2021
DOI: 10.53359/mfi.v16i2.179
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Penurunan Skala Nyeri Penggunaan Ketorolak Injeksi Pada Pasien Operasi Sesar Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang

Abstract: Pain management after cesarean section must be done properly to prevent the emergence of chronic pain in patients. Ketorolac is the first choice as an analgesic to treat that pain. The appropriate dosage and time of analgesic treatment have impact to pain scale decreasing and another analgesic adding. The purpose of this study was to determine the magnitude of the reduction in the pain scale of using ketorolac injection in cesarean section patients at Roemani Muhammadiyah Semarang Hospital. This research is a … Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
2
1

Citation Types

0
0
0
1

Year Published

2022
2022
2024
2024

Publication Types

Select...
4

Relationship

0
4

Authors

Journals

citations
Cited by 4 publications
(5 citation statements)
references
References 0 publications
0
0
0
1
Order By: Relevance
“…Ketorolac bekerja dengan menghambat siklooksigenase. Ketorolac berfungsi untuk mengurangi nyeri dengan menghambat sintesis prostaglandin yang berfungsi sebagai mediator pada rasa nyeri, inflamasi, dan demam [21]. Efek analgesik pada ketorolac bekerja dalam waktu kurang lebih 30 menit dengan efek maksimum 1 sampai 2 jam [20].…”
Section: Hasil Dan Pembahasanunclassified
“…Ketorolac bekerja dengan menghambat siklooksigenase. Ketorolac berfungsi untuk mengurangi nyeri dengan menghambat sintesis prostaglandin yang berfungsi sebagai mediator pada rasa nyeri, inflamasi, dan demam [21]. Efek analgesik pada ketorolac bekerja dalam waktu kurang lebih 30 menit dengan efek maksimum 1 sampai 2 jam [20].…”
Section: Hasil Dan Pembahasanunclassified
“…Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDA) pada tahun 2013 sebesar 7,0 per mil kemudian pada tahun 2018 menjadi 10,9 per mil (Kemenkes RI, 2018) Peningkatan kejadian stroke ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, merokok, penyakit jantung, kelainan pembuluh darah otak, hiperglikemia, hiperkolesterolemia dan hipertensi (Othadinar et al, 2019). Hipertensi menjadi faktor resiko tertinggi diantara faktor lainnya dengan prosentase sebesar 79 % (Octasari & Oktaviani, 2020). Hipertensi dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke 3,1 kali lipat untuk pria dan 2,9 kali lipat untuk wanita oleh sebab itu diperlukan cara untuk mengendalikan dan meminimalisir tejadinya stroke menggunakan terapi antihipertensi (Cipolla et al, 2018) Terapi antihipertensi merupakan obat yang direkomendasikan untuk menurunkan tekanan darah sehingga mencegah terjadinya stroke berulang, menurunkan resiko edema Titania dkk otak, resiko hemoroik dan mencegah kerusakan vaskuler (Octasari & Oktaviani, 2020).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Hipertensi menjadi faktor resiko tertinggi diantara faktor lainnya dengan prosentase sebesar 79 % (Octasari & Oktaviani, 2020). Hipertensi dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke 3,1 kali lipat untuk pria dan 2,9 kali lipat untuk wanita oleh sebab itu diperlukan cara untuk mengendalikan dan meminimalisir tejadinya stroke menggunakan terapi antihipertensi (Cipolla et al, 2018) Terapi antihipertensi merupakan obat yang direkomendasikan untuk menurunkan tekanan darah sehingga mencegah terjadinya stroke berulang, menurunkan resiko edema Titania dkk otak, resiko hemoroik dan mencegah kerusakan vaskuler (Octasari & Oktaviani, 2020). Selain dampak positif yang ditimbulkan terdapat dampak negatif yang selama ini dialami oleh pasien yang menggunakan terapi antihipertensi meskipun presentasenya lebih kecil dari efek positif yang dirasakan.…”
Section: Pendahuluanunclassified
See 1 more Smart Citation
“…D) tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan pelaksanaan dilapangan. Hasil penelitian ini didukung (Octasari & Inawati, 2021) terhadap evaluasi penggunaan obat analgetik untuk mengurangi nyeri pasien bedah sesar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasilnya adalah 25 responden mengalami perubahan skala nyeri, dari skala nyeri 5 menjadi skala nyeri 2.…”
Section: Pembahasanunclassified