2016
DOI: 10.25273/ajsp.v6i01.878
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Relevansi Budaya Patriarki Dengan Partisipasi Politik Dan Keterwakilan Perempuan Di Parlemen

Abstract: Bentuk penentangan perempuan atas kuasa laki-laki tidak terlepas dari sistem patriarki yang tidak adil. Menempatkan perempuan sebagai bayang-bayang laki-laki. Masyarakat patriarki sejak awal menganggap bahwa laki-laki lebih kuat dibandingkan perempuan baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, maupun bernegara. Budaya patriarki dan nilai-nilai sosial di Indonesia menuntut perempuan untuk tidak berpartisipasi di ranah politik maupun pemerintahan. Sistem dan arah kebijakan pemerintah terhadap isu peremp… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
3
1
1

Citation Types

0
12
0
12

Year Published

2018
2018
2024
2024

Publication Types

Select...
6
3

Relationship

0
9

Authors

Journals

citations
Cited by 25 publications
(34 citation statements)
references
References 0 publications
0
12
0
12
Order By: Relevance
“…Dalam konteks kajian ini budaya patriarchy merupakan hambatan terbesar bagi masuknya perempuan ke dunia publik dalam bidang politik. Budaya patriarchy adalah budaya menegaskan gagasan tentang pemilahan peran dan fungsi laku-laki dan perempuan dalam ranah hidupnya akibat asumsi dasar terhadap masing-masing jenis kelamin Pemerintah melalui UU tersebut mengakomodir ruang politik bagi perempuan, meskipun tidak menutup adanya kemungkinan posisi perempuan tidak rentan adanya manipulasi (Nurcahyo 2016). Dominasi laki-laki dalam ranah politik tidak lepas dari mengakarnya budaya patriarki yang lebih mengunggulkan laki-laki dibandingkan perempuan dalam kehidupan masyarakat sehar-hari.…”
Section: Theoretical Frameworkunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Dalam konteks kajian ini budaya patriarchy merupakan hambatan terbesar bagi masuknya perempuan ke dunia publik dalam bidang politik. Budaya patriarchy adalah budaya menegaskan gagasan tentang pemilahan peran dan fungsi laku-laki dan perempuan dalam ranah hidupnya akibat asumsi dasar terhadap masing-masing jenis kelamin Pemerintah melalui UU tersebut mengakomodir ruang politik bagi perempuan, meskipun tidak menutup adanya kemungkinan posisi perempuan tidak rentan adanya manipulasi (Nurcahyo 2016). Dominasi laki-laki dalam ranah politik tidak lepas dari mengakarnya budaya patriarki yang lebih mengunggulkan laki-laki dibandingkan perempuan dalam kehidupan masyarakat sehar-hari.…”
Section: Theoretical Frameworkunclassified
“…Sistem dan arah kebijakan pemerintah terhadap isu perempuan kian responsif gender. Namun demikian, posisi perempuan tetap rentan terhadap berbagai bentuk manipulasi politik (Nurcahyo 2016).…”
Section: Introductionunclassified
“…Oleh karena eksistensi politik terwujud dalam aspek kehidupan bersama pada tingkat lokal maupun kepekaan terhadap permasalahan yang ada. Ikut atau tidaknya perempuan dalam bentuk partisipasi politik bergantung pada political efficacy (Martin, 2014;Mufti & Syamsir, 2016;Nurcahyo, 2016;Pruysers & Blais, 2014).…”
Section: Hasil Dan Pembahasanunclassified
“…Meanwhile patriarchal culture in society has placed women in a position that is always under men (subordinate), which causes vulnerability to the tendency of various stereotypes (negative labeling), marginalization (marginalization and impoverishment of women), subordination (which impacts on exploitation) and acts of violence [5]. This has the effect of making important decisions involving many people often considered too risky to be left to women.…”
Section: Introductionmentioning
confidence: 99%