Pendahuluan. Peningkatan usia lanjut menimbulkan dampak kesehatan, di antaranya adalah sarkopenia dan kerapuhan. Kekuatan genggam tangan merupakan komponen sarkopenia, fenotip sindrom kerapuhan, dan bersifat dinamis. Berbagai studi potong lintang menilai hubungan kekuataan genggam tangan dengan usia, jenis kelamin, status nutrisi, status fungsional, status mental, dan komorbiditas, namun temuan masih beragam. Selain itu, belum ada studi longitudinal untuk mengetahui hubungan perubahan kekuatan genggam tangan dengan usia, jenis kelamin, status nutrisi, status fungsional, status mental, dan komorbiditas di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia, jenis kelamin, status nutrisi, status fungsional, status mental, dan komorbiditas dengan perubahan kekuatan genggam tangan pada pasien usia lanjut.Metode. Penelitian kohort prospektif menggunakan data sekunder pasien usia lanjut yang kontrol rutin di Poliklinik Geriatri RSCM Jakarta dari register studi longitudinal INA-FRAGILE yang telah diobservasi selama 1 tahun (2013)(2014). Uji analisis multivariat regresi logistik digunakan untuk menilai hubungan antara usia, jenis kelamin, status nutrisi (skor MNA), status fungsional (skor ADL), status mental (skor GDS-SF), indeks komorbiditas (skor CIRS) dengan perubahan kekuatan genggam tangan.Hasil. Dari 162 subjek, didapatkan rerata usia 72,9 (simpang baku [SB] 5,9) tahun, jenis kelamin terbanyak perempuan (57,41%), memiliki nutrisi baik (83,9%), mandiri (median 9-20), tidak depresi (median 0-11), rerata indeks komorbiditas 11,8 (SB 3,7), dan dalam 1 tahun pengamatan 53,1% mengalami penurunan kekuatan genggam tangan. Status nutrisi (OR=2,7; p=0,033) dan indeks komorbiditas (OR 0,3; p<0,002) berhubungan dengan kekuatan genggam tangan.Simpulan. Status nutrisi dan komorbiditas memengaruhi perubahan kekuatan genggam tangan pada pasien usia lanjut Kata Kunci: Kekuatan genggam tangan, komorbiditas, status nutrisi, usia lanjut.