2017
DOI: 10.15578/jppi.2.2.1996.13-21
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

PENYERAPAN NUTRISI ENDOGEN, TABIAT MAKAN DAN PERKEMBANGAN MORFOLOGI LARVA KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis)

Abstract: Tingkat kematian yang tinggi pada stadia awal larva kerapu bebek (Cromileptes altivelis) adalah merupakan kendala utama dalam pengembangan produksi massal benih. Pengamatan bertujuan untuk mengetahui penyerapan nutrisi endogen, tabiat makan, perkembangan morfologi dan data dasar yang memperliha-tkan kenapa pemeliharaan kerapu bebek sulit.

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2

Citation Types

0
0
0
4

Year Published

2017
2017
2017
2017

Publication Types

Select...
4

Relationship

1
3

Authors

Journals

citations
Cited by 4 publications
(4 citation statements)
references
References 0 publications
0
0
0
4
Order By: Relevance
“…Beberapa penelitian yang dapat mendukung seperti Ikan Kerapu Bebek telah dilakukan antara lain adalah perkembangan larva (Slamet et al, 1996), pakan awal (Ismi et al, 2000), lingkungan (Aslianti, 1996;Aslianti et al, 1998;Ismi et al, 2004). Hasil-hasil penelitian tersebut sudah dapat diaplikasikan untuk produksi benih kerapu secara masal di masyarakat hingga tingkat petani, sehingga benih ikan untuk budidaya sudah dapat dipasok dari hasil produksi, namun kualitas benih ikan masih perlu ditingkatkan.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Beberapa penelitian yang dapat mendukung seperti Ikan Kerapu Bebek telah dilakukan antara lain adalah perkembangan larva (Slamet et al, 1996), pakan awal (Ismi et al, 2000), lingkungan (Aslianti, 1996;Aslianti et al, 1998;Ismi et al, 2004). Hasil-hasil penelitian tersebut sudah dapat diaplikasikan untuk produksi benih kerapu secara masal di masyarakat hingga tingkat petani, sehingga benih ikan untuk budidaya sudah dapat dipasok dari hasil produksi, namun kualitas benih ikan masih perlu ditingkatkan.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Budidaya kerapu saat ini mulai berkembang sehingga diperlukan benih yang tepat waktu dan ukuran secara berkesinambungan, untuk mencukupi kebutuhan benih kerapu, maka perlu dilakukan pembenihan secara masal (Sugama et al, 2001;Sutarmat et al, 2002;2003). Beberapa penelitian yang mendukung pembenihan kerapu bebek telah dilakukan antara lain perkembangan larva (Slamet et al, 1996), pakan awal (Ismi et al, 2000), lingkungan (Aslianti, 1996;Aslianti et al, 1998;Ismi et al, 2004). Hasil-hasil penelitian tersebut sudah dapat diaplikasikan untuk produksi benih kerapu secara masal di masyarakat hingga tingkat petani, sehingga benih untuk budidaya laut sudah bisa dipasok dari hasil pembenihan walaupun sampai saat ini hasil produksi dan kualitas masih perlu ditingkatkan.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Beberapa penelitian mengenai pemeliharaan larva kerapu yang telah dilakukan antara lain terhadap Epinephelus akaara (Ukuwa et al, 1966;Tseng & Ho, 1979), E. amblycephalus (Tseng & Chan, 1985), E. salmoides (Hamanto et al, 1986;Huang et a/.,1986, Lrn etal., 19BO), E. tauvina (Hussain etal 1975;Chen et al, 1977;Hussain & Higuchi, 1980) E. fuscoguttafus (Mayunar, 1991;Waspada, 1991 ) Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tingkat kematian tertinggi terjadi pada stadia awal larva Menurut Hussain & Higuchi (1980) serta Doi et a/, ( 1 994) kematian tersebut disebabkan karena u kuran pakan awal yang diberikan lebih besar dari ukuran bukaan mulut larva, sehingga larva mengalami kesulitan untuk menelan mangsanya. Hal serupa Juga terjadi pada larva ikan laut yang lain seperti kakap merah (Lutj an u s a rge nti m ac u/atus) yan g mem pu nya i bukaan mulut (0 166-0,188 mm) (Doi et al , 1997) lkan kerapu bebek yang mempunyai ukuran bukaan mulut 135 mm (Slamet et a|.,1996) Figure 1 (1980) mengemukakan bahwa pada stadia larva yang mempunyai ukuran mata kecil, jarak penglihatannya pendek, kurang ta1am, dan kekontrasannya rendah Selain itu ukuran lebar mulut atas yang berhubungan dengan lebar bukaan mulut larva berdasarkan pengamatan pada percobaan ini relatif kecil yaitu pada hari ke-3: t 143 mm, hari ke-4: t '152 mm, hari ke-S: t 170 mm, hari ke-6: t 190 mm, harike-7: t 210 mm dan hari ke-8: t 232mm, sedangkan rotifer tipe SS yang diberikan mempunyai ukuran 145-150 mm dan ukuran nauplius Acartia sp pada stadia N-'l: 100 mm, N-2: 120 mm, N-3: '150 mm, N-4:…”
unclassified