Abstract:Pramoedya Ananta Toer, through her social reality novels, presents ideas filled with messages of the struggle for and appreciation of the values of humanity. One of these ideas is the representation of women, presented in Bumi Manusia, Gadis Pantai, Midah Si Manis Bergigi Emas, Larasati, Arok Dedes, and Cerita Calon Arang. These six novels were analyzed using feminist literary criticism. Using qualitative method, this study reveals and describes 1) the position of female characters in their relationship with t… Show more
“…Kerugian yang dialami perempuan dikarenakan ketidakadilan ini dapat dilihat pada karya sastra sebagai dokumen sosial-budaya suatu zaman. Sebagai contoh, karya-karya Pramoedya Ananta Toer menunjukkan bagaimana pada masa kolonial Belanda, banyak perempuan yang menjadi nyai atau simpanan laki-laki Belanda, tetapi mereka tidak memiliki hak atas anak mereka (Yulianeta, 2022).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Dengan demikian, karya sastra dapat dilihat sebagai dokumen sosiobudaya suatu zaman yang dapat ditinjau ulang di masa-masa setelahnya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Yulianeta & Ismail (2022) bahwa karya sastra merupakan representasi realitas karena berwujud cerminan kehidupan manusia yang disampaikan melalui media literer. Selain itu, karya sastra juga merupakan sarana bagi pengarang untuk menyampaikan refleksi, aspirasi, maupun kritik terhadap kondisi sosial suatu zaman, yang di dalamnya, baik sengaja ataupun tidak, menunjukkan posisi atau keberpihakannya.…”
The May 1998 rape is one of the historic events that has yet to be resolved. This event is portrayed in literary works as a sociocultural document. Seno Gumira Ajidarma as the author and journalist describes the incident through his short stories, namely "Clara" (1998) and "Jakarta, 14 February 2039" (1999). The short story about the rape in May 1998 is full of women's issues and gender injustice in society. This study seeks to uncover how female characters and the rape in May 1998 are depicted in short stories using a radical feminist literary criticism. Descriptive-qualitative method is used in this research. The results of the analysis show that the May 1998 rapes show a gender imequality, because women are seen as parties who have the right to be controlled by men. Even in the act of rape, women are only seen as an object. Because of the rape, female characters, both victims of violence and children born from rape, have to bear the severe trauma. This is in accordance with the radical feminist view that rape is the basis for men to practice their power and control over women, and the demand that women must regain control over their body autonomy.
“…Kerugian yang dialami perempuan dikarenakan ketidakadilan ini dapat dilihat pada karya sastra sebagai dokumen sosial-budaya suatu zaman. Sebagai contoh, karya-karya Pramoedya Ananta Toer menunjukkan bagaimana pada masa kolonial Belanda, banyak perempuan yang menjadi nyai atau simpanan laki-laki Belanda, tetapi mereka tidak memiliki hak atas anak mereka (Yulianeta, 2022).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Dengan demikian, karya sastra dapat dilihat sebagai dokumen sosiobudaya suatu zaman yang dapat ditinjau ulang di masa-masa setelahnya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Yulianeta & Ismail (2022) bahwa karya sastra merupakan representasi realitas karena berwujud cerminan kehidupan manusia yang disampaikan melalui media literer. Selain itu, karya sastra juga merupakan sarana bagi pengarang untuk menyampaikan refleksi, aspirasi, maupun kritik terhadap kondisi sosial suatu zaman, yang di dalamnya, baik sengaja ataupun tidak, menunjukkan posisi atau keberpihakannya.…”
The May 1998 rape is one of the historic events that has yet to be resolved. This event is portrayed in literary works as a sociocultural document. Seno Gumira Ajidarma as the author and journalist describes the incident through his short stories, namely "Clara" (1998) and "Jakarta, 14 February 2039" (1999). The short story about the rape in May 1998 is full of women's issues and gender injustice in society. This study seeks to uncover how female characters and the rape in May 1998 are depicted in short stories using a radical feminist literary criticism. Descriptive-qualitative method is used in this research. The results of the analysis show that the May 1998 rapes show a gender imequality, because women are seen as parties who have the right to be controlled by men. Even in the act of rape, women are only seen as an object. Because of the rape, female characters, both victims of violence and children born from rape, have to bear the severe trauma. This is in accordance with the radical feminist view that rape is the basis for men to practice their power and control over women, and the demand that women must regain control over their body autonomy.
Abstrak
Masalah: Di dalam Bumi Manusia dan Pengakuan Pariyem, terdapat penggambaran tokoh perempuan yang berada di bawah kuasa majikan. Meskipun memiliki kondisi yang sama, terdapat perbedaan representasi perempuan Jawa di dalam kedua karya tersebut.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui representasi perempuan Jawa di dalam Bumi Manusia dan Pengakuan Pariyem.
Metodologi: Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi terhadap bagian-bagian di dalam teks untuk menemukan tanda-tanda semiotik di dalam teks. Kutipan tersebut dianalisis menggunakan teori representasi dari Stuart Hall.
Temuan/Hasil Penelitian: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan gambaran perempuan Jawa di dalam Bumi Manusia dan Pengakuan Pariyem, khususnya yang digambarkan oleh perempuan Jawa yang berada di bawah kuasa majikan. Di dalam Pengakuan Pariyem, tokoh yang berada di dalam kuasa majikan adalah tokoh Pariyem, sedangkan di dalam Bumi Manusia adalah Nyai Ontosoroh. Tokoh Nyai Ontosoroh direpresentasikan sebagai perempuan Jawa yang mampu berbaur dengan budaya Eropa sedangkan tokoh Pariyem direpresentasikan sebagai perempuan Jawa yang masih menjunjung budaya lokal. Persamaan dari kedua tokoh ini adalah sama-sama direpresentasikan sebagai perempuan Jawa yang cerdas.
Jenis Penelitian: Kualitatif Deskriptif
Kata kunci Representasi, Perempuan Jawa, Bumi Manusia, Pengakuan Pariyem
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.