Burnout merupakan sindrom dari kelelahan emosional, depersonalisasi dan menurunnya prestasi. Kejadian burnout merupakan masalah yang masih banyak ditemui pada mahasiswa Fakultas Kedokteran. Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi terjadinya burnout salah satunya adalah lingkungan pembelajaran. Kondisi lingkungan pembelajaran yang buruk dapat menjadi stresor bagi mahasiswa. Stres yang dialami secara terus menerus akan menimbulkan burnout. Studi ini bertujuan untuk melihat hubungan persepsi mahasiswa tahap akademik terhadap lingkungan pembelajaran dengan kejadian burnout di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (FK Untar). Studi ini menggunakan metode analitik dengan desain potong lintang. Sampel studi adalah 174 mahasiswa yang diambil secara cluster random sampling. Pengambilan data dengan kuesioner Dundee Ready Educational Enviromental Measure (DREEM) untuk menilai persepsi mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran dan Maslach Burnout Inventory-Student Survey (MBI-SS) untuk menilai kejadian burnout. Hasil studi menunjukkan persepsi mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran mayoritas lebih banyak positif dibanding negatif, yaitu sebanyak 162 orang (93,1%). Sebagian besar responden, 108 orang (62,1%), mengalami kejadian burnout. Hasil analisis menunjukkan tidak terdapat hubungan antara persepsi terhadap lingkungan pembelajaran dengan kejadian burnout (nilai p =0,635; PR=1,628). Selain itu, masing-masing aspek persepsi terhadap lingkungan pembelajaran dan burnout menunjukkan tidak ada hubungan, kecuali pada satu aspek yaitu persepsi terhadap staf pengajar (nilai p=0,007; PR=1,159). Oleh karena itu, mahasiswa harus dapat mengidentifikasi stresor dan segera mengatasinya agar tidak jatuh pada keadaan burnout, student support system dioptimalisasi, dan selanjutnya dapat diteliti mengenai pengaruh peningkatan peran staf pengajar yang berkontribusi memberikan suasana positif baik secara akademik maupun non akademik terhadap kejadian burnout pada mahasiswa.