 3 publications

(3 citation statements)

References 0 publications

Supporting

Mentioning

Contrasting

Unclassified

Order By: Relevance

“…Recent studies have found at best mixed support for migration inducing terrorism or that more restrictive migration policy lowers terrorism risk (Bandyopadhyay and Sandler 2014;Bove and Böhmelt 2016;Choi 2018;Dreher et al 2017). Restricting migration policy can even be counterproductive if it creates feelings of discrimination and signals foreign-born populations that they are less welcome (Gillum 2018;Lyons-Padilla et al 2015). Yet, the few notable cases of migrants staging terrorist attacks, like the Berlin Christmas Market attack in 2016 (Nussio 2018), rise to public consciousness via news media, which makes them salient, although they are not representative of the wider population of terrorism.…”

mentioning

confidence: 99%

Terrorism abroad and migration policies at home

Bove

Böhmelt

Nussio

2020

Journal of European Public Policy

View full text Add to dashboard Cite

show abstract

mentioning

confidence: 99%

Terrorism abroad and migration policies at home

Bove

Böhmelt

Nussio

2020

Journal of European Public Policy

View full text Add to dashboard Cite

show abstract

“…Ini menunjukkan komitmen yang kuat para stakeholder dan pihak terkait untuk melakukan proses internalisasi nilainilai moderasi dalam beragama kepada para mahasiswa. Beberapa penelitian terkait moderasi beragama bertujuan untuk membuktikan bahwa Islam menjunjung tinggi moderasi beragama, toleransi, perdamaian, dan berusaha untuk melawan stigma negatif sebagai agama teroris (Gillum, 2018).…”

Section: Pendahuluanunclassified

Potret Moderasi Beragama di Kalangan Mahasiswa

Rijal

Nasir

Rahman

2022

PUSAKA

View full text Add to dashboard Cite

Diskursus tentang radikalisme agama di kalangan generasi muda Indonesia disinyalir semakin meningkat di era digital saat ini. Dalam konteks keagamaan, radikalisme agama dapat dimaknai sebagai fanatik terhadap suatu pendapat sehingga menolak pendapat orang lain, menutup pintu dialog dan mudah mengkafirkan kelompok yang berbeda paham dengan diri atau kelompoknya, serta pemahaman agama yang tekstual tanpa melihat dan mempertimbangkan esensi syariat (maqasid al-syari’ah). Radikalisme agama berawal dari cara pandang, sikap, dan prilaku beragama yang eksklusif. Oleh karena itu konsep moderat atau ‘wasatiyyah’ sudah seharusnya menjadi landasan dalam kebijakan untuk melawan narasi radikal beragama. Moderasi beragama akan mampu menjadi perekat antara semangat beragama dan komitmen kebangsaan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat potret pemahaman moderasi beragama aktivis mahasiswa Kalimantan Timur sebagai respons atas meningkatnya pola pikir radikal dalam beragama di kalangan mahasiswa. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif deskriptif. Data diolah dengan metode clustering dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk grafik dan naratif. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa di kalangan aktivis mahasiswa yang aktif berorganisasi, 57% menyatakan paham terkait moderasi beragama dan terdapat 43% yang belum paham memahaminya. Selain itu, masih ditemukan pola pikir yang mengarah kepada pola pikir eksklusif dan dapat menumbuhkan sikap ekstrem dan radikal dalam beragama, terutama dalam aspek wawasan keberagamaan yang meliputi penerimaan terhadap budaya, dan mudah menyesatkan amalan keagamaan yang berbeda dari amalan kelompoknya. Pemerintah dalam hal ini para stakeholder yang berkepentingan diharapkan mampu memfasilitasi penguatan moderasi beragama di kalangan mahasiswa sebagai bagian dari untuk mencegah lahirnya pola pikir, sikap, dan perilaku yang mengarah kepada radikalisme agama.

show abstract

“…During the 2016 presidential campaign, politicians on both sides of the aisle frequently reminded the public that Muslims intrinsically differ from other Americans. Republicans called for the wholesale policing of Muslim neighborhoods, advocated for a ban on Muslims from entering the country, proposed a national database of all Muslims in the United States, and espoused the wholesale surveillance of mosques (Lajevardi 2020); Hillary Clinton characterized Muslims' utility as their ability to prevent terrorist attacks (Lajevardi 2020).2 In this heightened climate of hostility, Muslims perceived significant societal and institutional discrimination (Dana et al 2019;Gillum 2018;Lajevardi et al 2020;Oskooii 2016) and even retreated from visible spaces in response to heightened discrimination (Hobbs and Lajevardi 2019). Notwithstanding their seemingly worsening status, Muslims have remained a relevant group in American politics.…”

mentioning

confidence: 99%