Penggemar dan penikmat musik mulai kembali membeli pemutar analog, membeli rilisan dan mengoleksinya. Hal tersebut memunculkan fenomena mengunggah koleksi rilisan musik di instagram. Tujuan penelitian ini adalah merekonstruksi identitas musik remaja oleh idharrez, amenkcoy, opetho, alter.naive, dan iamcollapse. Adapun signifikansi topik dalam penelitian ini adalah identitas musik yang berkaitan dengan aging dengan keterlibatnnya dalam mengoleksi rilisan musik fisik yang diunggah di media sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menampilkan data-data untuk mendukung temuan penelitian, serta kajian literatur. Penelitian ini menggunakan pendekatan netnografi dalam mengamati jejak digital yang menampilkan keterlibatan dalam lingkup musik di instagram. Selain itu, melakukan wawancara untuk memperoleh kedalaman informasi melalui lima informan pemilik akun instagram yang dikelola warga kota Bandung dengan rentang usia 35 sampai 42 tahun. Pemilihan kelima pemilik akun yang menjadi informan peneliti berdasarkan kredibilitas yang sudah dikenal dalam lingkup musik di kota Bandung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keaktifan mengunggah rilisan musik fisik di usia muda telah membentuk identitas yang melekat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah musik berperan bagi hidup mereka maka hingga saat ini mereka tetap berada dalam lingkup musik; karya, dan kiprahnya telah dikenal di kota Bandung terlihat dari unggahan mereka di instagram.
Music fans and connoisseurs are returning to buying analog players, purchasing releases, and collecting them. This led to the phenomenon of uploading a collection of music releases on Instagram. The purpose of this research is to reconstruct the musical identity of youth by idharrez, amenkcoy, opetho, alter.naive, and iamcollapse. The significance of the topic in this study is musical identity related to aging with involvement in collecting physical music releases uploaded on social media. This qualitative research presents data to support research findings and a literature review. This study uses a netnographic approach to observing digital footprints that display involvement in the music sphere on Instagram—in addition, conducting interviews to obtain in-depth information through five informants who own Instagram accounts managed by residents of the city of Bandung with an age range of 35 to 42 years. The five account owners who became research informants were selected based on credibility that was well-known in the music scene in the city of Bandung. The results of this study indicate that the activeness of uploading physical music releases at a young age has formed an inherent identity. This study concludes that music plays a role in their lives, so until now, they are still within the scope of music; their works and work have been known in Bandung, as seen from their uploads on Instagram.