“…Beberapa penelitian mengenai pemeliharaan larva kerapu yang telah dilakukan antara lain terhadap Epinephelus akaara (Ukuwa et al, 1966;Tseng & Ho, 1979), E. amblycephalus (Tseng & Chan, 1985), E. salmoides (Hamanto et al, 1986;Huang et a/.,1986, Lrn etal., 19BO), E. tauvina (Hussain etal 1975;Chen et al, 1977;Hussain & Higuchi, 1980) E. fuscoguttafus (Mayunar, 1991;Waspada, 1991 ) Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tingkat kematian tertinggi terjadi pada stadia awal larva Menurut Hussain & Higuchi (1980) serta Doi et a/, ( 1 994) kematian tersebut disebabkan karena u kuran pakan awal yang diberikan lebih besar dari ukuran bukaan mulut larva, sehingga larva mengalami kesulitan untuk menelan mangsanya. Hal serupa Juga terjadi pada larva ikan laut yang lain seperti kakap merah (Lutj an u s a rge nti m ac u/atus) yan g mem pu nya i bukaan mulut (0 166-0,188 mm) (Doi et al , 1997) lkan kerapu bebek yang mempunyai ukuran bukaan mulut 135 mm (Slamet et a|.,1996) Figure 1 (1980) mengemukakan bahwa pada stadia larva yang mempunyai ukuran mata kecil, jarak penglihatannya pendek, kurang ta1am, dan kekontrasannya rendah Selain itu ukuran lebar mulut atas yang berhubungan dengan lebar bukaan mulut larva berdasarkan pengamatan pada percobaan ini relatif kecil yaitu pada hari ke-3: t 143 mm, hari ke-4: t '152 mm, hari ke-S: t 170 mm, hari ke-6: t 190 mm, harike-7: t 210 mm dan hari ke-8: t 232mm, sedangkan rotifer tipe SS yang diberikan mempunyai ukuran 145-150 mm dan ukuran nauplius Acartia sp pada stadia N-'l: 100 mm, N-2: 120 mm, N-3: '150 mm, N-4:…”