Pengetahuan dan Kesiapsiagaan Masyarakat terhadap Bencana Banjir di Kota Bekasi (Sudi Kasus: Perumahan Pondok Gede Permai)

Abstract

Bencana banjir merupakan bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan data dari BNPB tentang kejadian bencana di Indonesia, pada tahun 2016 banjir tercatat sebanyak 766 kejadian dengan 147 jiwa meninggal dunia. Pengetahuan dan kesiapsiagaan masyarakat sangat diperlukan untuk menghadapi bencana banjir yang mematikan. Berdasarkan hasil penelitian studi kasus di Perumahan Pondok Gede Permai – Kota Bekasi, dengan metode analisis kualitatif yang dikuantifikasikan diketahui bahwa tingkat pengetahuan masyarakat terkait bencana banjir sudah cukup baik. Salah satu faktor penyebabnya adalah karena masyarakat memiliki pengalaman yang cukup banyak dalam menghadapi bencana banjir. Kesiapsiagaan masyarakat yang masih perlu ditingkatkan adalah mengenai mobilisasi sumberdaya rumah tangga yang masih rendah, dengan indikator keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir masih sangat sedikit.

Makna Pengawasan Baru Dalam Sistem Peringatan Dini Bencana Alam (Tinjauan Sosiologi Digital)

“…Salah satu peranan perangkat digital yang hadir dalam mitigasi bencana alam yakni adanya sistem peringatan dini (Akhirianto, 2018). Kehadirannya yang telah mampu menembus hingga level individu dengan basis komunitas bahkan masyarakat memungkinkan untuk memunculkan respon kesiapsiagaan apabila terjadinya bencana alam (Fahriyani & Harmaningsih, 2019;Lestari & Husna, 2017).…”

“…Hadirnya sistem peringatan dini pun, diharapkan telah membawa peranannya secara signifikan lantaran untuk pemantauan mengenai kondisi alam, hal tersebut sangat mudah dilakukan. Berbeda sebelum masuknya perangkat digital, peringatan dini masih bersifat konvensional dan hanya dilakukan melalui satu perangkat saja sesuai kesepakatan komunitas/ masyarakat luas (Akhirianto, 2018).…”

“…Kemudian juga, keadaan kebebasan menjadikan latar belakang individu (pendidikan atau kondisi sosial-ekonomi) turut dapat memengaruhi akses terhadap sistem peringatan dini yang telah ada. Oleh karena itu, fakta-fakta dari fenomena pengawasan yang hadir saat kini telah dapat disebut sebagai culture-surveillance (culturveillance) lantaran keinginan beserta faktor-faktor pembentuk tindakan individu untuk memeroleh informasi yang berkaitan dengan mitigasi bencana alam telah terjadi (Akhirianto, 2018;Scott, 2011;Sutrisno, 2017). Sehingga, dalam konteks pengawasan terhadap kondisi alam pun kini juga tidak lagi serta merta harus berpedoman melalui struktur yang ada (terjadwal, satu perangkat komunitas, melalui individu lain).…”

“…Frasa individualisme yang dapat saja hadir ketika perangkat digital digunakan memang bukan pembahasan utama, namun khusus dalam sistem peringatan dini, hal itu dapat menjadi bahaya, terlebih bila bencana alam terjadi (Akhirianto, 2018;Iskandar, 2012). Individualis pada kebencanaan dapat melepaskan ikatan sosial dari komunitas sekitar yang telah terbentuk atas kesamaan kepentingan maupun basis teritorinya.…”

Perilaku Masyarakat Dalam Menghadapi Dampak Kesehatan Akibat Bencana Banjir Di Desa Lubuk Siam, Kabupaten Kampar, Riau

“…10 Pada penelitian ini didapatkan masyarakat Lubuk Siam sudah memahami dan mengetahui kondisi banjir yang terjadi di desanya, baik dari penyebab dan dampak yang akan ditimbulkan secara umum karena masyarakat telah memiliki banyak pengalaman dalam menghadapi bencana banjir selama tinggal di daerah tersebut sehingga dapat belajar dari pengalaman. 11 Namun, untuk persiapan dalam menghadapi bencana banjir terutama dampak kesehatan masih kurang. Masyarakat masih kurang memahami mengenai penggunaan air bersih, persiapan obat obatan, dan P3K.…”