Politik Hukum Cagar Budaya Dalam Perlindungan Identitas Bangsa Indonesia

Arifin, Hafidz Putra

doi:10.25123/vej.3008

Cited by 3 publications

(3 citation statements)

References 0 publications

Supporting

Mentioning

Contrasting

Unclassified

Order By: Relevance

“…Cagar budaya adalah warisan peninggalan sejarah yang perlu dilestarikan, akan tetapi masih banyak masyarakat yang belum memiliki kesadaran untuk menjaga dan merawat cagar budaya sebagai warisan budaya bangsa (Fahril & Kurniati, 2018;Hartati et al, 2020). Cagar budaya adalah warisan budaya yang bersifat kebendaan, yang berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, dan kawasan cagar budaya baik di darat dan air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan /atau kebudayaan melalui proses penetapan (Bahri et al, 2019;Darma Oka et al, 2021;Rahman, 2020;Safira et al, 2020), serta sangat penting demi memupuk kesadaran jati diri bangsa dan mempertinggi harkat dan martabat bangsa, serta memperkuat ikatan rasa kesatuan dan persatuan bagi terwujudnya cita-cita bangsa di masa depan, sehingga perlu dilestarikan dan dilindungi untuk kepentingan nasional (Arifin, 2018). Jabaran-jabaran tersebut memberikan gambaran bahwa adanya cagar budaya akan membatu pewarisan budaya dari masyarakat terdahulu kepada masyarakat sekarang dan masa depan.…”

Section: Pendahuluanunclassified

Respon Anak dalam Pelestarian Cagar Budaya Situs Patiayam Kudus

Persada,

Fajrie,

Ismaya

2022

JPMu

View full text Add to dashboard Cite

Cagar Budaya adalah warisan peninggalan sejarah yang perlu dilestarikan, akan tetapi masih banyak masyarakat yang belum memiliki kesadaran untuk menjaga dan merawat cagar budaya sebagai warisan budaya bangsa. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respon anak dalam pelestarian Cagar Budaya Situs Patiayam ditinjau dari aspek kognitif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis naratif. Penelitian ini menganalisis respon anak dalam pelestarian Cagar Budaya Situs Patiayam. Subjek penelitian ini adalah 5 anak sekolah dasar dan petugas situs Patiayam. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara mendalam, dokumentasi. Analisis data menggunakan model interaktif pendekatan kualitatif yang mengacu pada konsep Milles dan Huberman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya respon anak yang antusias dan senang secara aktif, sehingga anak memahami cara pelestarian Cagar Budaya Situs Patiayam. Kognitif yang dimiliki oleh anak mampu menumbuhkan sikap kepedulian anak terhadap pelestarian cagar budaya.

show abstract

Section: Pendahuluanunclassified

Respon Anak dalam Pelestarian Cagar Budaya Situs Patiayam Kudus

Persada,

Fajrie,

Ismaya

2022

JPMu

View full text Add to dashboard Cite

show abstract

“…Cagar budaya adalah salah satu aset warisan budaya yang bersifat kebendaan yang digunakan sebagai warisan dari masyarakat dulu kepada masyarakat sekarang dan yang akan datang (Dela Santa & Tiatco, 2019;Fahril & Kurniati, 2018;Hartati et al, 2020;Quintana et al, 2022). Cagar budaya menggambarkan jati diri dan martabat bangsa, serta memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan /atau kebudayaan melalui proses penetapan (Arifin, 2018;Bahri et al, 2019;Darma Oka et al, 2021;Rahman, 2020;Safira et al, 2020). Cagar Budaya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan agama, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan pariwisata (Purwanti et al, 2020;Zuraidah, 2018).…”

Section: Pendahuluanunclassified

Pemanfaatan Wisata Api Abadi Mrapen sebagai Edukasi Wisata Bersejarah bagi Siswa Sekolah Dasar

