Prejudice toward Islamic fundamentalists: The role of social domination orientation and interreligious empathy among Christian students in Surabaya

Abstract

Interreligious conflicts can change the state system regarding religious tolerance and the emergence of terrorist behavior. In Surabaya, terrorism incidents have occurred in three Christian churches, and the alleged perpetrators are the Islamic fundamentalist group JAD. These incidents have fueled feelings of threat and fear of death, which can lead to prejudice. This research aimed to determine the role of social dominance orientation and interreligious empathy as predictors of prejudice toward Islamic fundamentalists. It used a quantitative design with a sample of 400 Christian students aged 17-24 in Surabaya. Furthermore, SDO-7, BES-A, and the Prejudice toward Islamic Fundamentalists Scales were adopted. The results showed that social dominance orientation and interreligious empathy predicted the prejudice toward Islamic fundamentalists (R=0.056; R2=0,061; F(2, 378)=12.876; p<0.001) using multiple linear regression tests. Social dominance orientation did not significantly predict prejudice (t= -0.91426; p=0.361), unlike interreligious empathy (t=4.365; p<0.001). Therefore, intergroup relations need to consider interreligious empathy in reducing prejudice.

Prasangka Terhadap Homoseksual: Peran Fundamentalisme Beragama Dan Kecemasan Antarkelompok

“…Secara teoritis, prasangka dapat didefinisikan sebagai sebuah evaluasi negatif yang ditujukan pada anggota kelompok sosial maupun kelompok sosial tersebut secara keseluruhan (22)(23)(24)(25). Prasangka timbul akibat adanya pengetahuan yang kurang lengkap serta keyakinan (belief) yang biasanya negatif terhadap suatu kelompok sosial yang digeneralisasikan (26).…”

Prasangka Terhadap Kelompok Islam Radikal: Peran Orientasi Dominasi Sosial Dan Fundamentalisme Beragama

“…Ada dua aspek dari orientasi dominasi sosial yaitu egalitarianisme dan dominasi. Egalitarianisme menunjuk Beberapa riset terdahulu di Indonesia yang meneliti tentang hubungan orientasi dominasi sosial dengan prasangka sosial termasuk prasangka etnis (22,34,(38)(39)(40), prasangka agama (41), prasangka terahdap homoseksual (18). Penelitian-penelitian tersebut secara konsisten menemukan adanya peran positif orientasi dominasi sosial dalam memprediksi prasangka sosial.…”

“…Yang menjadi target prasangka atau outgroup pada penelitian ini adalah kelompok Islam radikal yang telah melakukan serangkai aksi pengeboman gereja di Surabaya tahun 2018 dan Makassar tahun 2021. Kelompok Islam radikal dapat didefinisikan sebagai kelompok yang menganut paham atau ideologi radikal dalam konteks agama Islam, yang cenderung memiliki pandangan ekstrem dan militan, dan mereka sering menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk mencapai tujuan mereka (34,43). Berdasarkan uraian teoritis di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: orientasi dominasi sosial dan fundamentalisme beragama berperan dalam menjelaskan prasangka terhadap kelompok Islam radikal (H1); orientasi dominasi sosial berperan dalam menjelaskan prasangka terhadap kelompok Islam radikal (H2); fundamentalisme beragama berperan dalam menjelaskan prasangka terhadap kelompok Islam radikal (H3).…”

Kontak Antaretnis Berperan Sebagai Moderator Hubungan Etnosentrisme Dengan Prasangka Terhadap Etnis Papua

“…Prasangka antaretnis dalam penelitian ini merupakan prasangka yang berasal dari etnis non-Papua sebagai ingroup terhadap Etnis Papua sebagai outgroup. Secara teoritis, prasangka dapat didefinisikan sebagai sikap atau evaluasi, yang pada umumnya bersifat negatif, terhadap anggota maupun kelompok sosial tertentu secara keseluruhan berdasarkan informasi yang terbatas dan/atau keliru tentang suatu kelompok sosial (20,41,50). Prasangka sosial timbul akibat adanya stereotipe atau keyakinan yang keliru ataupun kurang lengkap terhadap suatu kelompok sosial yang kemudian digeneralisasikan terhadap individu atau suatu kelompok tertentu (24).…”