Dewi

Ismaya

Purbasari

2022

JPMu

View full text Add to dashboard Cite

Wisata Api Abadi Mrapen merupakan kawasan cagar budaya yang terdapat tiga peninggalan sejarah dalam satu tempat. Wisata ini dapat dimanfaatkan dalam dunia pendidikan. Pemanfaatan merupakan aktivitas berupa tindakan menerima atau memakai hal-hal yang berguna sebagai sumber belajar. Pemanfaatan wisata edukasi yaitu suatu program wisata. Wisatawan berkunjung di suatu objek dengan tujuan utama untuk memperoleh pengalaman pembelajaran secara langsung. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemanfaatan wisata Api Abadi Mrapen sebagai wisata edukasi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode etnografi. Sumber data primer pada penelitian ini adalah tokoh masyarakat, Dinas Pariwisata Kabupaten Grobogan, arsip daerah, masyarakat sekitar, dan siswa sekolah dasar, sedangkan sumber data sekunder didapatkan melalui dokumentasi, artefak, serta data pendukung lainnya. Teknik dan instrument pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis yang digunakan adalah analisis data kualitatif dengan menggunakan model Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan wisata Api Abadi Mrapen sebagai sumber belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari beberapa objek wisata yang mendukung dan layak dijadikan sumber belajar. Sumber belajar wisata Api Abadi Mrapen dapat mencakup materi Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan muatan lokal. Pemanfaatan wisata sebagai sumber belajar sangat efisien untuk siswa dalam mempermudah proses belajar mengajar.

show abstract

“…The provisions of these laws strongly mention that, for any reason, this act is not allowed. 17 The procedures to protect and honour cultural heritage involve identification and inventory, application of distinctive emblem, identity card, and registration to the International Register of Property under Special Protection. The first step is the identification and inventory of historic places.…”

Section: Protection Of Cultural Objectmentioning

confidence: 99%

The Urgency of Using Distinctive Signs at Muaro Jambi Temple Site: A Review From the International Humanitarian Law Perspective

Putra

Sipahutar

Ardianto

2020

LaJIL

View full text Add to dashboard Cite

This article discusses the role of international law in the protection of the Muaro Jambi Temple site as a cultural place. In specific, the authors highlight the regulations to use distinctive signs for historical and cultural property under the International Humanitarian Law. Even though all Contracting Members should comply with the law, in reality, not all the rules are implemented, such as in Muaro Jambi Temple site. A site is a principal object that passes the historical value of human being as well as scientific information from generation to generation; therefore, is required protection. Using a normative juridical approach, the article analyses the basic problems for not applying distinctive signs at the Muaro Jambi Temple site. A. Introduction The cultural object is a world heritage. It resembles the development of human being; therefore, is needed protection from the international world-relics of cultural object pass historical value and scientific information from generation to generation. Obliteration of the object would mean the destruction of civilization and the key source to unravel the chain of human life. There are two types of cultural heritage; they are intangible and tangible cultural heritage. Intangible cultural heritage refers to all kind of practices, representations, expressions, knowledge, skills, tools, objects artefacts, and cultural spaces that are admitted as cultural heritage by a group of people or community. For example are art performance, tradition handcraft, verbal expression and tradition, customs, rites and celebration, and knowledge of the universe. Meanwhile, tangible cultural heritage is cultural objects, property, human-made infrastructures or natural objects that have given cultural value for the user such as temple, castle, natural site, of other cultural landscape. 1 Preservation and protection should be given to tangible cultural objects, which are pre-historical and historical relics such as buildings, sites, statues, temples, and other historical or archaeological objects. This is in line with Article 1 (1) of Law Number 11 of 2011 on Cultural Object, which states that: Cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya. Bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di daratdan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan (Cultural 1 https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/menuju-warisan-budaya-dunia-proses-penetapan-warisan-budaya-tak-bendaintangible-cultural-heritage-dan-warisan-dunia-world-heritage-indonesia-oleh-unesco/, Accessed on December 1, 2019.

show abstract

Politik Hukum Cagar Budaya Dalam Perlindungan Identitas Bangsa Indonesia

Cited by 3 publications

References 0 publications

Respon Anak dalam Pelestarian Cagar Budaya Situs Patiayam Kudus

Respon Anak dalam Pelestarian Cagar Budaya Situs Patiayam Kudus

Pemanfaatan Wisata Api Abadi Mrapen sebagai Edukasi Wisata Bersejarah bagi Siswa Sekolah Dasar

The Urgency of Using Distinctive Signs at Muaro Jambi Temple Site: A Review From the International Humanitarian Law Perspective

Contact Info

Product

Resources

About